Beranda / Romansa / Karma Sang Penggoda / Bab 2 -Lepas Amarah

Share

Bab 2 -Lepas Amarah

Penulis: Azzila07
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-14 13:59:28

Anitta meronta dan menjerit histeris, sumpah serapah serta cacian keluar dari mulut kotornya. Sementara aku, berjalan dengan anggun menuju balkon tanpa mengindahkan ocehannya.

 

Senyum manis tak lepas dari bibir ini, menatap Mas Daniel yang terduduk lesu di hadapanku. Matanya mengisyaratkan kekhawatiran yang mendalam, mendengar jeritan di dalam ruangan.

 

Keringat sebiji jagung nampak jelas di keningnya. Sebesar itukah rasa pedulinya terhadap Anitta? Gundik suamiku.

 

Entah apa yang Paman perbuat. Aku tidak peduli. Jeritan serta teriakan si gundik begitu merdu di pendengaran, membuat bibir ini melengkung dengan sempurna.

 

"Kamu lelah sayang?" suaraku yang lembut mampu membuatnya terkejut.

 

Mas Daniel tersenyum kecil kearahku, mencoba menutupi raut gelisah diwajahnya.

 

"Bukankah dia cantik?" tanyaku dengan senyum yang merekah, padahal hatiku begitu perih. 

 

Ingin sekali menyayat wajah tampannya, dengan cutter yang selalu ada di dalam tas kecilku. Sepertinya dia akan berguna kali ini.

 

Mas Daniel menundukan kepala dan menautkan jari-jarinya. Terlihat seperti anak TK sedang menerima hukuman.

 

Melihat tingkah bodohnya, gigiku bergeletuk dengan nafas yang tertahan. Perlahan tanganku memasuki tas, menggenggam erat cutter yang terselip di dalamnya.

 

Membuang nafas kasar, mencoba meredam amarah. Jangan sampai amarahku meledak disini. Aku mempunyai rencana lain.

 

Melihat jam yang melingkar di tangan, sudah dua belas menit waktu berlalu. Aku bangkit memasuki kamar melihat keadaan.

 

Anitta nampak menangis sesegukan. Rambut lebatnya aut-autan, tangan dan pahanya kulihat membiru. Badannya terguncang hebat, membuat hati sedikit puas.

 

"Ehm ... menyedihkan."

 

Anitta menoleh kearahku dengan mata sayu namun kilat kemarahan terlihat di matanya.

 

"Dasar iblis!" desisnya di sela isak tangis.

 

"Trimakasih." balasku dengan senyum semanis mungkin.

 

"Aku bisa jadi apa saja. Tergantung musuhku," sambungku.

 

"Aku akan melaporkanmu ke polisi, kau akan membusuk di dalamnya." teriaknya dengan mata menyalang penuh kebencian.

 

Tawaku pecah mendengar celotehnya. Lalu berjalan mendekatinya.

 

"Hmm .. kau pikir aku takut pada ancamanmu?" tantangku dengan senyum mengejek.

 

"Penjara bukan sesuatu yang menakutkan untukku. You know? Dengan menjentikan jari, aku bisa langsung bebas kapan saja."

 

Mata Anitta melotot, badannya meronta seperti ingin melukaiku. Tangannya yang terikat oleh dasi, Mas Daniel membuatnya sulit bergerak dengan leluasa. Ikatan itu mengencang, akan sulit di buka oleh tangan.

 

"Baiklah, kurasa pesta ini sudah berakhir. Bukan begitu, Anitta?"

 

Aniita membuang muka, dengan wajah yang merah padam.

 

"Mas buka ikat tali ini, akan aku bunuh istri mandulmu itu!" teriaknya dengan nafas yang memburu, saat melihat Mas Daniel memasuki ruangan.

 

Mas Daniel tak perduli dengan teriakan Anitta, dia memilih sibuk memakai kemeja dan celana hitamnya.

 

"Ayo sayang." ajak Mas Daniel saat sudah selesai dengan aktivitasnya.

 

"Mas ... buka!" sentak Anitta dengan wajah memelas.

 

"Mas ... kumohon."

 

Dengan ragu Mas Daniel menatapku meminta persetujuan.

 

Aku tersenyum manis membalas tatapannya lalu mengamit tangan Mas Daniel dengan mesra, berjalan kearah pintu.

 

"Dasar iblis kau, Fiona!" jeritnya memekik telinga.

 

Kubiarkan pintu kamar terbuka, siapa tau ada orang baik hati yang melewati kamar ini. Dan membuka ikatan tali pada Anitta. Bukankah, aku baik?

 

Aku menganggukkan kepala saat melewati resepsionis, laki-laki berseragam itu tersenyum kecil lalu kembali sibuk dengan tamu yang baru datang.

