6 tahun yang lalu, api yang besar membakar semua cinta Rossa pada Neilsen. 5 tahun kemudian, dia kembali dengan anak mereka, Wandy. Menemukan bahwa wanita dengan wajah yang berbeda itu adalah istrinya, Neilsen ingin mengejar Rossa kembali. Namun, sepertinya anak mereka tidak setuju ...? Akankah cinta mereka dapat dilanjutkan kembali?
Lihat lebih banyakKetika Rossa Saraspati mengambil hasil pemeriksaan kehamilan, hatinya melonjak kegirangan.
Dia hamil!Dia mengandung anak Neilsen Matthew!Setelah menikah selama 3 tahun, akhirnya ia mengandung anaknya, ini benar-benar bukan sesuatu yang mudah bagi Rossa.Dengan gembira ia mengambil hasil pemeriksaan itu dan berjalan keluar, tak sabar ingin memberitahukan kabar baik ini kepada Neilsen. Namun ketika ia berbelok, dilihatnya segurat bayangan yang familiar berlalu dengan cepat.'Messie Chu? Cinta pertama Neilsen!'Dia tiba-tiba berbalik. Dengan cepat Rossa membuntutinya, dan ia mendapati Neilsen yang seharusnya berada di kantor sedang menemaninya di sisinya, memapahnya dengan hati-hati. Perutnya tampaknya sudah hamil sekitar lima bulan lebih."Neilsen, aku tidak apa-apa, jangan gugup, anak ini baik-baik saja.""Lebih baik diperiksa saja supaya tenang, lagipula anak dalam kandunganmu itu adalah cucu sulung keluarga kami, susah-susah mendapatkannya."Messie tersenyum manis, Neilsen lembut bak air, adegan ini menusuk lubuk hati Rossa sedalam-dalamnya."Apa yang sedang kalian lakukan?"Rossa meremas hasil pemeriksaan kandungan di tangannya, jemarinya meremas kertas itu hingga mengkerut, namun tetap tak bisa menghilangkan rasa sakit di hatinya. Dia mandul sejak awal, namun demi memberikan seorang anak bagi Neilsen, selama tiga tahun ini ia telah meminum berbagai macam obat, telah pergi ke berbagai rumah sakit, bahkan beberapa kali hampir membahayakan nyawanya, namun ia tak menyangka hari dimana ia diputuskan hamil, ia justru mendapati Messie tengah mengandung anak Neilsen."Kenapa kamu ada di sini?"Raut wajah Neilsen menegang, kelembutan bak air yang tadi terpancar di matanya itu berubah dingin, suhu di sekitar mereka pun terasa ikut turun karenanya.Melihat sikapnya sebelum dan sesudah, Rossa tak sabar untuk mendesaknya dengan pertanyaan lanjutan."Kenapa aku di sini? Neilsen, aku adalah istrimu, saat ini kamu sedang menemani selingkuhanmu memeriksakan kandungan, dan kamu masih tidak malu untuk menanyakan kenapa aku berada di sini?"Pertanyaannya yang menyudutkan itu memancing perhatian orang sekitar.Tiba-tiba Messie menangis dengan mimik kasihan."Neilsen, maaf, aku telah membawa-bawa dirimu, kalau saja aku tidak kembali, tidak memberitahumu keberadaan anak ini, atau kalau aku menggugurkan anak ini, mungkin Rossa tidak akan salah paham. Maaf, semua ini salahku."Selesai mengatakannya, Messie berbalik lari."Santo, ikuti Nona Messie, hati-hati dengan perutnya. Kalau sampai terjadi sesuatu dengan kandungannya, hanya kamu yang akan kutanya."Suara Neilsen begitu panik, Santo Song asistennya itu segera mengejarnya.Rossa merasa ia sulit bernapas, tidak pernah Neilsen memberikan perhatian seperti itu padanya."Neilsen, bajingan kamu!"Dia mengangkat tangannya, ingin menampar Neilsen, namun tamparannya itu ditahan oleh Neilsen, tangannya yang sedikit bertenaga itu memberikan rasa sakit pada tangan Rossa hingga membuatnya meringis."Rossa, tiga tahun lalu kau menggunakan cara licikmu dan naik ke ranjangku, memaksaku untuk mau tak mau harus menikahimu, seharusnya kamu tahu dari pernikahan ini aku tak mungkin memberikan cinta seperti yang kamu inginkan. Kuperingati kamu, anak dalam kandungan Messie sangat berharga, dan itu adalah darah daging keluargaku, kalau kamu berani melakukan hal buruk padanya, jangan salahkan aku yang tak peduli lagi dengan hubungan suami istri ini."Selesai bicara, Neilsen menghempaskan tangan Rossa.Rossa berdiri dengan tidak stabil, ia hampir saja terjatuh, buru-buru ia berpegangan pada selusur dinding di sampingnya, tangannya yang memegang hasil pemeriksaan kandungan