Ekspresi Wandy yang menyipitkan matanya itu sangat mirip dengan Neilsen, membuat Linny menghela napasnya, namun itu justru membuat Sean tersadar dari pikirannya sendiri."Tante Linny?""Mamimu sekarang sudah tidak apa-apa, kau jangan khawatir lagi ya. Aku akan membeli makanan, kau jangan kemana-mana, malam ini aku akan menginap di sini untuk menjaga mamimu, sebentar lagi aku akan mengantarmu pulang, apa kau takut?"Linny mengelus kepala Wandy, hatinya timbul secercah rasa sayang.Anak ini meskipun ia kecil tapi banyak akal, banyak ide, tapi bagaimanapun juga ia adalah anak kecil, melihat maminya sedang dalam bahaya, tak urung ia pasti merasa cemas. Tapi ini adalah rumah sakit, banyak bakteri di mana-mana, Rossa sudah terbaring sakit, ia tak bisa membiarkan Sean ikut terkena masalah juga."Aku tidak takut. Tante Linny, kumohon Tante menjaga mamiku ya."Wandy membungkuk dalam-dalam di hadapan Linny.Linny yang diberi kehormatan seperti itu pun sangat terkejut."Hei bocah, apa yang sedang
Rossa kembali teringat akan kebakaran besar di dalam kesadarannya yang samar-samar, perasaan putus asanya yang meminta tolong tertimbun oleh besarnya kobaran api."Tidak! Tolong! Tolong aku!"Sekujur tubuhya sudah bersimbah keringat, kedua tangannya meraih sesuatu, seperti anak yang tak tertolong.Linny buru-buru memegang tangannya, ia berkata sambil hatinya terasa nyeri."Rossa, tidak apa-apa, tidak apa-apa, ada aku di sini, ada aku di sini, kau tidak usah takut."Meskipun ia tak tahu apa yang sudah dialami Rossa selama lima tahun belakangan ini, tapi kejadian kebakaran yang terjadi lima tahun lalu itu seluruh kota mengetahuinya. Tidak ada orang yang bisa bangun dari mimpi buruk semacam itu.Mendengar kobaran api yang besar itu membakar habis tempat itu tak bersisa sedikit pun, api tidak kunjung padam setelah semalam suntuk."Sakit! Sangat sakit! Tolong aku, aku bisa mati!"Rossa menggenggam tangan Linny dengan sangat ketakutan, seperti menggenggam orang yang mau menyelamatkannya, sel
Rossa dan Linny segera mengurus dokumen untuk keluar dari rumah sakit, dan karena mereka mengkhawatirkan Wandy, mereka segera kembali ke tempat tinggalnya.Saat itu Wandy sudah bangun, ia telah membersihkan dirinya sendiri dan menyiapkan sarapan."Eh? Mami, mami sudah pulang? Sudah baikan? Kenapa cepat sekali keluar dari rumah sakitnya?" Kata Wandy dengan gembira ketika melihat Rossa.Linny yang melihat Wandy menyiapkan bubur daging telur pidan, dan ada juga bakpao yang masih panas, ia berkata dengan hangat."Hei bocah, apa bubur ini kau yag membuatnya?"Wandy menggeleng."Bukan, aku keluar membelinya, tapi mulai sekarang aku bisa belajar membuatnya, khusus untuk nanti aku akan mengurus makanan mami.""Sayang, anak baik." Wajah Rossa melembut, dia membelai kepala Wandy, merasa bahwa dia adalah malaikat seumur hidupnya, sebuah hadiah terbaik dari Tuhan."Hari ini Sabtu, kau tidak perlu ke sekolah, mami juga tidak apa-apa, pergilah bermain setelah sarapan." Rossa berharap anaknya juga pu
Setelah Rossa kembali ke dalam kamar, ia langsung mengirim pesan pada Neilsen."Tuan Neilsen, mohon maaf, saya sedikit tidak cocok dengan kondisi air di Manado, saya telah mengajukan permohonan pada pusat untuk dipindahkan kembali ke kantor pusat dan akan ada desainer baru yang akan datang dan bekerjasama dengan kalian. Kebetulan pernyataan maaf Nona Messie juga menyiratkan saya adalah seorang yang sulit, kalau begitu, sebaiknya kita tidak melanjutkannya lagi. Kelselyn."Setelah mengirimnya, Rossa menutup ponselnya dan berbaring di atas kasur hingga terlelap.Neilsen yang menerima pesan singkat itu seketika terhenyak. Ini adalah nomor ponsel pribadinya, bahkan Messie tidak tahu, nomor ponsel ini telah dikunci sejak Rossa mati terbakar lima tahun lalu, dan setelah itu entah mengapa ia kembali membuka nomor ini, sampai saat ini selain Santo asistennya, yang tahu nomor ini hanya Rossa.Namun saat ini Kelselyn mengirimkan pesan singkat ke nomor pribadinya, ia percaya Santo tidak akan membe
