Share

Karma(penyesalan)
Karma(penyesalan)
Author: Nadaaulia

Pandai Berbohong

BAb 1

     "Bagaimana, kamu suka sayang"?? Suara parau Herman membuat Amira menghela nafas gemetar. Perlahan, Amira membuka matanya, dia melihat takjub dirinya dicermin.

 "Waaahh, bukan suka lagi sayang, bahkan aku suka sekali.  Terimakasih sayang." Amira membalikkan badannya dan memeluk Herman dengan erat. Dia merasa sangat bahagia, karena sepagi ini Herman sudah memberinya sebuah kejutan manis.

Sepulang dari dinas luar kota, Herman membelikan set perhiasan emas dengan permata warna warni yang mengkilat. Herman sengaja memakaikan kalung pada leher Amira. Dia ingin istrinya bahagia dengan kejutannya.

      Begitulah sikap Herman. Dia sangat romantis dan penyayang. Setiap pulang dari Dinas luarkota nya, dia tak pernah lupa membawa buah tangan untuk istri tercintanya. Dan hari ini, dia membawakan set perhiasan lengkap. Kalung dengan liontin berinisial A yang tak lain adalah Amira, ditambah manik-manik permata yang membuat kesan mewah. Pernikahan Amira dan Herman sudah berlangsung selama 3tahun dan sekarang, Amira tengah mengandung anak pertama mereka. Usia kandungannya baru menginjak 5bulan.

      Amira adalah perempuan yang hampir mendekati sempurna. Selain cantik alami, dia juga baik. Istri penurut dan tidak banyak menuntut. Hanya saja, ada hal yang Herman kurang suka dari Amira. Dia wanita natural yang jarang sekali berdandan. Menurut Amira, dandanan natural lebih enak dipandang daripada riasan wajah yang mencolok. Namun berbeda dengan Herman, yang awalnya dia pun tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Namun lama kelamaan, karena seringnya dia bertugas dinas keluar kota dan bertemu dengan banyak wanita sosialita, menjadikannya sedikit terganggu dengan penampilan Amira. 

Hanya saja,dia tidak mau mengutarakan perasaannya. Rasa  takut kalau Amira akan tersinggung, membuatnya menahan diri untuk mencoba menerima Amira. Setidaknya, sekarang yang membuat Herman masih merasa nyaman dengan Amira adalah sifat Amira yang berbeda dengan wanita lain.

     

      Dulu, saat hidup mereka masih susah. Saat bagaimana Herman berjuang mendirikan perusahaannya, Amira lah yang selalu setia menemaninya.Tak pernah sedikitpun mengeluh dengan keadaan Herman. Maka, sepantasnya sekarang saat keluarga kecil mereka berada diatas angin, Herman memperlakukan Amira dengan sangat istimewa.

    "Baguslah, kalau dia suka. Setidaknya mengurangi sedikit rasa bersalahku," gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba gawai Herman berdering, pertanda panggilan masuk. Tertulis sekertarisnya Andi memanggil. Herman sedikit beringsut menjauh dari Amira yang sedang duduk didepan kaca riasnya menikmati indahnya pantulan dirinya yang menggunakan perhiasan yang diberikan Herman dibalik cermin.

"Iya, apa kau sudah memberikannya?"

"Iya, sudah tuan. Semua sudah saya laksanakan sesuai instruksi tuan!" jawab Andi.

"Bagus!!" jawaban Herman singkat, sambil mematikan tombol digawainya mengakhiri pembicaraan ditelp dengan Andi orang kepercayaannya. Herman bergegas memasukkan kembali gawainya kedalam saku celana.Dia takut Amira mendengar pembicaraannya dengan Andi.

"Sayang.. maafkan aku, sepertinya aku harus berangkat lagi malam ini. Barusan Andi memberitahuku ada hal yang harus aku selesaikan di kantor," ucap Herman sambil mendekati Amira kembali dan memegang pundaknya.

