Share

Karma untuk Suami Pelit
Karma untuk Suami Pelit
Penulis: Tetiimulyati

1. Istri Baru

Penulis: Tetiimulyati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-31 13:24:44

"Tiap hari, menu di meja makan, ini terus, sangat membosankan! Apa tidak ada lauk yang lain selain tempe dan tahu?!" Mas Riko bangkit sambil menggebrak meja.

"Tapi uang yang Mas beri hanya mampu untuk membeli tahu dan tempe." Aku mencoba untuk membela diri.

"Aku sudah kasih uang seratus ribu untuk satu minggu. Kalau menunya seperti ini terus besok aku turunkan jadi lima puluh ribu!"

"Apalagi uang segitu Mas, satu hari saja mana cukup!"

"Kamu itu jadi istri harus pandai atur keuangan. Pandai bersyukur, jadi benalu saja banyak maunya," ucapnya seraya bangkit dan meninggalkan meja makan dalam keadaan emosi.

Aku tertegun, berusaha menenangkan hati, uang nafkah seratus ribu seminggu saja diungkit, sedangkan kemarin aku menemukan bon di kantong kemejanya, berbelanja jutaan rupiah entah untuk siapa.

Itu adalah salah satu percakapan kami satu bulan yang lalu. Setiap hari memang selalu ada saja yang diributkan oleh Mas Riko. Kurang inilah, kurang itulah, semua harus sesuai dengan keinginannya. Sementara uangnya dia kasih hanya seratus ribu seminggu.

Dan hari ini, aku sudah benar-benar tidak tahan. Hari minggu ini, seharusnya Mas Riko ada di rumah, menghabiskan waktunya bersama keluarga terutama putri semata wayang kami. Tapi pagi-pagi sekali dia sudah rapi dan berpamitan pergi tidak jelas. Maka segera kukemasi barang-barangku, habis sudah kesabaranku.

"Kamu pikirkan lagi, Lis. Memangnya kamu bisa hidup tanpa aku? Orang tua sudah gak ada, pekerjaan pun tidak punya. Lalu kalian mau makan apa? Lebih baik terima nasib saja jadi istri pertama. Kamu tidak perlu memikirkan biaya hidup, hanya tinggal rela berbagi suami saja dengan Alin."

Ucapan Mas Riko sama sekali tidak bisa menghentikan gerakanku memasukkan pakaianku dan Kayla-puteri kami-ke dalam tas besar. Tekadku untuk berpisah dari Mas Riko sudah bulat setelah kemarin dia terang-terangan membawa wanita lain ke rumah ini.

Wanita yang diakui sebagai istri barunya itu memang cantik dan terawat. Pantas saja lantaran Alin adalah salah satu rekan kerja satu kantor dengan Mas Riko yang mungkin tidak pernah terkena asap dapur sepertiku.

Sebenarnya aku sudah tahu sejak beberapa bulan yang lalu perihal hubungan mereka. Secara tidak sadar Mas Riko sering memuji kecantikan wanita itu di depanku. Lalu diam-diam aku berteman dengan Alin di media sosial dengan menggunakan akun palsuku. Wanita itu kerap mengunggah poto bersama Mas Riko. Meski wajahnya disembunyikan, tapi aku tahu postur tubuh dan pakaian suamiku sendiri.

Dan puncaknya adalah tiga hari yang lalu. Mas Riko membawa Alin ke rumah.

"Terima atau tidak, terserah kamu. Aku cuma mau memberitahu kalau aku dan Alin sudah menikah."

"Kamu tega melakukan ini padaku, Mas?" Saat itu langit seperti runtuh menimpaku. Meski aku sudah tahu perihal hubungan mereka, tetap saja hati ini terasa sakit.

"Jangan salahkan aku, Lis. Salah kamu sendiri yang tidak bisa mengurus diri. Lihat dirimu yang tidak terawat itu, sangat membosankan. Padahal setiap bulan aku memberi uang yang cukup untuk pergi ke salon."

Kali ini aku tidak mau menjawab. Padahal uang bulanan yang dia berikan padaku tidak sampai seperempatnya dari gaji Mas Riko. Itu pun kadang aku berikan pada Ibunya Mas Riko, mertuaku. Ibu mertuaku itu seorang janda, hidup mengandalkan uang pensiun Ayah mertuaku yang dulunya hanya pegawai golongan rendah di sebuah instansi pemerintah. Aku sudah mengusulkan pada Mas Riko untuk memberikan uang setiap bulan pada Ibu, tapi apa jawabnya.

