"Dasar! Kita tidak mencari masalah dengannya, dia malah datang mencari masalah! Aku ingin lihat sebenarnya dia adalah putri orang kaya seperti apa, bahkan begitu arogan." Linny langsung menggulung lengan bajunya.
Rossa takut dia dirugikan, dengan nada rendah berkata, "Jangan hiraukan dia, biarkan dia ketuk saja, asalkan tidak ada yang menyahutnya, dia akan pergi sendiri."Tidak! Rossa, sejak kapan kamu menjadi begitu lemah? Atau karena dia adalah adikmu, makanya kamu menahannya?" Linny merasa ini bukanlah sifat Rossa.Dulu walaupun tidak akan berinisiatif mencari masalah, Rossa juga tidak akan hanya diam saat disakiti orang, sekarang, orang lain banyak sudah datang mencarinya, dia bahkan masih menahannya, ini benar-benar tidak bisa dipercaya.Rossa mana mungkin tidak tahu apa yang sedang Linny pikirkan, hanya saja dia benar-benar tidak ingin bermasalah dengan Winata, apalagi dengan keadaannya seperti sekarang ini juga tidak ingin marah, jadi tidaEkspresi di wajah Neilsen terlihat tidak begitu mengenakkan. Mereka sudah memperkirakan dari awal jika Winata akan datang kemari, dan sudah menduga jika dia akan merusak CCTV di depan ruangan, untung saja Neilsen dan Rossa sudah menyiapkan semuanya dengan mengatur kamera kecil di dalam ruangan dengan menyambungkan ke telepon seluler miliknya, meskipun Winata begitu pintar tetapi mereka juga tidak menyangka jıka kelakuan percobaan pembunuhannya ini sudah terekam. Rossa melihat ke arah Kalila, dan dia tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, hanya saja dia merasa jika ekspresi wajahnya tidak begitu mengenakkan, kemudian dia berkata."Ibu, lebih baik memanggil dokter kemari. Dengan begitu aku akan merasa lebih tenang.""Tidak apa-apa, ibu hanya merasa sesak napas, tetapi sekarang sudah jauh lebih baik."Suara Kalila tersengal begitu lemah, Seperti suaranya sudah dibawa kabur oleh seseorang. Meskipun dia tidak begitu menyukai Winata dan dia juga suda
Winata berteriak sejadi-jadinya, seperti perutnya benar-benar sakit saja. Pengawal di luar melihatnya sekilas, meskipun Timothy sudah berkata kepada mereka jika tingkah Winata begitu banyak, tetapi mereka juga tahu jika Winata adalah orang yang paling dipedulikan oleh nenek Huo, dan jika ada yang terjadi kepadanya, maka mereka takut tidak bisa menanggung akibatnya nanti.Kedua orang itu langsung masuk kedalam, "Nona, apa nona tidak apa-apa?""Perutku sakit sekali."Winata kesakitan hingga mengeluarkan air mata, membuat orang yang melihatnya begitu tidak tega. Kedua pengawal itu seperti tidak melihat apapun dan berkata pelan."Tunggu sebentar, aku akan pergi memanggil dokter.""Aduh ... aku sepertinya kram, kalian bantu aku sebentar untuk duduk." Winata menangis hingga sejadi-jadinya. Pengawal saling melihat satu sama lain, dan dengan cepat maju kedepan, dan langsung mengulurkan tangan ke arah Winata. "Nona, peganglah t
Rossa merasa jika dia tidur dengan begitu nyaman, napas yang dia hirup penuh dengan aroma tubuh Neilsen, hal ini membuktikan jika dia berada di sampingnya, membuatnya merasa begitu tenang dan damai.Saat dia membuka matanya, dia melihat Kalila yang sedang tersenyum bahagia melihat ke arah mereka berdua, hingga membuat Rossa merasa sedikit tidak enak hati."Ibu ... ibu sudah sadar, kenapa tidak membangunkanku?"Rossa juga langsung melepaskan diri dari pelukan Neilsen. Neilsen kemudian menggerak-gerakan lengannya yang terasa kram, "Kamu tidur sudah seperti babi saja, ibu tentu saja tidak enak untuk membangunkanmu. Kamu tenang saja, bibi Huang sudah membawa makanan kemari, ibu sudah makan tadi, dan menyisihkannya untukmu, kamu cepat masuk kedalam dan makanlah."Setelah mendengar perkataan Neilsen, Rossa semakin merasa tidak enak hati. "Kenapa kamu tidak membangunkaku?""Apa yang kamu takutkan, kita semua adalah keluargamu, apa kamu takut akan ditertawakan nantinya? Ditambah lagi kamu ju
