"Pu!" Rossa tidak bisa menahan tawanya.Linny sering mendengar mengenai Lulu, tapi masih belum sempat kenal dengannya, dia selalu mengira boneka wanita ini adalah gadis yang pendiam, paling tidak adalah gadis kecil yang lemah, sekarang begitu bertemu dengan Lulu malah ditembakkan air ke wajahnya, dia pun langsung tertegun.Wandy membantah dan berkata, "Bibi, cepat turunkan aku! Adikku pasti akan melindungiku! "Cepat lepaskan kakakku!"Lulu memegang pistol air dan kembali maju ke depan, dengan mata besar terus menatap Linny. Linny pun merasa heran dan membalikkan kepala melihat Rossa, melihat Rossa yang tertawa terbahak-bahak, dia pun benar-benar marah. "Gadis cantik, kamu harus berbicara sesuai kebenaran yah? Kemarin kakakmu yang duluan mengkhianatiku membuatku tinggal di kuburan umum semalaman, aku hampir saja jantungan karena ketakutan, bagaimanapun aku harus menyelesaikan masalah ini dengannya."Mendengar Linny berkata seper
Rossa tertegun, lalu hatinya terasa hangat, "Memiliki pria yang perhatian benar-benar sangat baik, apakah kamu benar-benar tidak mempertimbangkan asisten Santo?""Rossa! Mencari masalah yah?" Linny hanya merasa wajahnya memanas, tapi dia malah tidak ingin malu dan meneriakinya. Rossa hanya tertawa, tidak mengatakan apapun lagi, tapi Linny tetap tidak bisa menahan tatapan itu. Dalam sekejap mata 10 hari pun sudah berlalu. Keadaan Rossa sudah membaik.Selama 10 hari ini, Neilsen sendiri yang menjaga Rossa, kadang-kadang Linny juga membantunya. Santo sangat sibuk, waktunya kembali ke villa sangat pendek, setiap kali datang, Linny dan Santo pun terlewat begitu saja, sama sekali tidak duduk bersama dan berbicara. Setelah Linny dipecat oleh Viki, dia terus menemani Rossa di villa, juga tidak keluar. Tempat ini sepertinya adalah surga yang sudah dilupakan orang, di mana-mana selalu terdengar suara tawa. Luka juga sudah membaik, walaupun Landy
Neilsen pun memeluk erat Rossa, setelah mobil mereka pergi, Kalila pun langsung menarik Winata keluar dari rumah sakit, wajah mereka berdua terlihat buruk."Ibu, aku benar-benar tidak ada maksud lain, aku hanya datang melihatmu, aku sangat mengkhawatirkanmu." Winata mengatakannya dengan sangat sedih.Dia melihat orang yang dari kecil begitu tidak asing, tapi tidak bisa dekat dengannya ini, matanya pun langsung memerah. Selama ini Kalila juga memikirkan sangat banyak, terutama ucapan Rossa yang terus terdengar di telinganya, sekarang melihat Winata seperti ini, dia pun berkata."Winata, kamu juga sudah dewasa, usiamu sudah begitu dewasa, kenapa kamu sama sekali tidak mengerti? Ini adalah Manado, bukan Amerika, dan bukan rumah sakit ayahmu. Kamu menjerit-jerit di rumah sakit ini bahkan mengganggu pasien lain, apakah kamu benar-benar mengira ayahmu bisa melakukan segalanya dan bisa mengurusmu di Manado?"Mendengar Kalila berkata seperti ini, Winata d
"Dasar! Kita tidak mencari masalah dengannya, dia malah datang mencari masalah! Aku ingin lihat sebenarnya dia adalah putri orang kaya seperti apa, bahkan begitu arogan." Linny langsung menggulung lengan bajunya.Rossa takut dia dirugikan, dengan nada rendah berkata, "Jangan hiraukan dia, biarkan dia ketuk saja, asalkan tidak ada yang menyahutnya, dia akan pergi sendiri. "Tidak! Rossa, sejak kapan kamu menjadi begitu lemah? Atau karena dia adalah adikmu, makanya kamu menahannya?" Linny merasa ini bukanlah sifat Rossa.Dulu walaupun tidak akan berinisiatif mencari masalah, Rossa juga tidak akan hanya diam saat disakiti orang, sekarang, orang lain banyak sudah datang mencarinya, dia bahkan masih menahannya, ini benar-benar tidak bisa dipercaya.Rossa mana mungkin tidak tahu apa yang sedang Linny pikirkan, hanya saja dia benar-benar tidak ingin bermasalah dengan Winata, apalagi dengan keadaannya seperti sekarang ini juga tidak ingin marah, jadi tida
"Awas! Apakah kalian tahu siapa aku? Bahkan berani menghalangiku, awas!" Suara yang begitu sombong pun membuat Rossa mengerutkan dahinya, Neilsen juga terlihat tidak senang. "Aku suruh orang mengurusnya." Setelah berkata Neilsen langsung berdiri dan ingin keluar, tapi pergelangan tangannya malah di tahan oleh Rossa. "Jangan pergi, dia adalah Winata." "Siapa?!" Neilsen merasa nama ini sangat tidak asing, tapi dalam seketika dia tidak ingat siapa orang ini. Melihata Neilsen yang heran, Rossa dengan suara pelan berkata. "Winata putri dari nyonya Kalila." Neilsen akhirnya ingat, tapi di dahinya pun terlihat rasa kesal. "Bukankah dia ada di Amerika?" "Kami saja bisa kembali ke Manado, kenapa dia tidak bisa? Mungkin dia datang mencari nyonya Kalila." Rossa kembali mengganti panggilannya pada Kalila menjadi nyonya Kalila, san
Neilsen takut akan membangunkan Rossa, buru-buru menyuruh Kalila menjaganya, dia pun mengambil ponselnya keluar dari ruangan. Berdiri di gang, Neilsen pun mengangkat teleponnya. "Ayah, apakah terjadi sesuatu dengan mamiku?" Suara Wandy pun terdengar dari telepon, diikuti dengan pertanyaan dan juga kekhawatiran. Neilsen sangat ingin menyembunyikannya dari Wandy, tapi dia malah mendengar Wandy berkata."Kamu jangan mengira karena aku masih kecil jadi ingin membohongiku, barusan aku melihat paman membawa orang untuk membawa ibu Zhang pergi. Sepasang tangan dan kaki ibu Zhang patah, aku dengar itu adalah perbuatanmu, biasanya kamu tidak akan begitu kejam, selain si nenek sihir itu menyengtuh mamikukan? Di mana mamiku sekarang? Kenapa teleponnya tidak bisa dihubungi?"Sederet pertanyaan pun Wandy katakan benar-benar membuat Neilsen tidak bisa menghadapinya. Memiliki putra yang begitu pintar apakah dia harus merasa senang atau tidak? Neilsen berpikir