 

Menghempaskan tangan Mas Daniel, aku berlari kecil menuju parkiran lalu berhenti di depan mobil pajero sport yang sangat kukenal.

 

"Apa kau membawa gundik itu memakai mobil ini?" tanyaku dengan tatapan mengintimidasi.

 

Mas Daniel mendadak gugup, dengan anggukan samar.

 

Hmm ... bagus sekali kau brengsek! Menukar mobil biasamu dengan mobil yang terparkir di dealerku.

 

Emosi yang teredam kini membara kembali, tak rela mobil ini di pakai oleh si gundik.

 

Aku bergegas menuju mobilku, mencari sesuatu di dalam bagasi.

 

"Untunglah masih ada." ucapku sambil mengambil tongkat baseball kesayanganku.

 

Menggenggam erat dengan tangan kanan lalu menimangnya dengan tangan kiri. Menuju mobil, Mas Daniel juga Paman yang sigap di belakangnya.

 

Dengan langkah lebar aku berjalan mendekati mereka, Menganyukan dengan kuat tongkat baseball ke arah kaca depan mobil.

 

Namun gerakanku terhenti tepat satu inci dari kaca mobil, berbalik arah menghadap Mas Daniel yang terlihat pasrah. Tanpa dia sadari tongkat ini terayun kuat menuju wajahnya.

 

Bugh ....

 

Dengan sekali hantam, suami tercintaku terjengkang dengan mulut menyemburkan darah.

 

"Uhuk.. uhuk," Mas Daniel merintih kesakitan, namun tak membuatku iba.

 

Ia menatapku dengan tatapan tidak berdaya, aku membalasnya dengan senyuman dingin. Lalu kembali mengayunkan tongkat-ku, kali ini lebih tinggi.

 

"Argh!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elin land
seruuuu aku semangat bacanya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Karma Sang Penggoda   Bab 64 - TAMAT.

    "Terserahlah. Aku sudah malas peduli." jawab Ridwan lalu pergi keluar pintu.Aku dan Mas Yas saling berpandangan. Mata kami kompak menoleh kearah Putri yang semakin menangis sesegukan.Aku mengangguk kecil, tanpa berkata Mas Yas langsung keluar kamar mengerti maksud isyaratku."Ada apa sih, Put? Coba cerita, siapa tahu Kakak bisa bantu," ucapku pelan sambil berjalan mendekati ranjang."Hati aku capek, Kak. Mas Ridwan dan Ibu menyalahkan aku, semua menyalahkan aku atas kejadian ini. Mereka fikir aku tidak sedih kehilangan anakku sendiri." Putri menatap sendu, isaknya terdengar lirih."Sabar sayang, sabar." aku mengusap lembut pundak belakangnya."Belum lagi Mas Ridwan, terlalu cemburu berlebihan Kak. Dia selalu mikir aneh-aneh setiap kali melihat aku sama Juna di kantor," lirih Putri. "Padahal kita hanya teman kerja, tidak lebih.""Loh ... bukannya cemburu itu tanda cinta ya? Emangnya kamu mau Ridwan cuek-cuek aja, lihat kamu diantar pulang sama orang lain?" sahutku selembut mungkin."

  • Karma Sang Penggoda   Bab 63 - Bertemu Fiona.

    "Pasien rumah sakit jiwa terlindas truk hingga tewas, kondisi sangat mengenaskan. Saat ini jenazah korban ada dirumah sakit Pelita Keluarga.""Baca, apa sih Fi serius banget?" Mas Yas yang sedang mengemudi, menoleh singkat lalu kembali fokus menghadap jalan."Baca berita yang lewat dibranda, Mas. Seram ih, aku baca juga komen-komennya. Katanya, tubuh korban tabrakan itu terbelah menjadi dua bagian." sahutku, sambil bergidik ngeri."Innalillahi ... semoga amal ibadahnya diterima Alloh." jawab Mas Yas dengan wajah prihatin."Aamiin," aku hanya menyahut, pandangan fokus pada gawai melanjutkan membaca komentar yang ada didalam berita.Mengingat rumah sakit jiwa, aku jadi teringat ucapan Nyonya Diana. Dia bilang, Anitta terkena gangguan jiwa, dan sekarang tinggal dirumah sakit jiwa. Semoga dia dalam keadaan baik-baik saja, walau aku sangat membencinya tapi aku tak ingin mendoakan keburukan padanya. Aku takut doa buruk itu akan kembali padaku. Naudzubillah."Nyonya Diana, terlihat bukan oran

  • Karma Sang Penggoda   Bab 62 - Bagian special.

