Share

Patah hati

last update Last Updated: 2022-04-05 05:15:47

Sumini, gadis dengan kulit sawo matang, rambutnya ikal, namun memiliki tubuh yang sintal.

Usianya sudah berada diakhir 20n, namun belum juga menikah, padahal diwaktu itu, teman seusianya rata-rata sudah memiliki anak yang beranjak remaja. Sangat tabu di masyarakat umum anak gadis yang belum menikah diusia segitu, karena umumnya, pada masa itu rata-rata perempuan menikah diusia 15-17tahun. Jika lebih dari itu dan belum juga menikah, maka harus siap jika sebutan perawan tua diberikan kepadanya.

Sumini memang tidak terlalu cantik, namun memiliki lekuk tubuh yang menarik. Tuhan menganugerahi bentuk tubuh yang di idam-idamkan banyak wanita kepadanya.

Sehingga sering kali digoda lelaki iseng, itu sebabnya banyak wanita yang tak menyukainya, atau mungkin juga karena sikapnya yang acuh dan tak mudah bergaul. Sumini lebih memilih untuk menyendiri dari pada bergaul. Karena sejak kecil, Sumini selalu mendapatkan perlakuan kurang baik dari sekitarnya.

Sudah hampir sebulan Sumini bekerja diperkebunan ki Harjo.

Hari ini Sumini sengaja bangun lebih pagi dari pada biasanya.

Setelah adzan subuh berkumandang, Sumini sudah sibuk berkutat didapur. Jemarinya yang lentik begitu lihai menyiapkan bahan mentah menjadi makanan yang menggugah selera. Sumini memang sudah terlatih sejak kecil untuk mengurus segala pekerjaan rumah, dan masak adalah salah satu keahliannya.

Sumini tersenyum sepanjang waktu, membayangkan siapa yang akan ikut menikmati masakanya hari ini. Sumini memasak hidangan terbaiknya, mengolah dengan oenuh cinta, dan perasaan yang bahagia.

"Hmmm harum sekali nduk, masak apa?"

Tanya mak Siyem, ibu Sumini.

"Masak spesial mak, cobain deh mak kurang apa?"

Jawab Sumini sambil menyodorkan sendok kepada ibunya.

"Enak nduk, wes pas mantep. Tapi kamu masak segini banyak ini untuk siapa, emak itu sudah dapat jatah makan dari rumah deoan, kamu kalau mau masak itu buat jatah makanmu sendiri saja, kalau terbuang kan sayang."

Tanya mak siyem, yang heran dengan kelakuan Sumini yang tak biasa.

"Iya mak Sumi tahu, Sumi cuma mau sekalian bikinin bekal buat kang Tukiman, biar nanti siang bisa makan sama-sama."

Sumini menjawab dengan raut tersipu malu.

"Owalah nduk, rupanya anakku sedang kasmaran to, iya ndak apa-apa, semoga kalian berjodoh, ibumu ini sudah gak sabar pengen nimang cucu"

Goda mak Siyem kepada Sumini yang membuat anak gadisnya itu tersipu malu.

"Emak ini apa to, wong baru juga kenal, mas Tukiman juga belum respon apa-apa, kok sudah ngomongin cucu."

Wajah Sumini semakin memerah, ikut membayangkan jika nasib baik kali ini berpihak kepadanya. Tukiman juga menaruh hati kepadanya lalu mereka menikah dan merajut hidup bahagia berdua, memiliki anak-anak yang lucu. Ah betapa bahagianya Sumini hanya dengan membayangkannya saja.

Sumini kembali mematut tampilannya dicermin. kali ini Sumini menurutu kata Tukiman yang melarangnya untuk memakai kain ketika bekerja. Sumini berpakaian selataknya pekerja yang lain, namun tetap cantik dan rapi. Semua itu Sumini anggap sebagai bentuk perhatian Tukiman yang diberikan kepadanya.

Bekal untuk makan nanti siang sudah disiapkan,

Satu untuknya, dan satu lagi untuk Tukiman.

Sumini berangkat menuju kebun dengan semangat, sepanjang jalan dia sudah membayangkan betapa menyenangkanya nanti, ketika makan siang bersama Tukiman dibawah pohon kopi, sambil bertukar cerita, lalu mendengar Tukiman memuji masakannya yang dia buat dengan sepenuh hati.

Sepanjang hari hati Sumini berbunga-bunga, moodnya bagus sehingga hari ini Sumini terlihat cukup ramah. Tidak seperti biasa yang selalu memasang wajah datar sehingga membuat oranglain enggan untuk mendekatinya. Tanpa terasa, jam makan siang yang dinantipun tiba.

Tanpa sungkan dan ragu Sumini mencari Tukiman, walaupun harus mencari diluar wilayah bagiannya.