"Tidak bisakah besok saja kau selesaikan mas? kau barusaja pulang setelah dinas luar kotamu selama 3 minggu. Besok adalah jadwalku memeriksakan kandungan. Aku ingin sekali saja kau menemaniku," Terlihat wajah Amira memelas kepada Herman.

"Aku usahakan besok pulang cepat agar aku bisa menemanimu sayang." Dengan mengecup pucuk kepala istrinya, Herman berharap Amira luluh dan mengizinkannya.

"Baiklah!!...tapi tolong pulanglah besok sebelum aku berangkat!" Balas Amira lagi, dengan senyum memaksa.

Amira sebetulnya sangat kecewa dengan jawaban Herman. Tapi dia tidak boleh egois, Herman adalah pemilik perusahaan sudah pasti dia sangat sibuk saat ini.

      "Baik-baik dirumah sayang, panggil bik Inah kalau kau ada perlu apa-apa. Jangan terlalu malam kalau tidur, tidak baik untuk kesehatanmu dan calon anak kita!" Sambung Herman sambil mengecup kening Amira dan bergegas keluar. Amira hanya terdiam melihat Herman berlalu.

Setelah Herman tak terlihat, Amira merebahkan dirinya dikasur empuknya. Seketika, sunyi mulai merasuki kedalam hatinya. Bagaimana tidak? Suaminya yang baru saja datang beberapa jam yang lalu, kini pergi lagi meninggalkannya. Ini bukan kali pertama Herman bersikap seperti itu. Semenjak dia menjadi pengusaha sukses yang memiliki banyak anak perusahaan, Herman sangat jarang berada dirumah. Paling lama hanya dua atau tiga hari dalam sepekan, selanjutnya ia akan menghabiskan waktunya untuk perusahaannya.

     Dalam fikirannya, Amira ingin suaminya kembali seperti dulu. Dimana, dia selalu menemaninya kapanpun dia mau. Tak banyak menghabiskan waktu diluar rumah. Dulu, Herman selalu menyempatkan untuk pulang walau hanya satu jam dirumah. Karena Herman benar-benar tidak bisa jauh dengan Amira. Tapi seiring berjalannya waktu, Herman semakin berubah. Walaupun masih tetap hangat seperti dulu, tapi tetal saja terasa ada yang berbeda, yang mengganjal dihatinya. Tak terasa, buliran airmata menetes membasahi bantal yang ditiduri Amira. Amira benar-benar merasa kesepian malam ini.

    Herman duduk dibangku belakang sambil memainkan gawainya. Di scrollnya layarnya ke atas ke bawah mencari sebuah nama di kontaknya.

"Hai Beb...sebentar lagi aku akan sampai, apa kau sudah terima hadiah dariku?" tanya Herman sambil tersenyum manis. Seolah orang yang diajak bicaranya ada dihadapannya. Pak Parman hanya melirik dari spion depan, menyaksikan mimik wajah tuannya saat menelpon. Parman sudah tahu kalau orang yang sedang ditelp tuannya adalah bukan Amira istrinya. Melainkan Dinda, seorang perempuan muda yang selalu tuannya temui seminggu sekali. 

Sebenarnya Parman merasa kasihan dengan Amira, namun dia hanyalah seorang supir. Dia tidak berhak berbuat apa-apa selain melaksanakan perintah tuannya.

     Tak lama, mobil sedan milik Herman sampai didepan rumah cat putih dengan pagar tinggi berwarna abu tua.

"Pergilah!! Besok ku hubungi kau kalau aku akan pulang!!" perintah Herman. Pak Parman mengangguk tanda mengerti, yang kemudian langsung menjalankan mobilnya dengan cepat.

     Terlihat gadis muda memakai baju lingerie berwarna hitam berdiri didepan pintu. Dengan rambut terurai, lekuk tubuh yang terlihat samar karena tipisnya lingerie yang dia gunakan, terlihat senyumnya dari kejauhan, membuat Herman melengkahkan kakinya dengan cepat. Ia tak sabar ingin memeluk gadis simpanannya yang sangat dia rindukan.