"Ibu itu hanya hidup berdua dengan Reka. Uang pensiunan ayah sudah lebih dari cukup. Kamu pikirkan saja kebutuhan rumah kita."

Saat itu aku hanya diam. Meski akhirnya aku tidak sampai hati melihat ibu mertuaku kekurangan. Apalagi Reka, adik bungsu Mas Riko itu masih sekolah.

"Makanya punya wajah dan tubuh itu dirawat. Jadi suamimu tidak melirik wanita lain yang lebih enak dipandang." Masih kuingat nyinyiran Alin kemarin ketika dengan mesranya tangan suamiku menggandeng pinggang rampingnya.

"Enak dipandang saja percuma, rumah tangga itu bukan hanya untuk dipandang tapi juga dirasakan." Aku memberanikan diri menatap mata wanita itu. Seketika mata yang dipenuhi bulu mata palsu itu membola.

"Buktinya Mas Riko lebih menyayangi aku ketimbang wanita lusuh sepertimu," cibirnya lagi.

"Sudahlah, Sayang, tidak usah berdebat. Toh keputusanku sudah jelas." Mas Riko mencoba menengahi, lebih tepatnya mungkin membela wanita itu. Dia sama sekali tidak memikirkan perasaanku.

Aku membuang nafas berat ketika teringat sikap keduanya tiga hari yang lalu dan pria itu sekarang masih berdiri di hadapanku, melihatku merapikan baju-baju dan barang-barang kami.

"Keputusanku sudah bisa tidak bisa diubah lagi, Mas. Seperti keputusan Mas Riko untuk menikahi wanita itu. Aku hanya minta Mas Riko mengantarku secara baik-baik pada Mbak Tika. Seperti dulu Mas memintaku padanya."

"Aku tidak berniat menceraikanmu. Jadi kalau kamu bersikeras untuk pisah dariku, aku tidak mau tahu. Dan aku tidak mau mengantarmu, karena ini bukan keinginanku." Sambil bersilang tangan di dada, pria tampan yang dulu sangat memujaku itu berkata sinis.

"Baiklah, Mas, kalau itu maumu," ucapku sambil menggendong Kayla kemudian meraih tas yang sudah kupersiapkan lantaran terdengar klakson dari luar rumah. Itu pasti mobil taksi yang ku pesan secara online tadi.

Rasanya berat meningkatkan rumah yang penuh kenangan ini. Rumah yang terbilang cukup mewah ini memang sudah ada ketika Mas Riko menikahiku dan cicilannya baru selesai satu tahun yang lalu. Dua tahun pertama aku menikah dan tinggal di rumah ini memang penuh dengan kebahagiaan. Mas Riko begitu mencintai dan menyayangiku hingga saat aku hamil pun dia begitu perhatian. Sikapnya berubah ketika Kayla sudah memasuki tahun kedua, anak itu sudah belajar berjalan dan aku semakin kerepotan mengurusnya. Sehingga kuakui memang aku tidak sempat memperhatikan diri sendiri. Pantaslah kalau Mas Riko mengatakan aku tidak bisa mengurus diri karena waktuku habis untuk mengurus rumah dan memperhatikan Kayla.

Aku menolak menggunakan jasa pembantu ataupun babysitter lantaran Mas Riko tidak mau mengeluarkan uang lebih.

"Kalau kamu mau memakai jasa pembantu, pakai uang yang sudah kuberikan. Sisanya atur untuk keperluan rumah."

Jelas saja aku tidak mau, jatah bulanan yang sangat minim lalu dipotong untuk membayar pembantu, sudah terbayang pusingnya aku mengatur uang itu.

"Anak kita 'kan baru satu, rumah ini pun tidak terlalu besar. Aku pikir kamu bisa mengurusnya sendiri." Itu yang dikatakan Mas Riko ketika aku mencoba memintanya untuk mengeluarkan uang lebih.

Daripada berdebat akhirnya aku menerima dan rela menghabiskan waktuku untuk mengurus rumah dan anak semata wayang-ku. Tapi pada akhirnya Mas Riko malah menyalahkan aku. Lantaran aku dinilainya tidak bisa mengurus diri.

