Share

Katanya Dan Nyatanya
Katanya Dan Nyatanya
Penulis: Chanie1001

1. Katanya, Gay.

     Kanya membuka mulutnya lalu menutupnya kembali, dia kehilangan kata - kata rasanya.

"Itu hanya rumor! Gosip! Gimana kalau dia engga gay ayah?" lirih Kanya dengan rasa tak percaya, ayahnya tidak terlalu percaya dengan gosip ternyata.

"Kanya hanya satu tahun setengah, tidak akan lama, kamu hanya perlu ijazah sekolah itu agar bisa masuk ke universitas yang bagus." bujuk Andri dengan setenang mungkin walau sebenarnya dia juga kini tengah cemas.

Kanya menelan ludahnya kasar, mencoba kembali mencari kata yang tepat untuk menolak.

"Di sekolah sekarang Kanya akan berusaha!" yakinnya dengan penuh keseriusan dan tekad. 

Andri tetap pada keinginannya."Tidak bisa Kanya, hanya sekolah itu yang akan memudahkanmu." tegas Andri.

Kanya memijat pelipisnya, kalau sudah begini mau bagaimana lagi, dia tidak bisa menolak.

"Yaudah! Terserah ayah aja." Kanya tampak kesal namun juga pasrah. Kanya lelah karena tidak ada lagi jalan lain.

Andri tersenyum lega."Terima kasih, sayang—" namun senyumnya perlahan luntur. Semoga keputusannya tepat pikir Andri.

***

Dan di sinilah Kanya, di depan pintu asrama yang akan dirinya tempati bersama laki - laki yang katanya gay itu. 

Kanya menghela nafas pendek, apa tidak bisa bertukar tempat, dia tidak mau satu lingkungan dengan laki - laki asing walau laki - laki itu gay a.k.a penyuka sesama jenis, tetap saja membuatnya khawatir.

Kanya memasukan pin lalu membuka pintu itu perlahan dan hati - hati. Kanya menarik koper lalu menutup pintu perlahan. 

Pandangannya mengedar liar, sedikit penasaran juga dengan laki - laki gay itu.

Suara pintu terbuka membuat Kanya mematung di tempatnya, jantungnya berdebar tak karuan, tangannya  semakin berkeringat.

Nata melirik Kanya sekilas tanpa menghentikan langkahnya menuju dapur yang tak bersekat itu. Kanya menelan ludah, bingung juga, apa harus dirinya menyapa?

Kanya menelan ludah sekali lagi lalu melempar senyum kaku."Ha-hai, aku Kanya ya-yang isi kamar kosong di tempat ini." sapa Kanya dengan begitu canggung dan gelagapan.

Laki - laki itu hanya melirik sekilas."Nata." balasnya dengan begitu singkat lalu setelah meraih botol air Nata kembali masuk ke dalam kamarnya.

Kanya mengusap dadanya lega saat Nata sudah hilang dari pandangannya. 

Kanya memicingkan matanya, sangat di sayangkan, laki - laki gay itu ternyata begitu tampan dan tinggi.

Apa laki - laki tampan pacarnya pun selalu tampan? pikir Kanya merinding sendiri.

Kanya menggeleng samar, memutuskan untuk menyeret kopernya menuju kamar yang akan di tempatinya. 

'Semoga bisa betah'  batin Kanya penuh harap.

***

Kanya mondar - mandir di kamarnya, sesekali menggigit kukunya dengan cemas. Kanya ragu untuk keluar kamar, benar - benar canggung. 

Ketukan di pintu membuat Kanya terlonjat kaget, Kanya buru - buru berjalan menuju pintu.

"Y-Ya?" sahut Kanya setelah membuka pintu.

"Makan malem udah siap." ujar Nata tanpa ekspresi lalu berlalu.

Kanya gelagapan lalu dengan langkah berat Kanya pun keluar kamar, menghampiri Nata yang sudah duduk di meja makan dengan kaku.

Kanya mengedarkan pandangannya lagi, menatap dekorasi mewah asrama yang di tempatinya. Kanya sekarang mengerti kenapa sekolah di sini sangat mahal.

"Makan, ga usah sungkan." Nata berujar tanpa menatap lawan bicaranya, setelah beres meraih lauk dan nasi baru Nata memperhatikan Kanya.

Kanya merasa tidak nyaman, tatapannya melirik pada Nata yang kini menatapnya dengan kedua mata tak terbaca itu, membuat Kanya semakin di landa gugup.

