Share

Chapter 5: Masuk Rumah Sakit

Clarita sedang menunggu gojek untuk pulang ke rumahnya. Hari ini sungguh sangat melelahkan sekali baginya. Audrey selalu saja mengirimkan dia pesan bahkan menelpon, tetapi Clarita tidak meresponnya.

Clarita masih ingat dan sakit hati dengan ucapan Devian, suaminya Audrey. Tadi pagi Audrey lagi-lagi mengirimkan dia pesan dan mengajak untuk bertemu, tetapi Clarita menjawab tidak bisa karena dia banyak pekerjaan. Audrey yang mendapatkan jawaban tersebut sangat sedih, biasanya Clarita tak pernah menolak ajakannya.

Saat menunggu pesanan gojeknya datang, tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti dihadapannya. Hasna mengerutkan keningnya dengan bingung, siapa orang itu? Tak berapa lama keluarlah Devian dengan langkah tergesa-gesa menuju Clarita.

"Ikut saya!" ucap Devian sambil menarik tangan Clarita dengan kuat. Clarita yang mendapatkan perlakukan tersebut langsung saja menolak dan berusaha melepaskan tangannya yang ditarik Devian dengan kuat, mungkin saja tangan Clarita sudah memerah akibat tarikan Devian.

"Apa-apaan ini, lepaskan tangan saya! Jangan Anda bersikap tidak sopan kepada saya!" sentak Clarita.

"Kamu harus ikut saya, karena kamu Audrey masuk rumah sakit!" kata Devian dengan suara meninggi. Banyak pasang mata yang melihat interaksi keduanya, ingin tau masalah apa yang terjadi. Clarita yang mendengar hal itu langsung saja syok dan tak menyangka.

"A-ada apa dengan Kak Audrey?" tanya Clarita panik.

"Kamu ikut saya dan jangan banyak tanya! Kalau sesuatu yang terjadi dengan Audrey, kamu orang pertama yang akan saya salahkan!" jawab Devian dan langsung menyeret Clarita masuk ke dalam mobilnya.

Di dalam perjalanan Clarita sangat gelisah, dia takut terjadi sesuatu dengan Audrey. Saat Clarita menanyakan lagi kepada Devian, Devian bungkam dan hanya mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Ya Tuhan, semoga saja Kak Audrey tidak apa-apa. Apa mungkin ini gara-gara aku menjauh darinya? Kalau memang benar aku tak akan memaafkan diri aku sendiri," ucap Clarita di dalam hatinya.

Devian dan Clarita pun masuk ke dalam rumah sakit besar yang berada di kota mereka. Clarita mengikuti langkah Devian yang lebar sehingga dia harus berlari untuk menyamai langkah Devian. Tibalah mereka di ruang rawat dan Clarita pun ikut masuk ke ruangan itu.

"Sayang, aku bawa wanita ini," ucap Devian saat masuk ke dalam kamar inap istrinya itu. Clarita sedikit kesal dengan Devian. Dia mempunyai nama, kenapa harus mengatakan dengan sebutan 'wanita ini' sungguh Devian manusia yang sombong dan menyebalkan.


"Clarita!" panggil Audrey dengan semangat. Audrey langsung duduk di ranjangnya yang semulanya tadi dia berbaring. Tangannya sudah ada infus yang tertancap yang membuat Clarita meringis dan kasihan melihatnya.

"Mendekatlah!" perintah Devian yang melihat Clarita hanya berdiri dengan jarak yang jauh dengan Audrey. Clarita pun mendekat dan matanya berkaca-kaca. Ada apa sebenarnya dengan Audrey?

"Dek aku minta maaf kalau aku ada salah sama kamu. Aku tau kamu menghindar dari aku, kamu biasanya akan ngasi kabar dan kalau aku ngajak kamu jalan kamu nggak akan pernah nolak," ucap Audrey dengan pilu sambil memeluk Clarita.

"Kamu kenapa, Dek? Aku kesepian nggak punya temen. Cuma kamu temen, sahabat, sekaligus orang yang mengerti aku. Jangan marah-marah lagi yah," lanjut Audrey lagi.

Clarita melepaskan pelukan mereka dan menghapus air mata Audrey dengan jarinya. Clarita dapat melihat ketulusan dari mata Audrey. Clarita tau pasti Audrey kesepian apalagi dia anak tunggal sama dengan Clarita. Mereka saling mengerti bagaimana rasanya kesepian dan tak punya saudara untuk berbagi keluh kesah.

