Share

163. Kangen

last update Last Updated: 2025-05-23 12:15:53

Langit Jakarta pagi itu cerah, sinar matahari menyusup masuk lewat kaca-kaca tinggi di gedung kantor pusat Narendra Group. Dari lantai bawah hingga lantai atas, suasana kantor terasa lebih hidup dari biasanya. Ada bisik-bisik kecil, senyum yang tersembunyi di balik meja, dan tatapan penuh penasaran yang saling bertukar ketika sosok Rama Narendra memasuki lobi utama.

Dengan setelan jas abu gelap yang membingkai tubuh tegapnya, Rama melangkah tenang namun penuh percaya diri. Senyum tipis terukir di wajahnya. Ia menebarkan aura optimisme yang segera menjalar di antara para karyawan. Beberapa staf perempuan membetulkan rambut mereka dengan gugup, beberapa yang lain hanya menunduk memberi hormat ketika Rama lewat.

“Pak Rama kelihatan beda ya hari ini?” bisik seorang staf ke temannya.

“Iya… kayak lagi jatuh cinta,” sahut yang lain tertawa pelan.

Langkah Rama tak terburu-buru, namun pasti. Ia menyapa beberapa kepala divisi dengan anggukan hangat, menyalami sekilas manajer yang lewat, lalu me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Al Ghazali
ternyata Evita mulai ada rasa ke Dion , lanjut terus kk Thor .........
goodnovel comment avatar
Michellyn
up lagi thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    300. Masalah Baru Rama dan Priambodo

    Suasana pagi yang semula terasa biasa saja di kantor Kevin mendadak berubah tegang. Kevin mondar-mandir di ruang kerjanya, wajahnya memerah oleh amarah.Tangan Kevin mengepal erat sambil memelototi layar ponselnya yang masih memperlihatkan pesan dari pengacaranya yang berisi tentang Lilian resmi ditahan atas laporan Priambodo.“Sialan!” geramnya, lalu menghempaskan ponsel ke sofa kulit di sudut ruangan.Kevin menggeram, lalu segera mengambil ponsel cadangan dari laci tersembunyi. Dengan cepat dia menekan nomor rahasia yang hanya ia gunakan untuk urusan "kotor".Begitu tersambung, suara pria di seberang langsung menjawab,“Halo, Tuan Kevin.”Kevin menggeram pelan tapi penuh tekanan, “Kita jalankan rencana itu sekarang. Tak ada lagi waktu menunda. Semua harus berjalan sesuai target.”“Tentu, Tuan. Sasaran tetap yang kita bicarakan dulu, atau ada perubahan?”Kevin menghela napas, lalu menatap kosong ke luar jendela.“Semua orang yang membuat hidupku berantakan harus bayar. Termasuk Priam

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    299. Kesempatan

    Saat mobil yang ditumpangi Priambodo berhenti di depan rumah, mentari sore menyorot lembut di sela pohon yang tumbuh di taman. Udara terasa hening, hanya langkah kakinya yang terdengar menyusuri teras rumah yang teduh. Langkah Priambodo seketika terhenti saat mendengar suara renyah nan lirih dari dalam rumah, suara Chiara, cucunya.“Mama, kapan kita pulang? Chia mau ketemu Papa Rama, Chia kangen banget.”Suara itu serak, menggantung, seperti menyimpan tangis yang tertahan. Priambodo mematung, hatinya tertohok.Suara kecil itu menghantam sisi hati Priambodo yang paling dalam. Selama ini dia hanya ingin menjauhkan anak dan cucunya dari orang yang telah melakukan kesalahan fatal an hampir merenggut nyawa cucunya. Tapi kenyataannya, ia telah memisahkan cucunya dari sosok yang begitu dirindukan, yang begitu dicintai.Perlahan, Priambodo melangkah masuk. Di ruang tengah, ia melihat Chiara sedang duduk di pangkuan Cinta, wajahnya mendongak dengan mata berkaca-kaca.“Chia sabar, ya.” Hanya k

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    298. Pembicaraan Priambodo dengan Bunda Aminah