    Pov DianaSuara debur ombak beradu dengan karang membuat aku menarik nafas panjang, angin lembut berhembus diwajah dan rambut. Menimbulkan aura menenangkan.Hmm ...Menghembuskan nafas secara perlahan, bibir tersenyum simpul melihat dua sosok kesayangan bermain dengan ceria ditepi pantai.Duhai Tuhan ... trimakasih. Atas izinmu, kau biarkan aku melalui badai yang sangat kuat lagi dahsyat."Mamih, ayok kesini!" seru Deo meski terdengar samar. Aku hanya tersenyum, meraih gelas berisi jeruk hangat lalu menyesapnya pelan.Tangan ini melambai saat melihat pasangan suami istri celingukan mencari seseorang. Aku tersenyum manis, saat mata kami beradu tatap."Hai." sapaku ceria."Lama tidak bertemu, Nyonya Diana." wanita cantik menyapa dengan senyuman manis, dia menyodorkan tangan, setelahnya kita berjabat tangan mencium pipi kiri dan kanan."Mbak Fiona, semakin cantik saja." ucapku tulus. Karna memang wajah wanita muda yang ada dihadapanku memang selalu cantik."Nyonya bisa saja," ucapnya sam

  • Karma Sang Penggoda   Bab 61 - Berakhir.

    Pov Anitta."Lepass!" aku memberontak saat dua laki-laki berseragam rumah sakit memegangi kedua tangan."Kalian tuli, hah! Lepas aku bilang!" sungutku sambil terus memberontak.Kedua laki-laki itu hanya mendengkus kesal tak mengindahkan ucapanku."Jalan!" ucapnya, lalu menyeret tubuhku keluar dari penjara.Nafasku terengah-engah, terpaan sinar matahari menerjang wajah menimbulkan sensasi hangat dan menenangkan.Otak mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi, aku terbahak menyadari akan keluar dari tempat pengap itu."Hahah ... aku bebas. Aku bebas!" teriakku bersemangat. "Bawa aku pulang ke apartement, aku rindu rumahku. Aku rindu." cerocosku sambil menatap penuh harap kearah dua laki-laki itu.Satu diantaranya membuka pintu bagasi mobil khas rumah sakit, setelah terbuka lebar dia kembali memegangi tanganku."Masuk!" titahnya sambil mendorong tubuhku."Hati-hati, jangan membuatnya marah. Atau kalian akan tersakiti." ucap Polisi gendut. Keduanya saling bertatapan, lalu menoleh kearahk

  • Karma Sang Penggoda   Bab 60 - Sudah lelah.

    "Aaaaa!" aku menjerit ketakutan. Pegangan itu tersenyum menyerigai, lalu membuka mulut dan mengeluarkan semua binatang menjijikan."Hah ... hah!" Aku langsung terlonjak dengan nafas memburu. Keringat sebiji jagung bercucuran dari kening hingga kewajahku. Aku mengedarkan pandangan, ruangan sempit masih mengelilingiku."Hiiiyyy." aku bergidik ngeri, mimpi tadi seolah nyata dan aku merasa benar-benar tenggelam dalam lautan darah."Uhuk ... uhuk!" nafasku tersendat. Aku kesulitan bernafas.Hah hah!Benar-benar kurang ajar. Untuk apa perempuan pengeretan itu hadir didalam mimpiku. Aku jadi takut sendiri berada diruangan sempit ini."Pak ... Pak!!" aku berteriak sambil memukul gembok pada pintu besi. Tenggorokanku kering, dan tidak ada satu pun setetes air minum disini."Ada apa! Jangan berisik. Ganggu saja!" maki petugas gendut."Air, saya butuh air." jawabku dengan tatapan memohon."Minum ... haus," pintaku."Ck! Menyusahkan saja sih." maki Polisi itu. Dengan sangat terpaksa dia membalik

  • Karma Sang Penggoda   Bab 59 - Bertemu Ibu.

    Pov Anitta."Tahanan ini benar-benar keterlaluan, dia membunuh Ibunya sendiri saat datang berkunjung menemuinya." ujar petugas gendut sambil melirik kearahku sorotnya memancarkan ketidak percayaan."Ckckck," laki-laki berperawakan tinggi besar itu menatap lekat, menggelengkan kepalanya. Aku semakin menundukan wajah, takut tiba-tiba pukulan kembali menyerangku.Tubuh ini menggigil, luka memar terlihat disekujur tubuh. Rasanya sakit dan menyiksa sekali."Teman satu selnya pun ikut dihajar, aku rasa dia mengalami gangguan jiwa." Mataku mendelik, tak terima dengan kata-kata sipir jelek itu."Bawa dia masuk kembali, tempatkan dia diruangan 355 a. Jangan disatukan dengan yang lain, saya mencuim gelagat mengerikan dari tatapan matanya," ucap komandan Polisi."Siap, Dan!" sahut dua petugas sambil menegakkan badan."Cepat!" tubuh ini diseret paksa. Aku hanya bisa menurut, menyeret kaki mengikutinya.Dug!Rasa nyeuri menerjang lutut dan telapak tangan, saat tubuhku didorong masuk oleh petugas h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status