Setelah kedatangan Candra malam tadi, kulihat Bapak dan Ibu berwajah sumringah pagi ini. Sebuah asa telah didapatkan mereka kembali."Bagaimana menurutmu Za, Om Candra?"Tanya Ibu ketika kami tengah sarapan."Om Candra baik Nek. Lebih baik dari Om Candra yang sebelumnya." Terang Reza.Ibu dan Bapak hanya tertawa mendengar perkataan polos Reza. Dia masih mengira bahwa Candra ada dua."Reza seneng kan kalau dia jadi Papa baru Reza?" Kini Bapak juga mengeluarkan suara."Reza akan seneng jika lihat Mama juga seneng." Jawabnya membuatku terharu."Terimakasih sayang." Kataku seraya memeluknya. Air mataku hampir saja tumpah."Mama seneng kan jadi istri Om Candra?" Tanya Reza kini. Aku tidak ingin membuat putraku itu sedih. Ku anggukkan kepalaku tanda setuju dengan ucapannya.Cinta akan datang seiring berjalannya waktu, Pikirku. Seperti pepatah bahasa jawa Witing tresno jalaran seko kulino, yang berarti Cinta akan tumbuh karena terbiasa. Kali inj Aku sungguh mempercayainya."Ya udah Mama beran
Jam menunjukkan pukul tiga petang, Waktunya untuk pulang. Sore ini Candra sengaja menjemputku. Dia bilang dia akan jadi sopir pribadiku mulai sekarang.Kulihat Candra melambaikan tangan dari kejauhan ketika melihatku keluar dari kantor."Udah lama?" Tanyaku setelah menghampirinya."Baru juga nih." Jawabnya.Candra segera membuka pintu mobilnya untukku. Senyuman mengembang diwajahnya ketika menatapku."Jangan menatap gitu Ndra, bikin aku salah tingkah nih." Kataku.Candra hanya tersenyum, kemudian menutup pintu mobil setelah aku masuk."Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Tanya Candra."Lumayan capek Ndra. Banyak berkas yang harus ku periksa." Jawabku."Semangat Reina." Katanya seraya mengangkat genggaman tangannya."Tumben manggil Reina?" Kataku heran. Tidak biasanya dia memanggilku dengan sebutan itu."Gak papa Wul. Mulai sekarang aku panggil kamu Reina aja. Itu kan nama panggilan aslimu?" Tanya Candra.Aku hanya mengangguk. Candra beberapa kami menoleh dan melihatku dengan senyumannya.
Setelah mendengar perkataan Desi semalam, aku semakin yakin dengan keputusanku. Aku merasa lega jika Rendi juga sudah bisa merelakanku. Candra yang sekarang menjadi penjemput setiaku sudah menunggu di depan. "Reina langsung pamit ya Bu." Kataku setelah sarapan." "Iya Re. Hati hati." Jawab Ibu."Salam buat Candra." Lanjut Bapak. Candra sengaja tidak mampir dulu karena sudah siang. Dia takut jika mampir akan membuatku terlambat sampai dikantor."Baik Pak." Jawabku lalu keluar meninggalkan Bapak juga Ibu yang masih meneruskan sarapannya."Maaf hari ini aku datang agak siang Re." Kata Candra."Iya gak papa Ndra. Ini juga baru jam setengah tujuh lewat sedikit. Masih ada beberapa menit lagi kok." Jawabku."Ya udah yuk langsung berangkat aja." Ajakku kemudian.Dalam mobil Candra menanyakan tentang Bu Serli."Apa Kak Serli menghubungimu lagi?" "Tidak Ndra. Dia belum menghubungiku. Mungkin hari ini?" Kataku."Jawab seperti yang aku katakan ya Re. Aku gak mau Kak Serli bertindak terlalu j
Sore harinya ketika aku hendak pulang, kulihat Rendi berdiri di dekat pintu keluar. Dia seperti sedang menunggu seseorang. Mungkinkah Desi yang dia tunggu?Aku berjalan melewatinya, ku sapa dia seperti biasa."Hai Ren." Sapaku."Em, ada yang mau ku tanyakan sama kamu!" Kata Rendi serius."Ada apa?" Tanyaku."Apa kamu benar benar akan menikah?" Tanya Rendi."Iya Ren. Kamu udah tau ya?" Tanyaku."Mudah sekali bagimu untuk berpaling Re! Kata Rendi."Kecewa aku pernah mengenalmu!" Lanjutnya kemudian pergi."Ren. Maaf jika ini melukaimu." Kataku.Rendi tidak peduli dengan apa yang ku ucapkan. Dia berjalan terus meninggalkanku, semakin jauh." Awalnya aku takut kamu akan terluka, namun setelah aku tau kamu udah dapat penggantiku, itu membuatku sedikit lebih lega." Sambungku.Rendi yang sudah berjalan, kemudian berbalik arah. Dia kembali menghampiriku."Apa kamu bilang?! Dapat penggantimu!!!! Maaf Re, aku bukan orang sepertimu. Tidak mudah bagiku melupakan seseorang yang begitu berarti dihid