Setengah jam kemudian, Santo kembali dengan membawa berita."Tuan Neilsen, desainer Kelselyn mengalami kecelakaan lalu lintas lima tahun lalu, kabarnya sangat serius, keluarganya membawanya berobat ke luar negeri, dan baru kembali setahun kemudian.""Lima tahun yang lalu?" Neilsen langsung menangkap waktunya. Santo mengangguk, ia juga sedikit heran, waktunya terlalu pas."Lima tahun yang lalu, kapan?""18 Maret." Selesai mengatakan tanggal itu, wajah Neilsen seketika berubah."Apa? 18 Maret? Tidak salah kan?""Tidak, Tuan." Santo merasakan ada yang tak wajar setelah melihat perubahan Neilsen, jarang sekali ia melihat Neilsen segusar ini.Neilsen tertawa, tawa yang membuat bulu kuduk Santo berdiri, tapi dilihatnya wajah Neilsen yang begitu gembira dan berseri-seri."Tuan Neilsen, apakah Anda baik-baik saja?""Saya baik-baik saja, sangat baik-baik saja, tidak pernah sebaik ini! Teruskan penyelidikannya, cari tahu di mana Kelselyn menyembuhkan luka akibat kecelakaan itu? Orang yang ada be
Dia mengira Neilsen akan setuju kalau dia ikut, tapi ia tak menyangka Neilsen hanya menepuk-nepuk jaketnya dan berkata dengan datar."Tidak perlu, aku yang akan menjaga Ryu. Lagipula kau bukan karyawan SAG, rasanya tidak terlalu baik. Hari ini akhir pekan, tidak ada orang di kantor."Messie sedikit tidak rela.la juga ingin masuk ke SAG, tapi Neilsen terus menerus menghalanginya, tidak membiarkannya masuk, bahkan mengatakan kalau ia ingin menjalankan suatu usaha, ia bisa mendirikan sebuah perusahaan baru untuknya.Sebenarnya ia hanya ingin bersama-sama dengan Neilsen saja.Neilsen seakan-akan tidak melihat mata Messie yang memelas, ia melanjutkan perkataannya."Di sana ada peraturan perusahaan, juga ada kamera CCTV, sudahlah, jangan ribut."Seketika air mata Messie merebak."Neilsen, kau takut aku akan mengacaukan perusahaanmu? Tidak akan, hatiku selalu memikirkan keluargamu.""Aku tahu, hanya saja itu sudah peraturan di sana, Messie, jangan mempersulitku." Meskipun nada bicara Neilsen
"Siapa nama mamimu?"Tanpa sadar Neilsen bertanya, kemudian barulah ia merasa tak sepantasnya ia bertanya hal itu, namun kata-katanya tidak dapat ditarik lagi.Wandy sedikit bergeming, lalu berkata sambil tersenyum."Paman, rasanya kurang sopan kalau bertanya secara frontal tentang nama mamiku. Sebaiknya paman segera antarkan aku saja, aku sudah hampir terlambat."Dikatai kurang sopan oleh anak usia empat tahun seumur hidup baru sekali, namun Neilsen tidak merasa jengah, ia sadar sepertinya mukanya sudah menebal."Naiklah." Neilsen akhirnya mengantarkan Wandy ke panti asuhan, setelah melihat wajah pemilik panti yang terlihat kenal baik dengan Wandy, barulah ia tenang meninggalkannya di sana.Setelah ia menyuruh orang untuk mengantar Ryu pulang, ia lalu mengemudikan mobilnya sendirian ke rumah Rossa.Entah mengapa, saat ini ia sangat ingin bertemu Rossa, sekalipun wajah itu bukan lagi wajah yang selalu ada dalam kenangannya.Tadinya Linny ingin tinggal di rumah dan menemani Rossa, tapi
"Aku tidak suka jahe, dan lagi saya tidak mau merepotkan Anda Tuan Neilsen, status Anda begitu tinggi, tapi saya malah membiarkan Anda merebus air jahe untuk saya, itu sangatlah benar-benar tidak pantas." Rossa berkata datar sambil memperlihatkan dirinya yang kurang tertarik.Mata Neilsen mendiam sesaat.'Tidak suka jahe?' Istrinya juga tidak suka jahe! Tiba-tiba ia merasa senang."Tidak apa-apa, tidak makan jahe, minum airnya sedikit itu juga bagus." Selesai mengatakannya, tak peduli Rossa setuju atau tidak, ia segera beranjak ke dapur dan mulai memotong jahe.Rossa pun terdiam.Mengapa Neilsen tidak mengeluarkan kartunya sesuai seperti apa yang diprediksinya? Kemana gunung es yang begitu tinggi dan dingin itu?"Hei, Anda tidak mengerti kata-kata orang ya? Saya bilang, saya tidak makan, dan tidak minum!" Rossa segera melompat turun dari ranjang, melihat Neilsen yang tengah sibuk di dapur rumahnya, tiba-tiba ia merasa sesak.Tidak seharusnya situasi hangat seperti ini ada diantara mere