Home / Romansa / Karena Utang, Dinikahi Sultan / Suami Kontrak Yang Posesif

Share

Suami Kontrak Yang Posesif

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-04-17 23:54:41

Sabtu sore. Udara sedikit panas, tapi langit terlihat cerah.

Arga berdiri di depan pintu kamar Amara, sudah rapi dengan setelan jas hitam dan dasi abu-abu gelap. Tangannya mengepal pelan di sisi tubuh.

Pintu kamar terbuka. Amara muncul dengan gaun sage green yang Arga pilihkan sebelumnya. Rambutnya disanggul setengah, anting mutiara menggantung manis di telinganya. Wajahnya tanpa riasan berat, hanya bedak dan lipstik nude tipis.

Arga terdiam.

Untuk sesaat, waktu seperti berhenti.

Amara melirik ke arahnya. “Kita pergi sekarang?”

Arga mengangguk. Tapi tak ada kalimat pujian seperti biasanya di drama romantis.

Tidak ada “kamu cantik hari ini.”

Tidak ada “aku senang kamu menemaniku.”

Hanya hening.

Namun di balik ketegangan itu, hati Arga berdetak dua kali lebih cepat.

Entah matanya sudah tidak berfungsi dengan baik atau bagaimana karena dalam pandangan Arga-Amara begitu cantik memukau.

***

Di dalam mobil, keduanya duduk diam. Musik instrumental dari radio menyelimuti kehening
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Istri Yang Pantas

    Arga berdiri di samping ranjang, berpakaian rapi. Kemeja putih tergulung di lengan, celana krem casual yang dipadukan dengan sepatu sneakers—pakaian yang terlalu ‘santai’ untuk kunjungan rumah sakit, tapi terlalu serius untuk sekadar jalan-jalan. Amara tahu itu.“Ra, aku harus pergi,” ucap Arga lembut.Tak ada jawaban.Amara hanya membelakangi tubuhnya. Diam. Tanpa gerakan.“Fitting… buat pernikahan itu,” lanjut Arga dengan suara semakin pelan, seolah malu pada kalimatnya sendiri.Tubuh Amara tetap tak bereaksi. Hari Sabtu datang tanpa kehangatan. Cahaya pagi merambat pelan di dinding kamar rumah sakit, namun tak membawa secuil pun rasa tenang bagi Amara yang masih terbaring diam di tempat tidurnya.Udara sejuk dari pendingin ruangan tak mampu menenangkan dada yang sesak, apalagi menyembuhkan luka yang terus menganga.Arga menunduk, mendekat, dan menyingkap sedikit selimut dari bahu Amara. Ia membungkuk, melabuhkan kecupan panjang di sana—kecupan yang ingin menyampaikan serib

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Kesepakatan Baru

    “Kamu enggak ke kantor?” Amara menatap Arga yang hendak duduk di tepi ranjang setelah bagian catering yang mengantar makan siang, pergi.“Enggak, nanti Zeno datang bawa kerjaan.” Arga menyahut sembari membuka plastik pelindung makanan.“Kamu makan siang dulu ya ….” Arga mendekatkan sendok ke mulut Amara.Amara membuka mulut, tidak protes karena sang janin butuh asupan gizi.“Ga, boleh aku telepon Ima?” Arga menatap ragu.“Aku ingin tahu apakah ibu juga melihat berita ini?” “Nanti kamu kepikiran ….” Arga menolak secara halus.“Tapi aku juga harus tahu dan bagaimana keadaan ibu setelah melihat berita itu.” Amara mulai ngegas.Akhirnya Arga mengeluarkan ponselnya dari saku celana.Amara mengotak-ngatik ponsel Arga mencari nama Ima namun jempolnya berhenti ketika melihat panggilan keluar dan ada satu nama kontak yang menarik perhatian.My Lovely Wife.Amara menekan nama itu lalu muncul nomor yang sangat dia kenal, nomor ponselnya.Jantung Amara bergetar hebat, dia mematung