Hingga akhirnya, sosok lelaki berbadan tegap itupun nampak sedang sibuk dengan catatan ditanganya.

"Kang man ..."

Panggil Sumini yang terdengar begitu manis dan sedikit manja.

"Eh mbak Sumini, kok disini? bagian njenengan kan disebelah utara?"

Tukiman merasa heran yang melihat Sumini berada di tempatnya sekarang, yang dia rasa cukup jauh dari wilayah bagian kerja Sumini.

"Iya kang, saya memang sengaja tadi nyari njenengan."

"Ohh, ada apa ya mbak? Apa ada yang perlu ditanyakan atau dibantu? Atau ada yang iseng sama njenengan lagi? Mbah Sum tunjukkan saja yang mana orangnya, nanti biar saya tegur langsung."

Tanya tukiman dengan heran.

"Tidak kang, saya memang sengaja mencari akang, karena saya tadi masak banyak, dan tadi saya sengaja bungkusin buat kang Man, sekiranya bisa untuk makan siang."

Jawab Sumini dengan jantung berdebar dan raut malu-malu.

"Owalah mbak trimakasih banyak, tapi mohon maaf, saya biasa makan siang dirumah, sudah ditunggu istri saya, tadi saya sudah pesan dimasakan sayur asem kesukaan saya, kasian kalo tidak dimakan. Mari mbak, saya duluan. Sekali lagi terimakasih untuk niat baik mbak Sum."

Jleb. Bagai tersambar petir, hancur sudah hati dan harapan Sumini, mendengar jawaban dari Tukiman.

Betapa dia merutukin kebodohanya selama ini, ternyata orang yang dicintainya adalah suami dari perempuan lain.

Bekal yang sudah dia siapkan dari pagi, dia biarkan jatuh berhamburan ditanah,

Seakan mewakili betapa remuk hatinya saat ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karma pahit seorang pelakor   Akhir tragis yang dia mau

    Mursiyem sebenarnya bukanlah orang jahat, dia tidak pernah menyakiti oranglain. Mursiyem hanya membatasi diri dari orang sekitar, dia memang tidak pandai bergaul sejak dulu, namun para tetangganya menyebut dirinya sombong, angkuh, dan tidak tahu diri. Mereka mencibirnya dengan pikiran mereka masing-masing. Mursiyem bukanlah orang jahat, dia hanya korban. Korban dari keegoisan dan juga ketidak adilan. Korban dari keserakahan, dan juga korban dari perasaan dendam yang tak berkesudahan. Dia adalah korban dari perasaannya sendiri. Kini apa yang dia mau sudah berhasil dia dapatkan, Sumini sudah berhasil menghancurkan kebahagiaan keluarga Menik, adik tiri yang tidak pernah Sumini sadari. Misinya sudah berhasil, Mursiyem sudah berhasil membuat Menik menangis setiap malam seperti yang dia rasakan dulu. Suami yang selama ini dia banggakan, kini dengan perlahan mulai membagi perasaanya dengan Sumini, kini cinta lelaki itu tak lagi utuh. Pernah sekali Mursiyem berfikir untuk mengakiri saja se

  • Karma pahit seorang pelakor   Dendam yang terbalaskan

    Mursiyem setengah mati berusaha untuk tidak tertawa puas untuk pagi ini, pagi yang begitu indah dengan udara yang begitu sejuk yang dia rasakan setelah puluhan tahun. Sesak didadanya yang dia rasakan selama ini serasa terobati melihat pemandangan ini. Lelaki lugu itu tampak gemetar ketakutan, dia begitu tampak marah, lelah dan juga putus asa, ketika semua orang yang berada diruangan ini tampak menyudutkannya. Semua tetua datang untuk mengutuk perbuatannya, perbuatan yang sebenarnya tidak pernah dia lakukan. Mursiyem ingin bertepuk tangan untuk semua yang ada diruangan ini, betapa hebat ekting mereka. Saminah yang terlihat marah namun masih berusaha menenangkan suaminya, Raharjo yang terlihat begitu terpukul, padahal mungkin saja Raharjo tahu bahwa istrinya sedikit banyak ikut andil dalam hal ini, Raharjo tentu tahu bahwa keponakan tersayangnya itu tidak mungkin melakukan hal sekeji ini. Dan lihat Sumini, Mursiyem ingin memberikan penghargaan tertingginya untuk anak itu, Sumini memang

