Share

Bab 8

Andaikan aku masih bekerja, aku tidak akan minta – minta seperti ini kepada suamiku. Apalagi hanya sekedar membeli skincare dan kosmetik. Borong setoko pun aku bisa membelinya.

Sejak semalam, hatiku masih dirundung kesal dan nelangsa. Gini banget jadi ibu rumah tangga. Yang tidak pernah dihargai, selalu dituntut dan selalu disalahkan.

Ruang gerakku hanya sebatas di rumah saja, mengurus anak tanpa ada yang menggantikan, mengurus keperluan rumah tanpa boleh ada yang salah, dan selalu kekurangan uang karena tidak bisa mencari pemasukan sendiri.

“Furika! Kamu ngapain bengong, ayo ke rumah ibu, ada tamu!”

Ibu mertuaku memanggilku dengan nada terburu – buru.

“Tapi anakku bu?”

“Anakmu kan tidur, tinggal saja bentar!” ocehnya memaksa.

“Nggak bisa bu, kasihan sendirian di rumah, kalua anaknya bangun terus nangis gimana?” protesku berusaha membela diri.

Mana tega aku meninggalkan bayi kecilku sendirian di rumah. Bukannya aku lebay ya!

“Halah, alasan! Cepet gendong anakmu, buatkan minuman tamuk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status