itu segera melemparkannya kepada Neilsen."Kamu hamil?"Sorot mata Neilsen berubah kaget dalam sekejap.Rossa malah tertawa, air matanya mengalir dari sudut matanya."Apa kamu peduli? Tiga tahun lalu aku telah menjelaskannya padamu, tapi kamu tetap tidak percaya. Tidak peduli bagaimana aku berusaha merebut hatimu, kamu seperti tidak melihatnya. Bahkan sekarang cinta pertamamu akan memberimu seorang anak. Neilsen, aku memang mencintaimu, tapi aku juga punya harga diri dan hormat! Aku akan menggugurkan anak ini. Hubungan diantara kita sudah berakhir."Hati Rossa seperti tersayat-sayat, namun ia tetap berbalik dan meninggalkan tempat itu.Sorot mata Neilsen menjadi mendung.la melangkah dengan cepat ke depan, memeluk Rossa, dan segera berjalan ke luar rumah sakit."Rossa, kamu kira siapa dirimu? Yang memaksaku menikahimu itu kamu, sekarang yang mengatakan tidak ingin anak juga kamu, kamu kira aku Neilsen ini tidak punya emosi, dipermainkan seperti ini olehmu? Kuberitahu kamu, tentang kelanjutan anak ini, aku yang menentukan!""Neilsen, lepaskan aku! Ini adalah anakku, tidak ada hubungannya denganmu!"Rossa memberontak dengan penuh amarah, namun ia tetap tidak bisa melepaskan diri dari Neilsen."Anakmu? Tidak ada aku, bagaimana itu bisa ada? Rossa, sebaiknya kamu jangan memancingku!"Mata Neilsen yang indah itu menyipit, aura dinginnya menyelubungi sekelilingnya, membuat orang merasa tertekan.Di saat itulah teleponnya tiba-tiba berdering.Agar bisa menerima telepon dengan leluasa, Neilsen melepaskan Rossa, namun satu tangannya tetap menahan dia, begitu mengikat.Rossa merasa kesakitan.Setiap kali ia pasti selalu punya insting, merasa Neilsen sebenarnya sedikit banyak tetap memperhatikan dia, seperti saat ini."Apa katamu? Messie ingin bunuh diri? Awasi dia, aku akan segera ke sana!"Neilsen mendadak menegang, sementara pikiran Rossa yang sedikit hangat itu perlahan mulai dingin kembali.Semalaman tanpa tertidur, di dalam ruangan dengan penjagaan yang dilakukan oleh Neilsen, Kalila masih saja tertidur panjang dan belum sadarkan diri, sedangkan Rossa juga tertidur pulas tanpa gangguan apapun. Keesokan harinya saat sinar matahari masuk kedalam ruangan mereka, Rossa sudah mulai bangun dari tidurnya. Dia melihat jas yang menyelimuti tubuhnya, dia seketika tahu jika itu milik Neilsen, dia kemudian bertanya-tanya, bagaimana bisa dia tertidur begitu saja. Rossa tahu jika dia sama sekali tidak bisa tertidur, tetapi dia malah tidak sadar jika dia sudah tertidur, hal ini membuatnya bertanya-tanya dalam hatinya, hanya saja dia tidak memiliki waktu untuk memperjelasnya. Dia keluar dari ruangannya dan melihat jika Neilsen sedang membantu Kalila mengelap wajahnya. Dia begitu berbakti seperti sedang memperlakukan ibu kandungnya, membuat Rossa begitu terharu."Biar aku saja."Rossa langsung melanjutkan kegiatan yang sedari tadi dilakukan oleh Neilsen. Ini bukanlah hal yang seharus
Rossa sudah memutuskan akan tetap di sini dan menemani Kalila, Neilsen tidak bisa membujuknya dan hanya bisa menemaninya saja, tetapi hatinya juga terasa begitu sakit.Tubuhnya pada dasarnya sedang tidak fit, dan sekarang malah terjadi sesuatu kepada Kalila seperti ini, tentu saja membuat hatinya begitu berkecamuk. Neilsen benar-benar khawatir jika terjadi sesuatu kepada Rossa.Nyonya Huo tidak masuk dan tidak mengatakan apa-apa lagi, dia memangil perawat untuk menjaga Winata, dan dia kembali kerumah. Timothy masih berada di luar dan menunggu Rossa, melihat Neilsen keluar, dia berkata pelan."Mari kita berbicara sebentar.""Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, jika masalah itu mengenai nyonya Huo, maka aku pikir semua keputusannya berada pada Rossa."Neilsen berkata datar, sebenarnya dia tidak ingin mengatakan semua ini. Timothy juga sadar jika keluarganya sudah berbuat sesuatu yang keterlaluan, dia kemudian menghembuskan napasnya kasar."Mamaku sudah tidak muda lagi, dia selalu tid
