Bab 34Adi menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya secara perlahan. Setelah membeli minuman kalengan, pria itu memilih untuk pergi ke rooftop.Kepalanya terus saja berdenyut nyeri karena Adi saat ini harus mencari inspirasi untuk produk baru yang akan diproduksi di cabang perusahaan.Padahal dia berniat untuk meminta maaf pada Yayuk. Namun wanita itu justru menolak permintaan maafnya dengan mentah-mentah dan balik menghinanya.Kesal, itulah yang dirasakan oleh Adi.Dia kembali menyeruput minuman kalengnya. Pemandangan dari atas cukup memanjakan mata dan membuat rasa sakit di kepalanya sedikit berkurang."Pak Adi," panggil seseorang dari belakang.Adi yang merasa namanya dipanggil sontak langsung berbalik dan mendapati sosok seorang wanita berdiri tepat di ambang pintu masuk rooftop."Selina?"Wanita muda itu tampak menyunggingkan senyum tipis sambil mendekat. "Kenapa sendirian saja disini, Pak?" tanyanya."Cari angin segar," kilah Adi.Selina mengangguk-anggukkan kepalanya perl
Bab 35Adi berangkat ke kantornya dengan wajah yang tampak kesal. Ibunya selalu saja memaksa agar dia mendapatkan pekerjaan lain supaya bisa menghasilkan uang lebih banyak.Kesal, itulah yang dirasakan oleh Adi.Andai saja tubuhnya tak pernah kehilangan tenaga meski bekerja berat sekalipun, Adi pasti akan mencari pekerjaan lain agar bisa memenuhi segala keinginan ibunya.Tapi semakin lama dia merasa kesal karena setiap kerja kerasnya tak pernah diapresiasi sedikitpun.Entah mengapa jalanan pagi hari ini tampak macet dan hal itu membuatnya merasa semakin kesal. Adi memukul stir mobilnya dengan kasar karena sejak tadi klakson mobil di belakangnya dibunyikan terus-menerus."Sialan! Apa dia buta sampai tak melihat kalau di depan sana juga macet?!"Adi mengusap wajahnya dengan kasar. Tak ada gunanya jika dia marah karena para pengemudi yang bodoh dan tak sabaran tak akan mungkin mau mengerti.Rasa kesalnya buyar seketika saat mendengar dering ponsel. Pria itu lantas meraih ponsel yang bera
Bab 36Kaya Setelah Menjanda "Siti," panggil seorang wanita paruh baya berbadan sedikit gempal.Wanita itu menoleh dan mendekat perlahan. "Ada apa, Bi Lastri?""Bibi lagi kurang enak badan. Kamu bisa bantu belanja?"Siti menganggukkan kepalanya perlahan. Saat ini pekerjaannya juga sudah selesai dan dia bisa bersantai. Namun saat tahu jika wanita paruh baya itu kini tengah tak enak badan, Siti tentu saja harus membantunya."Boleh, Bi. Biar saya saja yang beli," ujarnya.Wanita paruh baya itu lantas memberikan secarik kertas bertuliskan beberapa bahan makanan serta sebuah kartu kredit."Ini catatan belanjanya dan kartu kredit. Beli semua kebutuhannya, ya."Siti kembali mengangguk secara perlahan. Dia lantas memanggil putrinya untuk ikut pergi ke supermarket. Gadis kecil itu dengan riang gembira langsung mengikuti langkah ibunya sambil berceloteh ria.Sesekali Siti tampak mengulas senyum tipi saat melihat putrinya tampak bahagia meskipun kini tak lagi tinggal bersama dengan ayah kandung
Bab 37Sepanjang perjalanan menuju rumah Handi, Siti hanya diam dan menunduk lesu karena dia telah kehilangan banyak tenaga setelah membalas perkataan Ibu mertuanya.Hati kecilnya memang merasa lega karena semua hal yang selama ini berusaha untuk ditahan pada akhirnya berhasil keluar. Tapi tetap saja dia merasa khawatir dan juga takut.Kening Putri tampak berkerudung hingga kedua alisnya saling menyatu saat melihat ibunya yang tampak diam saja setelah keluar dari supermarket. Gadis kecil itu tahu bahwa ibunya saat ini pasti tengah bersedih."Ibu," panggilnya.Siti yang merasa namanya dipanggil sontak langsung menoleh dan menatap lekat manik mata milik Putri.Gadis kecil itu lantas menyerahkan sebuah coklat yang sempat dibelinya dari supermarket."Ini buat Ibu," lirihnya.Kening Siti tampak berkerudung hingga kedua alisnya saling menyatu. "Kenapa? Apa Putri nggak suka?"Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya perlahan. Rasanya tak mungkin jika dia tak menyukai makanan manis seperti cok