Tetapi sekarang kan Audrey sudah punya suami. Apa masih kesepian? Ah Clarita lupa, pasti Devian sibuk dengan pekerjaannya, apalagi dia orang kaya di kota ini.

"Kakak nggak perlu minta maaf, Kakak nggak salah apa-apa kok. Maafin sifat aku yang egois yah, sekarang Kakak harus sehat supaya kita bisa jalan-jalan lagi," seru Clarita kepada Audrey.

"Aku bakalan cepat sehat. Makasih udah mau dateng, sekarang kita baikkan yah." Audrey menunjukkan kelingkingnya kepada Clarita dan Clarita pun menautkan kelingkingnya dengan Audrey. Pertanda mereka berbaikkan satu sama lain.

"Mas, makasih udah mau bantu aku. Makasih udah rawat aku dan maafin aku sering ngerepotin, Mas," ucap Audrey kepada Devian. Devian langsung membawa Audrey ke dalam pelukannya

.

"Nggak perlu berterima kasih, itu udah kewajiban dan tanggung jawab aku sebagai suami kamu, Sayang," balas Devian sambil mengecup kening Audrey. Bik Semah dan Clarita hanya tersenyum melihat adegan romantis keduanya.

***

Audrey pun tertidur setelah makan dan meminum obat. Ternyata Audrey hanya stress ringan dan kehilangan nutrisi karena tidak mau makan dan banyak pikiran karena masalahnya dengan Clarita. Seharusnya Clarita harus tau kalau Audrey tak boleh banyak pikiran dan masalah, pasti akan berakhir pingsan dan stress.

Kemarin Clarita hanya terbawa suasana dengan perkataan Devian, ditambah lagi waktu Devian menabrak dirinya. Dengan mengatakan barang-baranya yang murahan. Hey, seharusnya Clarita bangga dia bisa berbelanja dengan uangnya sendiri. Bukan mengemis atau menjual tubuhnya. Devian dengan segala sifat angkuhnya.

"Jujur saya malas sekali untuk mencari kamu. Kalau bukan karena permintaan Audrey saya tak sudi menjemput kamu!" ujar Devian kepada Clarita yang sedang berada di luar ruangan Audrey.

"Saya ingin meminta maaf gara-gara saya Kak Audrey masuk rumah sakit," ucap Clarita merasa bersalah.

"Memang itu salah kamu! Saya heran dengan Audrey, kenapa dia ingin berteman dengan kamu? Padahal banyak teman Audrey dari kalangan atas yang lebih baik daripada kamu!" hardik Devuan. Rasanya Clarita sudah kebal dengan perkataan kasar dan sikap suka merendahkan dari Devian.

"Apa Anda tau arti dari berteman tanpa memandang kasta? Itu yang Kak Audrey tanamkan kepada dirinya. Sejatinya kita di dunia ini sama dihadapan Tuhan, harta dan tahta yang diberikan Tuhan hanyalah titipan semata," ujar Clarita berusaha tenang menghadapi sikap Devian.

"Saya tau Anda mempunyai cara tersendiri untuk melindungi orang yang Anda cintai, tetapi bersikaplah yang sesuai dan tidak membuat orang lain terjatuh apalagi dengan lisan Anda yang tajam itu," lanjut Clarita lagi.

"Saya pamit pulang dulu, pagi-pagi saya akan datang dan menjenguk Kak Audrey lagi. Titip salam untuknya." Clarita pun pamit dan meninggalkan Devian yang hanya bungkam dan menatap kepergian Clarita.

Devian masih berdiri dari tempatnya bersama Clarita tadi. Hati Devian sedikit tersentil dengan perkataan Clarita. Lingkungan pertemanan Devian berbeda dengan Audrey dan juga Clarita.

Devian dari kecil hingga dewasa tidak ada temannya yang hidup sederhana, semuanya bergelimang harta dan Devian juga tak pernah merasakan yang namanya kurang materi maupun kasih sayang dari orang tuanya. Semuanya terlihat sempurna dan perfeksionis.

Antara wajar tak wajar jika Devian sering merendahkan orang yang berada di bawahnya. Perkataan Clarita sedikit membuat hatinya terenyuh.

"Untuk apa aku perduli dengan perkataan tak bermutu wanita itu. Aish, memikirkan perkataannya membuat kepalaku bertambah pusing saja," gerutu Devian dan langsung masuk ke dalam kamar rawat Audrey.

To be countinue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status