"Ibu ... ibu sudah sadar? Aku akan pergi memanggil dokter." Rossa benar-benar begitu gembira. Neilsen kemudian berkata, "Kamu tunggu saja di sini, aku yang akan pergi memanggil dokter."Setelah itu, dia langsung berbalik dan berjalan menuju keluar ruangan.Saat melihat Rossa, Kalila tahu jika dirinya tidak berhasil untuk mengakhiri hidupnya. Saat bisa melihat kembali putrinya, dia merasa begitu beruntung dan bisa selamat dari kematian."Rossa ....""Ibu."Rossa langsung menggenggam erat tangan Kalila, terlihat dari sorot matanya yang begitu senang sekaligus sedih. "Kenapa berbuat seperti itu? Kenapa ibu bisa melakukan hal seperti itu? Soal Winata, aku tidak begitu memperdulikannya, tetapi ibu kenapa melakukan itu?""Maaf, ibu minta maaf kepadamu. Winata adalah putriku, akulah yang membawanya ke dunia ini, dan membuatnya berubah menjadi seperti itu, hingga dia berani mencelakaimu, aku tidak bisa membiarkannya mencelakaimu terus-menerus, aku hanya ingin membawanya pergi, pergi dan men
Semalaman tanpa tertidur, di dalam ruangan dengan penjagaan yang dilakukan oleh Neilsen, Kalila masih saja tertidur panjang dan belum sadarkan diri, sedangkan Rossa juga tertidur pulas tanpa gangguan apapun. Keesokan harinya saat sinar matahari masuk kedalam ruangan mereka, Rossa sudah mulai bangun dari tidurnya. Dia melihat jas yang menyelimuti tubuhnya, dia seketika tahu jika itu milik Neilsen, dia kemudian bertanya-tanya, bagaimana bisa dia tertidur begitu saja. Rossa tahu jika dia sama sekali tidak bisa tertidur, tetapi dia malah tidak sadar jika dia sudah tertidur, hal ini membuatnya bertanya-tanya dalam hatinya, hanya saja dia tidak memiliki waktu untuk memperjelasnya. Dia keluar dari ruangannya dan melihat jika Neilsen sedang membantu Kalila mengelap wajahnya. Dia begitu berbakti seperti sedang memperlakukan ibu kandungnya, membuat Rossa begitu terharu. "Biar aku saja." Rossa langsung melanjutkan kegiatan yang sedari tadi dilakukan oleh Neilsen. Ini bukanlah hal yan
Rossa sudah memutuskan akan tetap di sini dan menemani Kalila, Neilsen tidak bisa membujuknya dan hanya bisa menemaninya saja, tetapi hatinya juga terasa begitu sakit.Tubuhnya pada dasarnya sedang tidak fit, dan sekarang malah terjadi sesuatu kepada Kalila seperti ini, tentu saja membuat hatinya begitu berkecamuk. Neilsen benar-benar khawatir jika terjadi sesuatu kepada Rossa.Nyonya Huo tidak masuk dan tidak mengatakan apa-apa lagi, dia memangil perawat untuk menjaga Winata, dan dia kembali kerumah. Timothy masih berada di luar dan menunggu Rossa, melihat Neilsen keluar, dia berkata pelan."Mari kita berbicara sebentar.""Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, jika masalah itu mengenai nyonya Huo, maka aku pikir semua keputusannya berada pada Rossa."Neilsen berkata datar, sebenarnya dia tidak ingin mengatakan semua ini. Timothy juga sadar jika keluarganya sudah berbuat sesuatu yang keterlaluan, dia kemudian menghembuskan napasnya kasar."Mamaku sudah tidak muda lagi, dia selalu tid