Satu-satunya orang yang aku harapkan bisa menampungku adalah Mbak Tika, dia adalah sepupuku, anak kakaknya Ibu. Aku anak tunggal dan Ayah meninggal ketika aku masih kecil, sementara Ibu juga berpulang beberapa tahun sebelum aku menikah dengan mas Riko. Rumah yang Mbak Tika tempati adalah warisan dari Kakek kami, itu artinya aku punya hak juga dengan rumah itu. Serta beberapa usaha dan aset lainnya yang semuanya sekarang dikelola oleh Mbak Tika. Setiap bulannya memang diam-diam aku menerima transferan dari Mbak Tika untuk nambah-nambah biaya rumah tangga kami. Kalau tidak seperti itu, mana bisa aku membalikan susu untuk Kayla.

Aku akan membuktikan pada Mas Riko, jika aku bisa hidup tanpanya dan dia akan menyesal telah menyia-nyiakan aku.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Riris Poppy
Kan sudah dijelaskan uang bulanan dikasih ke mertua
goodnovel comment avatar
Isabella
betul tinggalin aja suami omdo
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
anak cuman 1 tapi kamu kerepotan banget sampai g bisa merawat diri. kamu yg dungu dan tolol. udah tau suami selingkuh tapi kamu g mengambil tindakan apa2
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Karma untuk Suami Pelit   231. Menata Hidup

    Aku turun dari ojek tepat di depan rumah Pak Narto. Benar saja, di sini sedang ada pesta hajatan. Tapi pesta apa? Bukankah anak Pak Narto hanya Yesi yang belum menikah. Atau ... jangan-jangan yang dikhawatirkan Ibu benar. Yesi menikah dengan orang lain karena tidak ada kejelasan dariku. Pantas saja gadis itu tidak membalas pesanku apalagi mengangkat teleponku.Lututku lemas seketika. Tubuhku terasa ringan, kaki seakan tidak berpijak di bumi. Ingin bertanya pada orang yang berlalu lalang tapi aku tak sanggup mendengar jawaban mereka. "Gimana, Mas, mau balik lagi atau tidak?" tanya tukang ojek yang tadi kusuruh menunggu."Ya Mas, kita balik saja ke terminal." Aku bersiap untuk naik kembali ke atas motor."Bener, nih, gak jadi kondangan?" Entah ingin memastikan atau sekedarnya kepo, Mas tukang ojek bertanya lagi sebelum aku duduk di belakangnya."Iya, bener, Mas. Ayo!"Hilang sudah harapanku untuk mendapatkan Yesi. Ternyata Ibu benar, masalah itu jangan dibiarkan terlalu-larut. Buktinya

  • Karma untuk Suami Pelit   230. Pesta

    RikoPonsel kuletakkan di atas meja di ruang tamu. Baru saja Reka menelponku sambil sesekali terisak. Adik perempuanku itu ternyata sudah mengetahui tentang masa lalu Joan juga perasaan pria itu pada Lisa. "Kenapa Mas Riko tidak bilang sama aku kalau Mas Joan itu mantan pacarnya Mbak Lisa?"Aku tak bisa berkata-kata ketika pertanyaan itu terlontar dari bibir adikku dengan lembut tapi penuh penekanan."Mas!? Mas Riko tahu 'kan kalau Mas Joan itu mantan pacar Mbak Lisa?" Reka mengulang pertanyaannya karena aku tidak menjawab."Bukan. Mereka tidak pernah berhubungan. Tapi Joan memang cinta sama Lisa.""Jadi Mas tahu tentang itu? Dan cintanya masih ada sampai sekarang. Itulah yang membuat aku tidak enak sebagai istri. Kenapa tidak bilang sama aku?""Mas tidak mau mematahkan kebahagiaan kalian. Melihat ibu begitu berbinar, Mas sangat senang.""Tapi pada akhirnya aku sakit hati, Mas! Mengetahui masih ada nama wanita lain di hati suamiku. Itu yang membuat aku jadi istri yang tak berguna.""

  • Karma untuk Suami Pelit   229. Wanita di Masa Lalu

    Timbul pertanyaan, jika Mas Joan tidak mengundangnya karena tahu dia mantan kakak iparku, berarti ada kemungkinan Mas Joan saling kenal dengan Mas Riko. Teringat saat lamaran tempo hari, Mas Joan pergi berdua dengan Mas Riko dengan alasan ingin berbicara secara pribadi.Aku Jadi curiga, apa di antara mereka ada urusan yang tidak aku ketahui."Tidak apa-apa, Bu. Meskipun saya tidak diundang, yang penting sekarang saya tahu kalau Reka sudah menjadi menantu Ibu. Saya ikut senang, karena Reka mendapatkan keluarga yang pasti menyayanginya." Mbak Lisa tersenyum sambil mengusap perutnya. Meskipun ada kekecewaan tergambar di wajahnya, tapi wanita yang super sabar itu menutupinya dengan senyuman."Oh ya, kalian kenal di mana?" Mama Anita memberikan pertanyaan yang membuat aku bingung untuk menjawabnya.Aku saling pandang dengan Mbak Lisa. Ragu untuk menjawab karena khawatir Mbak Lisa tidak mau membuka masa lalunya."Reka ini ... mantan adik ipar saya." Akhirnya Mbak Lisa yang memberikan jawaba