Rossa masih merasa tidak tenang, tetapi dia juga tahu jika dia tetap berada di sini, maka Kalila tidak akan leluasa berbicara kepada ayahnya. Entah kenapa jika Rossa merasa Kalila sedikit aneh, atau apa karena dia begitu menderita karena keluarga Huo? Apa karena hidupnya terlalu berat? Rossa tidak tahu, dan dia juga tidak menanyakannya. Dia tidak ingin menanyakan masalah keluarga Huo, takutnya jika dia bertanya, dia akan mendengar masalah mengenai nenek yang begitu memanjakan Winata. Rossa merasa begitu sensitif mengenai masalah seperti ini. Jadi, saat Kalila memintanya untuk pulang terlebih dahulu, dia hanya bisa menurutinya.Setelah naik kedalam mobil, dia kemudian berkata kepada Neilsen, "Apa kamu merasa jika Kalila begitu aneh hari ini?""Tidak, kenapa memangnya?"Neilsen belum lama mengenal Kalila, saat dia mendengar Rossa yang bertanya seperti itu membuatnya tercengang."Tidak apa-apa, mungkin aku yang terlalu berlebihan, hanya saja aku merasa jika dia hari ini terlihat tidak s
"Masuklah." Rossa berkata pelan. Ini adalah pertama kalinya dia membiarkan orang dari keluarga huo masuk kedalam. Kalila terlihat sedikit terkejut dan tersanjung.Neilsen yang melihat ekspresi Rossa ini juga tidak berusaha untuk menghentikannya, dia malah membuka pintu dan menyambut Kalila masuk kedalam. Orang tua Rossa mungkin akan membawa anaknya untuk menginap di kediaman Neilsen, semua orang tidak berada di rumah, Linny dan Santo juga sedang keluar, dan hanya mereka bertiga yang berada di rumah."Sudah makan atau belum? Mau aku buatkan semangkuk mi untukmu?" Rossa berkata dengan sedikit pelan. "Aku saja yang buat."Neilsen tahu jika Kalila memiliki banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Rossa, dia kemudian berjalan masuk kedalam dapur. Kalila sudah melihat kebaikan Neilsen kepada Rossa, dan dia berkata lirih."Bisa menemukan suami sebaik itu, bukankah kamu sangat bahagia.""Iya, dia memperlakukanku dengan sangat baik, aku merasa sangat bersyukur."Saat Rossa mulai membicara
Rossa dan Neilsen terus berlari makin jauh, saat melihat kebelakang tidak ada yang mengejar, barulah mereka berhenti. Neilsen melihat Rossa yang tampak ketakutan karena melakukan hal buruk, dia pun tak tahan untuk tertawa. Mereka tidak peduli dengan mata orang-orang di sekitar mereka, dan tertawa dengan bebas. Saat ini, Rossa merasa seperti seekor burung kecil yang baru keluar dari sangkar, dia selama ini tidak pernah begitu nakal dan egois, tapi perasaan ini terasa tidak buruk. "Apa menurutmu ibu akan mengira aku dibuat rusak olehmu?" Rossa bertanya sambil tersenyum. Neilsen bersandar di bahunya dan berkata, "Kamu masih tidak tahu aku orangnya macam apa, ketika kamu menikah dengan ayam maka kamu akan ikut ayam, dengan anjing maka akan jadi anjing. Kamu seharusnya sudah terbiasa dengan itu sejak lama.""Huft!" Rossa memelototinya, lalu tersenyum dan bertanya, "Kemana kita akan pergi selanjutnya?""Pergi ke pantai."Neilsen dan Rossa menghentikan taksi dan langsung pergi ke pantai.
"Mami, selama ulang tahun!"Wandy memakai jas putih, Lulu memakai gaun putri, berjalan keluar secara berdampingan. Tangan mereka memegang bunga, melihat Rossa dengan ruang tamu yang di design seperti di dalam dongeng.Rossa baru menyadari kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Neilsen keluar dari kamar lainnya, memakai tuksedo hitam, dengan tersenyum melihat Rossa berkata."Istriku, selamat ulang tahun!"Tatapan Rossa pun basah, "Terima kasih, terima kasih." dia tidak pernah menduga kalau hari ulang tahunnya akan begitu dianggap penting.Dulu saat dia berulang tahun, hanya ayah dan ibu yang ingat, pagi hari akan memasak mie untuknya, kalau dia suka, bisa mengadakan acara ulang tahun, tapi seiring dengan bertambahnya usia, dia semakin tidak suka keramaian, dan setelah menikah dengan Neilsen, dia juga tidak pernah melewati hari ulang tahunnya, karena Neilsen sama sekali tidak ingat kapan hari ulang tahunnya. Seiring waktu berlalu, dia sendiri bahkan sudah melupakan hari ulang tahun
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen