Home / Romansa / Karena Utang, Dinikahi Sultan / Jarak Yang Diciptakan

Share

Jarak Yang Diciptakan

Author: Erna Azura
last update Huling Na-update: 2025-04-17 23:55:41

Baru beberapa menit mereka menikmati makanan ala pesta crazy rich itu, suara hak tinggi menghentak lantai marble menarik perhatian.

Seseorang mendekat.

Parfum bunga yang kuat menusuk hidung.

Cassandra Wibisono.

Dengan gaun berkilau warna champagne, rambut panjangnya ditata bergelombang sempurna, wanita itu tampak seperti model dari majalah fashion.

“Arga,” sapa Cassandra, senyum manis di wajah, tapi matanya menusuk seperti pisau.

Amara menegang di sisi Arga.

Cassandra lalu berpura-pura baru menyadari keberadaan Amara. “Oh? Kamu bawa istri?”

“Iya,” sahut Arga singkat.

Kata itu membuat Cassandra mendengkus.

Lalu Cassandra melirik Amara dari atas ke bawah.

“Lucu ya, aku kemarin bertemu ayah kamu dan memberitahunya tentang pernikahan kamu, kamu tahu apa katanya?” Cassandra kembali melirik Amara seolah menilai barang dagangan.

Arga hanya menatap Cassandra dingin.

“Katanya kamu paling beli istri di online store.”

Amara tersenyum tipis. Ia tak akan membalas serangan ini denga
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
achiharomi
sedihhhh...semoga Arga cepet sadar dan masuk ke bucin era yaaa
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
bener itu cinta selalu berakhir kehilangan,,ditinggal atau meninggalkan,,ckcck
goodnovel comment avatar
Gita
Wow teh. Ini ceritanya baru banget. Sat set dan lebih pedihh.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Merencanakan Pernikahan Megah

    “Hati-hati di jalanya, Bu … yang sabar ya, Bu.” Kalimat Ima itu terlontar ketika mengantar Arga dan Amara hingga teras rumah.Amara mengangguk disertai senyum tipis sementara Arga menatap Ima dingin dan gadis itu balas menatap dingin ketika tatapannya bertemu dengan Arga, seolah menantang.Arga mengembuskan nafas panjang, dia menoleh ke samping sambil melangkah beriringan lalu menggenggam tangan Arga.“Minggu depan kita kontrol ya,” kata Arga sembari mengendik ke perut Amara dan Amara hanya balas mengangguk tanpa antusias.Begitu sampai di depan gang, ternyata mobil yang mengantar Amara masih ada di sana menunggu mereka.Sepertinya tadi Arga meminta driver menjemputnya untuk di antar ke sini.Arga membukakan pintu untuk Amara bahkan melapisi puncak kepala Amara agar tidak terbentuk bingkai pintu.Setelahnya baru Arga masuk dari pintu lainnya di kabin belakang.Kemacetan imbas dari jam pulang kerja belum surut meski hari sudah malam.Amara menyandarkan kepalanya dan berusaha m

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Dua kabar mengejutkan

    Sore hari ketika langit Jakarta mulai meredup. Mobil yang mengantar Amara dan ibu Sumiati berhenti tepat di depan gang rumahnya.Ima turun duluan untuk mengeluarkan kursi roda dibantu driver lalu Amara membantu ibu Sumiati turun dan duduk di kursi rodanya.“Terimakasih Pak,” ujar Amara kepada sang driver.“Sama-sama Bu, tapi kata bapak sebelum ada instruksi—saya tetap tinggal di sini untuk nantinya mengantar ibu pulang ke rumah.” Sang driver memberitahu.“Oh … oke, saya cuma sebentar kok.” “Enggak apa-apa, Bu … santai aja.” Amara mengangguk sambil tersenyum lalu mengikuti Ima yang duluan mendorong kursi roda ibu.Sepanjang perjalanan tadi Amara melamun, pikirannya masih dipenuhi wajah-wajah masa lalu dan pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan.Hingga kini dia menyusuri gang rumahnya pun, pikiran-pikiran tersebut belum enyah dari benaknya.“Bu, saya masak dulu ya …,” kata Ima pamit.“Ima … kita beli aja ya, kasian kamu capek seharian menemani ibu ke rumah sakit,” kata Ama

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Pria Dari Masa Lalu

    Pagi hari ketika langit Jakarta belum benar-benar terang, aroma masakan dari dapur sudah mulai memenuhi rumah.Bukan dari tangan Bi Eti seperti hari-hari kemarin ketika Amara mogok bangun pagi karena kecewa kepada Arga, melainkan dari Amara sendiri yang sudah berdamai dengan kenyataan meski hati masih perih oleh fitnahan ibunya Arga.Ia berdiri di depan kompor, wajahnya terlihat pucat namun sedikit lebih segar dibanding hari sebelumnya.Gerakan tangannya pelan, terukur. Di atas meja, dua piring nasi goreng telur dan irisan tomat tersusun rapi. Ia tidak banyak bicara sejak bangun.Tidak juga menyapa Arga ketika pria itu muncul di ambang pintu dapur.Arga memperhatikan punggung Amara yang sedang sibuk menyendokkan nasi. Sesuatu di dalam dirinya mendesak ingin memeluk tubuh sang istri dari belakang—membisikkan permintaan maaf, atau sekadar membiarkan kehangatan tubuhnya menembus luka di dada Amara. Tapi ia tahu, ia telah membuat jurang di antara mereka yang belum bisa dijembatani ha

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Ruang Hampa

    Ruang rapat di lantai executive Wibisono Group sore itu terasa dingin meski matahari Jakarta masih menyinari langit kota.Arga duduk di ujung meja, kedua tangannya bersedekap di depan dada. Pintu terbuka pelan dan Alena masuk dengan anggun, mengenakan blus putih satin dan rok pensil navy. Bibirnya tersenyum, tapi matanya menyimpan kewaspadaan.“Aku kira kamu enggak akan datang,” ucap Alena pelan, duduk di seberang Arga.“Aku datang untuk menyampaikan jawabanku,” balas Arga datar.Alena mengangguk perlahan. Ia menarik napas dalam, seolah sudah tahu ke mana arah pembicaraan ini akan berlabuh.Chandelier menggantung di atas meja panjang yang mengilap, tapi suasana pertemuan dua orang itu tak sehangat kilau cahaya di sekitarnya.“Aku setuju dengan idemu,” Arga membuka suara. “Kita menikah untuk kebutuhan bisnis, untuk memenuhi keinginan orang tua kita dan perusahaan mendapat keuntungan yang besar,—tapi hanya sampai di situ.”Mata Alena membelalak sedikit, tapi tak ada kejutan besar

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Harus Terima Dimadu

    Suasana rumah keluarga Wibisono yang megah dan mewah biasanya sunyi dan tenang, tapi malam itu, udara dipenuhi ketegangan.Suara langkah sepatu berhak tinggi menghentak-hentak dari arah pintu depan, menggetarkan marmer halus di bawahnya.“Di mana ibu? Di mana ayah?!” teriak Cassandra lantang sambil melempar tas tangannya ke sofa ruang tamu.Margaret yang tengah menyesap teh bersama Alena di ruang duduk langsung menoleh dengan dahi berkerut. “Cassandra, apa-apaan ini?”Cassandra menghampiri mereka dengan langkah cepat dan sorot mata menyala. “Kalian serius menjodohkan Arga sama Alena?! Kalian tahu Arga mantan aku! Kenapa kalian malah sodorin adik aku ke dia?!”Margaret berdiri perlahan, mencoba menjaga wibawa. “Jaga bicaramu, Cassie.”“Enggak, Bu! Aku enggak akan diem. Kemarin Alena datang ke Penthouse aku dan dengan sombongnya juga bangganya memberitahu hal itu.” Suara Cassandra meninggi, penuh amarah. Dia tidak terima. Matanya menatap nyalang Alena yang duduk anggun dengan eksp

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Menerima Perjodohan Dengan Alena

    Pagi itu, Arga tiba di kantor lebih siang dari biasanya. Wajahnya tetap tenang, namun sorot matanya menyiratkan kelelahan yang tidak biasa. Clara-sekretarisnya segera menghampiri dengan setumpuk dokumen. “Pak Arga, ini laporan keuangan minggu ini dan—”“Nanti saja, Clara. Saya ingin bertemu Zeno sekarang.”“Baik, Pak.” Clara undur diri dari ruangan itu untuk menjemput Zeno di ruangannya.Tak lama kemudian, Zeno masuk ke ruangan Arga dengan ekspresi serius. Ia membawa sebuah folder berisi dokumen dan beberapa foto.“Ga, gue dapet informasi terbaru tentang Cassandra dan Rendy yang harus lo tahu.”Arga mengangguk lalu mempersilakan Zeno duduk dan membuka folder tersebut.“Ini bukti bahwa Cassandra dan Rendy memang saling mengenal. Ada rekaman pengakuan dari salah satu nasabah kalau dia dan beberapa orang lain termasuk Rendy disuruh untuk meminjam uang dalam jumlah besar ke CitraKredit ….”“Lo dapet dari mana?” Arga sampai takjub.“Gue telusuri semua data di perusahaan dan ada s

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Seharusnya Berita Bahagia

    Langit mendung menggantung rendah ketika Amara pulang dari sekolah sore itu. Udara terasa lembap, dan gerimis tipis mulai membasahi dedaunan di halaman rumah. Langkah Amara berat, tubuhnya terasa lebih lelah dari biasanya. Kepalanya berdenyut, dan perutnya mual, tapi ia menahan semuanya—seperti biasa.Ia menaruh tasnya di sofa ruang televisi, lalu melangkah ke dapur, hendak merebus air untuk teh. Namun baru beberapa langkah, pandangannya mulai berputar. Suara detak jam dinding terdengar aneh di telinganya, seperti gema di terowongan kosong.“Ah … pusing banget …,” gumamnya, tubuhnya limbung, tangannya berusaha memegang meja dapur—namun gagal.Bruk!Tubuh Amara jatuh ke lantai. Gelas yang ia pegang pecah, air tumpah mengenai lantai dingin. Matanya terpejam, wajahnya pucat seperti kertas.***Arga baru saja membuka pintu rumah ketika matanya langsung menangkap bayangan tubuh Amara tergeletak di lantai dapur.Seperti De javu, dia pernah mengalami ini dulu ketika awal pernikahan me

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Sebuah Tawaran

    Sore itu, langit Jakarta sedang murung. Di balik jendela tinggi ruang kerja Arga di lantai 20 kantor pusat CitraKredit, matahari terhalang awan tebal.Arga berdiri membelakangi pintu, menatap jauh ke arah lalu lintas kota yang padat dan tak kenal lelah.Pintu diketuk.“Masuk,” ucapnya tanpa menoleh.Langkah ringan masuk ke dalam ruangan. Aroma lembut parfum melati langsung menyusup ke udara.Alena Wibisono—dengan blazer putih gading dan gaun selutut berwarna krem, berdiri anggun di depan meja Arga.“Maaf datang tanpa janji,” katanya sambil meletakkan clutch-nya ke meja.Suaranya tetap lembut seperti biasanya, namun kali ini ada nada bisnis tersirat di sana.Arga menoleh. Tatapan matanya kosong. “Harusnya kamu buat janji dulu lewat sekretarisku.”“Aku enggak datang sebagai tamu perusahaan,” jawab Alena sambil duduk. “Aku datang sebagai calon istrimu.”Arga mengerutkan kening. “Kamu tahu itu hanya omongan orang tua.”“Dan kita berdua tahu … omongan mereka bukan omongan biasa.

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Tanda-Tanda Kehamilan

    Hari-hari berikutnya terasa hampa bagi Amara. Ia tak lagi bangun dengan semangat seperti biasanya.Bahkan ketika alarm di ponselnya berbunyi, Amara hanya diam menatap langit-langit kamar tanpa niat untuk bangkit.Masa mengajarnya hampir habis di sekolah itu sama seperti kontrak pernikahannya dengan Arga.Dan pagi ini, Amara memilih untuk tidak turun ke lantai satu untuk melayani Arga layaknya seorang istri.“Ada bi Eti yang masakin sarapan.” Amara melirih sembari menarik selimut.Kepalanya terasa pening dan tubuhnya lemas, kenyataan pahit menggempur batin dan pikirannya akhir-akhir ini membuat Amara tidak berdaya.Amara mendengar langkah kaki Arga melewati kamarnya, pria itu pasti sudah berpakaian rapi dan siap ke kantor.Arga juga pasti tidak akan peduli kenapa dia tidak turun pagi ini dan ciumannya di depan rumah ibu kemarin hanyalah salah satu drama yang harus diperankannya sebagai seorang suami meski sebenarnya Arga juga tahu kalau ibu telah mengetahui perihal kawin kontrak

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status