  • Karma untuk Suami Pelit   228. Dirahasiakan

    Seminggu sudah aku menjadi istrinya Mas Joan. Tapi kebahagiaan sebagai pengantin baru yang sesungguhnya tidak aku dapatkan. Mas Joan ternyata tidak menyentuhku di malam pengantin kami. Begitupun malam-malam selanjutnya, bahkan tidur pun memunggungi. Ketika kami pulang dari hotel tempat resepsi diadakan saat itu. Kami baru saja memasuki kamar ketika Mas Joan mengajakku berbicara serius."Kamu tahu 'kan, pernikahan ini terjadi atas keinginan Mama. Jadi aku harap kamu juga mengerti kalau aku belum bisa menjadi suami seperti yang diinginkan," ucapnya datar tanpa menatapku.Aku terperanjat mendengar pernyataan pria yang sudah resmi menjadi suamiku itu. Kupikir karena Mas Joan sudah menyetujui rencana Mama Anita, maka pria ini akan menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya."Kalau Mas Joan tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa Mas menyetujui rencana Mama? Padahal aku lebih baik ditolak daripada dinikahi tapi tidak dianggap.""Kamu jangan salah paham, Ka. Aku bukan tidak mengingink

  • Karma untuk Suami Pelit   227. Dingin

    RekaEntah apa yang dibicarakan oleh Mas Joan dan Mas Riko hingga mereka perlu mencari tempat untuk bicara secara privat. Mungkin Mas Joan ingin memintaku secara pribadi pada Mas Riko, secara mereka juga baru pertama kali bertemu. Sewaktu Mas Joan berkunjung tempo hari, kakakku memang belum ada di rumah Ibu.Sambil menunggu dua laki-laki itu kembali, aku berbincang dan menemani Ibu Anita dan Pak Adi. Mereka bertanya banyak hal tentang keadaan kampung ini. Dengan senang hati aku pun menjawab setiap pertanyaan mereka.Aku juga sempat berbincang dengan Ibu. Bertanya mengenai Mas Riko, karena aku belum sempat mengobrol dengan kakakku itu.Kata Ibu, kemarin Mas Riko datang bersama seorang wanita dan keluarganya. Mereka adalah orang yang selama ini membantu dan menemukan Mas Riko saat terlantar dulu. Rupanya kakakku itu punya hubungan khusus dengan gadis bernama Yesi itu. Sayangnya, Mas Riko tidak jujur tentang masa lalunya. Tentang dua kali pernikahannya, tentang Kayla, dan tentang penjara

  • Karma untuk Suami Pelit   226. Bukan Perjanjian

    JoanHari ini aku benar-benar mendapatkan kejutan besar. Setelah satu bulan yang lalu aku menyetujui keinginan Mama agar menikah dengan Reka, hari ini aku mendapatkan fakta bahwa Reka adalah adiknya Riko. Pria yang sudah mengambil Lisa dariku, tapi kemudian mencampakkannya.Pantas saja selama ini aku familiar melihat wajah gadis itu. Aku seperti mengenalinya, tapi tak tahu di mana. Rupanya karena memang Reka dan Riko itu mirip. Jelas saja, karena mereka adik kakak. Akan tetapi, karakter keduanya berbeda. Setahuku Riko adalah pria bejat. Itu saja, tak perlu aku merincikan seberapa brengseknya pria itu. Dengan menghianati Lisa saja sudah cukup bagiku melihat sisi buruk pria itu. Reka sebaliknya, gadis yang kukenali karena kecelakaan itu punya prinsip yang sangat kuat dalam hidupnya. Zaman sekarang, menemukan gadis yang tidak pernah pacaran itu hal yang sangat sulit. Inilah salah satu alasanku menyetujui rencana Mama. Kalau aku dulu menolak Bela, karena dia terlalu maniak bekerja hin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status