Fida menjemputku pagi ini, Dia sengaja ku telepon semalam karena Candra gak bisa menjemputku. Fida yang memang sudah lama tidak berangkat bareng, dia dengan senang hati mau menjemputku."Oke, besok ku jemput." Katanya semalam. Fida memintaku untuk mengirim alamat rumah Ibu. Pagi harinya.Tin tin. klakson mobil Fida beberapa kali berbunyi, itu tandanya dia sudah menungguku didepan."Wait!!! Teriakku yang belum selesai sarapan. Karena tidak ingin Fida menunggu lebih lama lagi, aku segera mengambil roti tawar yang sudah diisi selai lalu memasukkannya ke dalam mulutku."Maaf telat." Katanya."Gak telat kok Da." Jawabku seraya masuk ke mobil. Mulutku penuh dengan roti yang baru saja ku makan."Emang kamu lagi sarapan ya?" Tanya Fida."Iya. Baru makan dikit, eh kamu udah klaksoni mulu." "Aduh maaf dong. Aku kan gak tau kalau kamu lagi sarapan." Ujarnya."Nih aku bawa roti, mau gak?" Kataku seraya menyodorkan tupperware berisi roti tawar yang berisi selai itu."Gak usah. Aku baru sarapan
Hari ini hari sabtu, aku libur bekerja. Seperti yang sudah dikatakan Pak Hisyam kemarin, aku akan ikut dengannya juga Bu Serli.Aku menunggu dijalan yang biasanya untuk menunggu taksi. Pak Hisyam akan menjemputku disana.Selang berapa menit aku menunggu, ku lihat sebuah mobil berwarna merah berhenti. "Ayo Re!" Teriak suara dalam mobil, ternyata Pak Hisyam.Aku bergegas menghampiri lalu masuk ke mobilnya."Selamat pagi Bu." Sapaku yang juga melihat Bu Serli."Iya Pagi." Jawabnya Bete.Aku merasa sedikit tidak enak padanya, karena aku lebih memilih untuk menerima ajakan Pak Hisyam.Dalam mobil itu, suasana canggung sangat terasa. Aku bahkan tidak berani untuk berbicara sepatah katapun.Setengah jam kemudian, kami sampai dirumah Candra. Ku lihat rumahnya lebih luas dan lebih besar dari rumah Rendi. Sepertinya keluarga mereka lebih berada dari pada keluarga Rendi.Tante Eni yang melihat kedatangan kami segera menyambut dengan wajah sumringah. "Kamu ke sini juga Re?" Tanya Tante Eni ya
Karena tidak ingin membuatku canggung dengan Bu Serli, Candra menyuruhku untuk tinggal dulu seventar dirumahnya. Membiarkan Pak Hisyam dan Bu Serli untuk pulang terlebih dahulu."Ya udah kami duluan ya Re." Kata Pak Hisyam ramah. Sedang Bu Serli, dari tatapan matanya dia terlihat sangat marah. Dia langsung pergi tanpa berpamitan dulu dengan Tante Eni."Udah biarin aja Re. Memang seperti itu wataknya." Kata Tante Eni setelah bersalaman dengan Pak Hisyam.Usai Pak Hisyam pergi, Tante Eni menyuruhku untuk duduk sebentar dengannya. Candra membiarkan kami untuk ngobrol berdua."Jadi dia pernah nyuruh kamu buat bujuk Candra kembali padanya?" Tanya Tante Eni."Iya Tante. Kok Tante bisa tau?""Iya, Candra yang bilang. Besuk lagi gak usah dekat dekat dengan dia ya Re. Nanti sifat baikmu terpengaruh oleh sifat buruknya." Lanjut Tante Eni."Apa Bu Serli jarang ke sini Tante?" Tanyaku akhirnya."Bukan jarang lagi Re, hampir gak pernah. Mungkin dia menganggap orang tuanya sudah meninggal kali." Ki
Minggu Pagi Candra menjemputku tanpa sepengetahuanku. Dia tiba tiba sudah berada dirumah menikmati secangkir kopi bersama Bapak."Udah Bangun Re?" Tanya Candra melihatku yang baru keluar kamar."Loh kok?" Kataku kaget. Kenapa dia gak nelpon atau kirim pesan dulu jika mau datang?"Iya. Candra udah dari tadi disini. Bapak mau bangunin kamu katanya gak usah." Sahut Bapak."Loh ngapain datang pagi banget?" Tanyaku yang tidak mengetahui jam berapa itu."Coba kamu lihat jam dulu Re, baru mengatakan itu. Jangan bikin malu Bapak lah didepan Candra." Lanjut Bapak.Memang sekarang jam berapa? Kulihat jam dinding yang menempel tepat diatas pintu kamarku.Astaga, udah jam sembilan lebih. Malunya aku baru bangun. Kenapa Candra musti ada disini lagi."Em, Maaf. Habis tadi malam tidur agak larut, sengaja. Kan hari ini libur " Kataku lirih."Ya udah sana mandi. Katanya mau pergi sama Candra?" Kata Bapak.Pergi? Kemana? Bukankah kita gak ada janji pergi hari ini?"Bapak sendiri gak ke showroom tumben