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Rencana Yang Berhasil

    Berdamai dengan keadaan adalah satu-satunya cara untuk Amara bisa bertahan hidup dan membiayai berobat ibunya.Jadi meski hati sakit dan kecewa tapi Amara tetap membuatkan sarapan untuk Arga mengingat pria itu masih suaminya dan membiayai hidupnya juga ibu.“Bu, istirahat saja … biar saya yang masak sarapan buat Ibu dan bapak,” tegur Bi Eti dari arah belakang sembari membawa sapu.“Enggak apa-apa Bi, sebentar lagi selesai.” Amara menuang sup ke mangkuk besar lalu membawanya ke ruang makan diikuti bi Eti dengan membawa teman nasi yang lain.“Bu, nyalain ya tvnya? Biar enggak sepi … lagian tv di ruang makan enggak pernah di nyalain, nanti rusak lho Bu.”Amara tertawa pelan. “Nyalain aja, Bi … palingan Bibi mau nonton gosip ya?” Bi Eti menyengir. “Iya Bu, lagi nungguin up date proses kasus perceraian artis.” Dia mengaku.Tidak lama Arga datang dengan pakaian kerja rapih namun lengan kemeja yang belum di kancing.Langkahnya sampai di samping Amara sampai dia bisa menghirup aroma

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Pemain Tak Diundang

    Suasana ruang kerja Arga hening. Hanya suara detak jam dinding dan sesekali notifikasi email yang berbunyi di laptopnya. Arga baru saja kembali dari pertemuan membosankan bersama keluarga Wibisono dan WO. Baru saja duduk, ponselnya berdering.Nama “Alena Wibisono” terpampang di layar.Dengan malas, Arga mengangkat. “Kenapa?”“Aku enggak terima, Ga.” Suara Alena terdengar tajam dan panas, bahkan tanpa salam.Arga menyandarkan tubuh ke sandaran kursi. “Alena, aku lagi kerja—” Kalimat Arga menggantung.“Justru karena kamu kerja di depan publik itulah aku telepon sekarang!” potong Alena. “Kamu pikir semua orang di ruangan tadi enggak lihat sikap kamu? Kamu malu-maluin aku, malu-maluin keluarga aku, dan buat WO itu bingung harus bagaimana.”“Lagian aku enggak suruh kalian bikin pesta besar-besaran,” sahut Arga datar.“Kamu enggak bisa terus bersikap kayak gitu, Ga!” suara Alena meninggi. “Aku ngerti kamu cinta sama Amara, aku ngerti kamu enggak mau nikah sama aku, tapi kamu udah sep

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Merencanakan Pernikahan Megah

    “Hati-hati di jalanya, Bu … yang sabar ya, Bu.” Kalimat Ima itu terlontar ketika mengantar Arga dan Amara hingga teras rumah.Amara mengangguk disertai senyum tipis sementara Arga menatap Ima dingin dan gadis itu balas menatap dingin ketika tatapannya bertemu dengan Arga, seolah menantang.Arga mengembuskan nafas panjang, dia menoleh ke samping sambil melangkah beriringan lalu menggenggam tangan Arga.“Minggu depan kita kontrol ya,” kata Arga sembari mengendik ke perut Amara dan Amara hanya balas mengangguk tanpa antusias.Begitu sampai di depan gang, ternyata mobil yang mengantar Amara masih ada di sana menunggu mereka.Sepertinya tadi Arga meminta driver menjemputnya untuk di antar ke sini.Arga membukakan pintu untuk Amara bahkan melapisi puncak kepala Amara agar tidak terbentuk bingkai pintu.Setelahnya baru Arga masuk dari pintu lainnya di kabin belakang.Kemacetan imbas dari jam pulang kerja belum surut meski hari sudah malam.Amara menyandarkan kepalanya dan berusaha m

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Dua kabar mengejutkan

    Sore hari ketika langit Jakarta mulai meredup. Mobil yang mengantar Amara dan ibu Sumiati berhenti tepat di depan gang rumahnya.Ima turun duluan untuk mengeluarkan kursi roda dibantu driver lalu Amara membantu ibu Sumiati turun dan duduk di kursi rodanya.“Terimakasih Pak,” ujar Amara kepada sang driver.“Sama-sama Bu, tapi kata bapak sebelum ada instruksi—saya tetap tinggal di sini untuk nantinya mengantar ibu pulang ke rumah.” Sang driver memberitahu.“Oh … oke, saya cuma sebentar kok.” “Enggak apa-apa, Bu … santai aja.” Amara mengangguk sambil tersenyum lalu mengikuti Ima yang duluan mendorong kursi roda ibu.Sepanjang perjalanan tadi Amara melamun, pikirannya masih dipenuhi wajah-wajah masa lalu dan pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan.Hingga kini dia menyusuri gang rumahnya pun, pikiran-pikiran tersebut belum enyah dari benaknya.“Bu, saya masak dulu ya …,” kata Ima pamit.“Ima … kita beli aja ya, kasian kamu capek seharian menemani ibu ke rumah sakit,” kata Ama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status