"A-Oh eum terima kasih." balas Kanya pelan lalu setelahnya Kanya meraih ikat rambut di pergelangan tangannya lalu mengikat rambutnya asal.

Nata terdiam, sorot matanya menajam, tatapannya jatuh pada leher jenjang Kanya. 

Mungkin inilah yang di rasakan para Vampire saat melihat leher—seperti ada magnet yang menariknya agar mendekat lalu menggigit. 

Nata menelan ludah, dengan cepat Nata meraih gelas yang berisi air lalu meneguknya dalam sekali tegukan.

Samar pipinya memerah. Nata tidak percaya kalau dia bisa bereaksi seperti ini terhadap perempuan, selama ini dia bahkan tidak melirik perempuan sama sekali saking malasnya berurusan dengan kerumitannya.

 

Nafasnya kian tidak teratur, bagaimana bisa ada leher sejenjang dan seindah itu pikir Nata hilang kontrol. 

Nata menggelengkan kepalanya, menepis semua pemikiran gilanya.

Kanya masih sibuk dengan aktivitasnya mengikat rambut hingga beralih membawa lauk - lauk di depannya lalu memulai makan.

"Selamat makan." ucap Kanya dengan wajah polos, mendadak kegugupannya lenyap saat di hadapannya ada makanan.

Nata masih kurang fokus, jantungnya tiba - tiba berdebar. Nata menatap Kanya, mengamatinya lagi. 

Bibir merahnya kini basah oleh minyak dari makanan yang sedang di makannya. Nata menelan ludah kasar, Nata berdehem pelan.

Kanya mendongkak, menghentikan aktivitasnya."Kenapa?" tanya Kanya setelah menelan kunyahannya.

Nata berdiri lalu berjalan perlahan menghampiri Kanya, tangannya terulur meraih tengkuk Kanya. Nata memegang leher Kanya dengan lembut, mengelusnya pelan. 

Tidak sopan! Memang!

Wajah Kanya melongo kaget."Kamu ngapain?!" jerit Kanya saat sadar lalu mendorong dan menepis tangan Nata, Nata sontak mundur beberapa langkah.

Kanya beranjak dari duduknya, dengan menatap Nata waspada. Nata memasukan tangannya ke dalam saku celana.

"Lo ga takut kalo gosip itu palsu?" Nata tersenyum miring.

Kanya merapatkan giginya dengan kuat, apa gosip Nata gay itu palsu? seperti dugaannya! 

"Aku laporin sama ibu Puja! Tunggu aja!" teriak Kanya dengan penuh kekesalan dan tekad. 

Nata pikir dia barang yang tidak masalah di pegang - pegang?! Kanya terus mengumpati Nata dalam hatinya.

Nata mengangkat bahunya acuh."Semua udah percaya kalau gue ini gay bahkan lo juga, jadi terserah." ujarnya begitu enteng.

Kanya mengepalkan tangannya, ternyata semua orang telah di bohongi oleh si brengsek Nata! pikir Kanya berapi - api.

Nata mendekat, meraih leher yang sepertinya akan menjadi kesukaannya. Kanya sontak menepisnya dengan menatap Nata penuh permusuhan.

"Jangan pegang - pegang!" bentak Kanya dengan mata semakin menyorot marah.

"Stt—" setelah itu Nata kembali mengusap leher Kanya sekilas."salahin leher indah ini, dia buat gue hampir hilang kendali." lanjutnya lalu memutuskan untuk berlalu dengan santai.

Kanya tidak akan pernah lupa pertemuan pertamanya dengan Nata yang membawanya pada rasa benci yang ternyata sangat tipis dengan cinta itu.

Nata pun tidak akan lupa pertemuan pertama yang membuatnya sadar bahwa selama ini ternyata dirinya memang normal. Nata hanya belum bertemu dengan seseorang yang membuatnya tertarik saja.

Lagian masalah gay itu hanya katanya, hanya sebatas gosip karena kesalahpahaman. Hingga Kanya datang dan merubah segalanya, katanya yang ada pun kian hilang saat cinta mulai datang, Nyatanya pun mereka mulai saling terikat oleh cinta tak kasat mata.

"Kanya, leher jerapah lo bikin gue lupa diri." teriak Nata di belakang Kanya yang berusaha berlari menghindarinya.

"Kurang ajar dasar bajingan penipu! Dan apa JERAFAH?! Kamu hina aku?!" balas Kanya tak kalah keras, tidak peduli dengan para siswa - siswi yang menatap mereka.

"Itu pujian bodoh!" Nata terkekeh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status