Bab 38Saat tiba waktunya untuk makan siang, Adi tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari seseorang. Matanya tampak memicing saat melihat sosok wanita muda yang di salah satu meja kantin.Pria itu kini tampak mengulas senyum tipis di wajahnya dan mendekat ke arah meja di mana Selina berada.Namun langkahnya terhenti seketika saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Adi lantas menoleh dengan kening yang tampak berkerut hingga kedua alisnya saling."Ada apa?" tanyanya dengan nada ketus saat melihat sosok Yayuk.Wanita itu tampak memutar bola matanya dengan malas. Andai saja bukan karena terpaksa dia juga tak akan sedih untuk menyia-nyiakan waktunya."Dicariin Bu Rosa," ujarnya."Oh, ya? Beneran?"Yayuk mendengus kesal. "Ngapain aku bohong? Sana pergi!"Adi menghela nafasnya perlahan. Dia lantas berlalu pergi meninggalkan kantin dan mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Selina.Yayuk menatap kepergian pria itu sambil menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyu
Bab 39Selina meletakkan sendok ke atas nampan. Wanita muda itu kini telah selesai menyantap makan siang. Tangannya terlalu meraih segelas es teh yang sejak tadi memang dipesan.Pandangan Adi terus saja mengarah pada Selina dan membuat wanita itu merasa sedikit tak nyaman. Bahkan gesture yang ditunjukkannya sudah bisa menjelaskan bahwa wanita itu memberikan kode agar seseorang menolongnya.Tapi para karyawan lain tentu saja tak memiliki keberanian karena Adi memang memiliki kuasa yang cukup besar.Mereka hanya bisa diam dan menonton dari kejauhan.Adi tampak mengerutkan kening saat melihat tingkah wanita muda di hadapannya yang tampak sedikit aneh."Ada apa?"Selina menggelengkan kepalanya perlahan. Lagi, wanita muda itu hanya bisa mengulas senyum tipis dan berusaha bersikap seolah baik-baik saja walau sebenarnya merasa tertekan."Nggak ada apa-apa, Pak."Adi mengulas senyum tipis. "Makasih karena selama ini kamu selalu mengirimkan pesan penyemangat untukku," ujarnya.Wajah Selina kin
Bab 40Adi sengaja membawa wanita itu pergi menjauh dari kantin karena kini para karyawan terus saja berbisik dan tanpa rasa malu menggunjing secara terang-terangan.Adik-adik merasa sangat bersalah karena Yayuk telah menghina Selina. Andai saja pria itu lebih tegas, Yayuk tak akan mungkin berani mengatakan hal.Wajah Selina tampak sendu. Wanita muda itu jelas merasa terhina dan juga marah."Selina," panggilnya.Perlahan wanita itu mulai mendongakkan kepalanya dan menatap lekat bola mata hitam milik Adi."Maaf karena aku sudah membuatmu berada dalam masalah," lirihnya.Selina menggelengkan kepalanya perlahan. "Pak Adi nggak salah. Seharusnya saya memang tidak terlalu dekat dengan anda," ujarnya.Adi menghela napasnya perlahan. Pupus sudah harapannya untuk menjalin hubungan lebih dekat lagi dengan Selena karena wanita muda itu kini telah memutuskan untuk tak lagi dekat dengannya.Semua ini terjadi karena Yayuk. Andai saja wanita menyebalkan itu tidak datang dan membuat masalah, maka se
Bab 41Setelah pertengkaran besar yang sempat terjadi di kantin, Selina memblokir kontak adi. Setiap kali wanita muda itu tanpa sengaja berpapasan dengan Adi, Selina langsung mencoba untuk menghindar.Adi juga melakukan hal yang sama karena dia tak ingin membebani siapapun. Sesekali Adi memang mencuri-curi pandang ke arah Selina, namun wanita itu tentu saja langsung memalingkan wajahnya dengan cepat.Adi menghela nafasnya perlahan. Hubungannya dengan Yayuk ini mulai membaik meskipun rasa canggung masih saja menyertai keduanya.Kening Adi tampak berkerut saat melihat pintu ruangannya terbuka. Yayuk pagi ini datang terlambat dan penampilannya juga cukup berantakan."Kenapa penampilanmu seperti ini?"Yayuk menghela nafasnya perlahan. "Bangun kesiangan, jadi nggak sempet pakai make up."Adi mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan setelah mendapatkan jawaban. Besok dia harus pergi ke luar kota karena lusa akan mulai menjalankan proyek.Adi sangat yakin kalau wanita itu juga telah mengetah