    Priambodo menarik napas dalam-dalam, menenangkan debar jantungnya yang sempat tak beraturan. Ia merapikan jas dan dasinya, membetulkan kerah kemejanya seperti hendak bertemu seseorang yang sangat penting.Gerak-geriknya tak luput dari pengamatan Theo yang duduk di sampingnya, menyipitkan mata dengan bingung. Dia hanya berdehem saat melihat gelagat berbeda pada Priambodo.Priambodo mengabaikan Theo yang sepertinya semakin penasaran. Ia hanya mengangkat satu tangan, memberi isyarat agar Theo menunggu sebentar. Ponselnya masih menempel di telinga.“Bunda Aminah…” Suara Priambodo mendadak terdengar hangat, jauh berbeda dari nada suara sebelumnya. “Saya… saya kaget sekali Bunda menelepon. Ada yang dibutuhkan anak-anak di panti?”Wajah yang semula dihiasi gurat kelelahan dan kesedihan, kini berubah sumringah, cerah seperti langit yang kembali biru setelah badai panjang. Bahkan senyum tulus yang lama tak muncul di wajahnya pun kini menyapa kembali.“Bunda ingin bertemu saya?” tanya Priambodo

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    297. Penangkapan Lilian

    Lilian menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya mulai bergetar. Tapi Priambodo belum selesai. Dengan suara lebih pelan, namun menusuk. “Selama ini aku menyalahkan keluargaku atas kematian istriku. Bahkan aku sampai memutuskan hubungan keluarga dengan mereka. Sementara kamu…” Priambodo mengalihkan pandangan dengan tatap mata penuh luka. “Aku justru memberimu segala kemudahan. Selalu merasa bersalah karena membuatmu kehilangan sosok suami yang sangat mencintaimu. Sampai sekarang aku masih tidak percaya jika kau sekeji ini.” Hening menyelimuti ruangan. Hanya terdengar isakan kecil dari Lilian, dan desahan kecewa dari dada Priambodo. Priambodo menarik napas panjang, lalu menatap wanita itu untuk terakhir kalinya dengan sorot mata dingin. “Aku datang bukan untuk mendengar alasan. Aku ingin kau tahu kebenaran pasti akan terungkap. Dan kau harus bertanggung jawab atas semua yang telah kau lakukan, di dunia maupun akhirat.” Setelah mengakhiri kalimatnya, Priambodo langsung berbalik

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    296. Pria Bodoh yang tak Peka

    Pagi itu udara terasa hangat dan damai. Sinar matahari menyusup perlahan lewat jendela besar rumah Priambodo, memantul di permukaan meja makan yang sudah tertata rapi. Aroma roti panggang dan teh melati menyatu dengan canda tawa kecil Chiara yang sedang asyik bercerita tentang mimpinya malam tadi pada ibunya.Dari ambang pintu, Priambodo berdiri diam sejenak, menatap keduanya, putri dan cucunya, dua sosok yang mengisi ruang kosong di dalam hatinya. Ada raut syukur di wajahnya, tatapan hangat penuh rasa rindu yang perlahan terbayar.“Hidupku sudah cukup lama kosong... Tapi pagi seperti ini membuat semuanya terasa lengkap kembali,” batin Priambodo, hingga seulas senyum terbit di bibirnya.Dia tahu, dia telah melewatkan banyak waktu berharga dalam hidup Cinta. Tapi bersama Chiara, Priambodo bersumpah dalam hati untuk tidak lagi menjadi sosok yang abai. Dia akan menjadi Opa yang hadir dalam setiap momen, pertumbuhan, tawa, tangis, hingga pencapaian cucunya. Tidak akan ada penyesalan kedua

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    295. Tekad Widya

    Di dalam kamar rumah sakit yang sunyi, Rama terbaring lemah, selang infus masih menempel di punggung tangannya. Matanya terpejam, namun sepertinya tidurnya tidak lelap, seperti ada kegelisahan yang mengganggu.Widya duduk di sisi tempat tidur putranya, menggenggam tangan Rama yang terasa dingin dan lemah. Pandangannya murung, penuh rasa bersalah.“Jangan nangis, Ma,” ucap Arman mencoba menenangkan istrinya. “Dia hanya capek…”Air mata Widya justru jatuh mendengar suara putranya yang begitu lemah. Ia merasa hatinya diremas-remas.“Ini semua salah Mama… Harusnya Mama dari dulu bicara baik-baik sama Cinta. Harusnya Mama nggak memisahkan mereka. Sekarang Rama seperti ini…”Arman, yang sejak tadi berdiri di dekat jendela dengan tangan menyilang, mendekat menghampiri istrinya.“Ma…” ujarnya tegas.Namun Widya mengabaikannya, tetap menatap Rama dengan dengan sorot mata penuh kesedihan dan penyesalan.“Aku akan menemui Cinta dan Priambodo. Aku akan bicara langsung dengan mereka. Aku akan mint

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status