"Aku sangat merindukanmu beb...!!" Herman langsung memeluk erat tubuh wanita didepannya.Tangannya melingkar kuat sambil sesekali meremas bagian belakang gadis itu. Hidungnya menyusuri setiap inci leher jenjang wanita itu. Tercium wangi parfum yang membuat Herman semakin tergoda. Bibirnya tak henti mencium tengkuk gadis itu, sambil nafasnya mulai memburu. Sadar posisinya berada didepan pintu, Herman langsung membopong tubuh gadis itu dan kakinya menutup pintu dengan cepat. Dia membawa gadis itu masuk kedalam kamar dan menidurkannya dengan lembut. Ditindihnya tubuh gadis itu, dan tangannya yang mulai bergerilya menyusuri setiap lekuk tubuh gadis muda dibawahnya, yang tubuhnya mulai bergerak tak teratur mendapat sentuhan Herman yang secara tiba-tiba dan tanpa ampun.

Desahan yang keluar dari mulutnya membuat Herman semakin beringas melahap tubuh gadis itu. Tangan kanan gadis itu memencet lampu tidur sehingga suasana kamar menjadi gelap. Hanya suara desahan yang saling membalas menjadi saksi malam itu.

     "Beb, kemana dulu kamu?Kenapa kamu tidak langsung datang kesini?" rengek gadis itu sambil mengusap lembut dada Herman yang sudah tidak ditutupi baju.

"Hmmm..aku pulang kerumah dulu beb. Istriku menungguku dirumah," jawab Herman dengan nafas yang masih terengah-engah.

"Kau bahkan lebih memilih pulang kerumah perempuan kuno itu daripada langsung datang kesini?Tidak tahukah kau, kalau aku lama menunggumu!" kesal gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya.

"Bukankah dari awal kau sudah tahu resiko menjadi simpananku?bersabarlah sedikit, aku akan menikahimu tapi tunggulah waktu yang tepat!" jawab Herman dengan datar.

"Hadiah yang Andi berikan apa kau suka itu?" tanya Herman menatap lekat mata gadis dipangkuannya.

"Tentu saja beb, makasih oleh-olehnya I like beb" jawab gadis itu membisik ditelinga Herman.

    "Kau dan istriku sama-sama hal yang penting. Apalagi sekarang Amira sedang mengandung anaku, jadi aku harus membuatnya bahagia selama kehamilannya," jawabnya lagi sambil menambah erat pelukannya. Dan ciuman mendarat dikening gadis itu.

"Aku tidak menginap disini,aku akan pulang. Besok aku datang lagi kesini," Seketika, suasana menjadi hening sesaat. Tak ada jawaban dari gadis itu. Sepertinya dia kecewa karena Malam ini Herman tak bermalam dirumahnya.

"Baiklah.. pergilah!"...jawab gadis itu dengan nada kecewa. Herman mengecup lagi kening gadis itu dan langsung memunguti pakaiannya yang tadi ia lepaskan ke sembarang tempat. Setelah ia kembali berpakaian rapi, diambilnya gawainya didalam saku celananya

"Pak Parman, jemput saya sekarang!" perintah Herman.

"Baik tuan!" terdengar jawaban singkat dari sopirnya dan langsung Herman mematikan telponnya.

Sebenarnya ia berniat bermalam dirumah Adinda, namun ia lupa kalau ia sudah berjanji akan pulang pada Amira. Dia merasa kasihan membayangkan Amira tertidur sendirian. Setelah dia meninggalkan Amira dinas selama 3 minggu kemarin, rasa rindunya pada Amira lebih besar dari rasa rindunya pada gadis simpanannya.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
jadi istri,apa salahnya menuruti kata suami. dandan itu utk menyenangkan mata suami. jgn cuman bisa ngangkang aja tapi keras kepala
goodnovel comment avatar
Meyidson Hutagalung
...keren.....
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
ceritanya menarik padahal baru awal2.. pengen aku share ke sosmed trs tag akun author tp akunnya ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status