  • Karma pahit seorang pelakor   Mursiyem menagih janji

    Pesta itu berlangsung selama tiga hari tiga malam dengan sangat meriah, semua hiburan rakyat ditampilkan di acara tersebut, makanan yang tersaji juga tak kalah melimpah. Warga yang hadir maupun para undangan orang-orang penting begitu terkagum-kagum, semua memuji atas kebaikan Raharjo dalam memperlakukan anak angkatnya dengan begitu baik lakyaknya anak kandungnya sendiri.Kedua mempelai juga terlihat sangat bahagia, senyum tak pernah lepas dari bibir keduanya, si perempuan pipinya bersemu merah jambu manakala sang pengantin pria membisikkan sesuatu ditelinganya lalu menatapnya dengan jail."Beruntung ya yu, Menik di asuh oleh Ki Harjo, walaupun mereka tidak ada ikatan darah, tapi ki Harjo memperlakukan Menik dengan sangat baik" Terdengar obrolan segerombolan ibu-ibu yang baru saja menghadiri acara tersebut. "Iya ya yu, bahkan ki Harjo mau menikahkan Menik yang sudah yatim piatu itu dengan keponakannya sendiri.""Ya pantes to yu, lawoh Tukiman kan juga sudah yatim piatu sejak kecil. C

  • Karma pahit seorang pelakor   Memulai hidup baru

    Kini semua sudah mulai berjalan dengan semestinya, menjalani hidup dengan porsi masing-masing. Menik sudah mulai bisa menerima kenyataan akan kepergian orangtuanya. Dia hidup layaknya anak seusianya, bermain, belajar, walau tanpa bermanja seperti dahulu. Tapi dia hidup dengan sangat layak disini, segala kebutuhannya tetap terpenuhi, dia tidak dibedakan dengan anak ataupun keponakan dari ki Raharjo, lelaki yang kini menjadi orang yang paling dihormati dan paling berpengaruh karena harta dan pengaruhnya di desa ini. Ya, kini Menik mulai memiliki teman baru, teman untuk membagi kesedihan dan juga kebahagiaanya. Mereka senasib, sama-sama seorang anak yang ditinggal mati kedua orangtuanya dan ditampung keluarga ini. Walaupun begitu, kebersamaan mereka cukup dibatasi, tak baik katanya, seorang anak perempuan terlalu dekat bersama seorang anak lelaki, namun sesekali mereka masih sering terlihat bersama. Sama halnya Menik yang sudah mulai berdamai dengan keadaan, Mursiyem juga menjalani hid

  • Karma pahit seorang pelakor   Dibalik sebuah ketulusan

    Menik membereskan barang-barangnya dengan diam, satu persatu benda-benda penuh sejarah itu masuk kedalam kopernya. Menik membereskan semua itu dibantu oleh seorang pembantu yang sudah menganggapnya layaknya anaknya cucunya sendiri, mereka sama-sama diam, sama-sama berulangkali yang mengusap matanya yang terus berair. Bukan hanya Menik, wanita itu juga begitu berat meninggalkan rumah ini, sudah begitu lama dia menggantungkan hidupnya dirumah ini, bahkan sejak Admodjo masih didalam perut. Namun sayang, rumah ini akan segera dikosongkan, majikan sudah tiada, putri semata wayangnya pun kini hidup sebatang kara dan dirawat orang lain yang dirasa mampu. Wanita itu memandang Menik yang terus menangis dalam diam, mendekap erat baju terakhir yang akan dimasukkan kedalam sebuah koper besar itu, nafasnya tersengal, bahunya terlihat naik turun, namun gadis itu masih diam. Tak tahan melihat semua itu, wanita tua itupun tanpa sungkan menarik Menik kedalam pelukaanya, lalu mereka sama-sama terisak b

  • Karma pahit seorang pelakor   Tragedi

    Didalam riuhnya pesta, Menik kebingungan mencari orangtuanya kesana kemari namun tak kunjung ketemu, seorang lelaki yang dia kenal sebagai sahabat bapaknya oun mendekat, berkata bahwa bapaknya ada sedikit keperluan, lelaki itu akan menemaninya menemui tamu-tamu sebagai wakil dari bapaknya. Namun, meskipun sudah dijelaskan, Menik masih merasa bingung dengan apa yang terjadi, kecewa menyusup didadanya. Bagaimana mungkin orangtuanya tiba-tiba menghilang ketika tamu undangan sudah mulai ramai berdatangan, urusan apa yang begitu penting hingga mereka sampai hati meninggalkannya seorang diri? Jam pun akhirnya berganti, seluruh tamu sudah seluruhnya datang, namun acara tak kunjung dimulai, sang tuan rumahpun tak kunjung terlihat. Kini mereka mulai resah dan berbisik. Menik terlihat begitu panik hingga beberapa kali sang paman itu menenangkan bahwa semuanya baik-baik saja, mereka akan menunggu orangtuanya datang sebentat lagi, atau jika mereka tak kunjung datang, acara itu bisa dimulai denga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status