Bab 55Handi bersandar di kursinya. Dia baru saja selesai mandi dan sebentar lagi waktunya untuk makan malam. Suara ketukan pintu membuat pria itu menoleh."Masuklah," ujarnya.Tampak gagang pintu diputar dan Sumi masuk membawa nampan kecil berisi sepiring makanan."Pak, ini makan makanya."Kening Handi tampak berkerut. "Dimana Putri?"Biasanya gadis kecil itu berinisiatif mengantar makanan untuk Handi. Namun sejak kemarin, Putri tak menampakan batang hidungnya sama sekali.Sepintas, Handi memang melihat gadis kecil itu ada di dapur. Namun tawa serta keceriaannya lenyap begitu saja."Putri ada di bawah, Pak. Apa mau saya panggil kan?"Handi diam sejenak. Netra hitamnya melekat pada sepiring ayam bakar yang menggoda iman."Tidak perlu, Sum."Sumi mengangguk lagi. Dia lantas berlalu pergi ketika sang majikan tak membutuhkan bantuan. Handi menghela napas pelan. Aneh, pikirnya.Entah mengapa ada bidang kosong di dalam hatinya. Ketidakhadiran Putri membuat pria itu merasa sedikit kesepia
Bab 56Eva meremas ujung jarinya sendiri agar bisa menekan perasaan aneh yang mulai menyelimuti hatinya. Mungkin rencananya tempo hari memang gagal dan tak bisa memberikan pelajaran pada Siti.Tapi wanita itu tentu saja ingin mencoba kembali karena dendam serta amarah yang masih belum juga tersampaikan pada Siti.Eva tampak berjalan mondar-mandir di depan meja riasnya. Untung saja kejadian tempo lalu tidak diketahui oleh Dirga. Andai saja pria itu tahu tentang rencana yang susah payah disusunnya, Dirga pasti akan marah besar."Dia sudah merebut semuanya dariku dan aku juga nggak akan pernah membiarkannya bisa hidup dengan tenang. Kalau Siti belum memohon bantuan dan mencium berlutut, aku nggak bisa diam saja!"Eva mengusap wajahnya dengan kasar. Dia telah berhasil menghasut Bu Retno dan kali ini dia juga harus berhasil membujuknya lagi.Pandangan wanita itu kini beralih menatap ponselnya yang tergeletak di atas meja rias. Eva meraihnya dan langsung mencari kontak milik Bu Retno.Tanpa
Bab 57Hubungan Adi dan Yayuk selama ini memang cukup dekat. Sayangnya beberapa hari belakangan mereka berdua saling beradu mulut dan terlibat perdebatan.Adi juga masih ada seorang wanita itu makin panjang agar tidak melakukan tidak korupsi untuk sementara waktu.Meskipun Adi merasa enggan, namun dia langsung mengangkat panggilan Yayuk."Halo?" sapanya."Apa yang kamu lakukan?!" Suara nyari seorang wanita tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam gendang telinganya.Kening Adi tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. Mata pria itu juga tampak melotot karena Yayuk tiba-tiba berteriak tanpa ada alasan yang jelas."Apa sih?! Apa kamu tidak bisa berbicara biasa saja, ha? Gendang telingaku bisa pecah," desisnya.Dari ujung telepon sana, terdengar suara helaan napas panjang. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh Yayuk, tapi dia tak menyukainya."Kamu masih memintaku untuk bersikap tenang dan bicara biasa saja, Adi? Seharusnya kamu berpikir dua kali sebelum melakukan hal bodoh!"Kesal
Bab 58Handi membuka pintu rumahnya dan saat itulah sosok gadis kecil berdiri tepat di hadapannya sambil mengulas senyum tipis."Selamat datang, Om!"Wajah Handi yang biasa terlihat datar dan dingin itu kini berubah sedikit demi sedikit. Kening Handi tampak berkerut saat tanpa sengaja menangkap adanya luka di lutut gadis kecil itu.Putri yang sadar dirinya tengah diperhatikan, lantas mundur beberapa langkah dan menutupi lututnya.Sikap Putri yang bertingkah seolah tengah menyembunyikannya berhasil membuat pria itu semakin penasaran. Namun, Handi memilih untuk memalingkan wajahnya dan berlalu pergi. Namun sebelum menaiki tangga, Handi berbalik dan menatap lekat sosok gadis kecil itu kembali."Putri, antarkan makan malamnya ke ruangan Om.""I-iya, Om!"Setelah mendengar jawaban Putri, Handi beralih pergi menuju kamarnya. Ada cukup banyak hal yang ingin ditanyakan nya pada Putri.Begitu masuk ke dalam kamarnya, Handi beralih pergi ke kamar mandi. Tubuh atletisnya kini tampak dihiasi de
Bab 59Handi baru saja duduk di kursi kerjanya. Sudah hampir dua minggu berlalu namun belum ada kabar terbaru mengenai proyek pembangunan cabang perusahaan baru.Jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Handi merasa cukup khawatir. Namun dia juga harus mendapat bukti sebanyak mungkin agar bisa mengungkap kejahatan pengkhianat yang bersembunyi di perusahaan.Handi melirik ke arah sekretarisnya yang juga baru saja sampai di kantor."Rosa, hari ini minta data terbaru pembangunan cabang perusahaan yang dikelola Adi Sucipto," perintahnya.Wanita yang tengah meletakan tas kerja di atas meja itu tampak menoleh sekilas dan langsung mengangguk patuh. "Baik, Pak. Saya akan segera menghubungi bagian tim audit serta manajemen keuangan."Handi mengangguk pelan. Pria itu kini kembali fokus menatap layar monitor di hadapannya yang masih menyala. Satu demi satu, Handi berhasil mengumpulkan bukti kejahatan Adi. Dia kini hanya perlu sedikit waktu untuk menunggu karena Handi yakin ada lebih bany
Bab 60Siti tampak menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis karena dia telah berhasil menyelesaikan bab terbaru lagi. Akhir-akhir ini, dia juga sering berkirim pesan dengan salah satu editor yang berasal dari Bintang Agensi.Performa ceritanya yang seringkali di publish di media sosial juga mendapatkan apresiasi baik dari para pembaca dan Siti semakin bersemangat untuk menulis lagi walaupun dia hanya bisa bermain ponsel saat semua pekerjaannya telah selesai.Walaupun begitu tak ada rasa penyesalan sama sekali di dalam hati Siti. Dia justru merasa sangat bersyukur karena mendapatkan majikan yang sangat baik dan tidak mengekangnya."Alhamdulillah jumlah pembaca kali ini juga tetap stabil," lirihnya.Rencananya dia akan segera mencetak novel perdananya melalui agensi yang sempat menghubunginya beberapa waktu lalu."Ya Allah, semoga saja pilihanku kali ini tepat untuk mencetak novel dan bisa membawa berkah."Siti harap karyanya bisa membawa berkah dan juga membuka pintu rezeki
Bab 61Mang Tatang menghentikan laju mobil tepat di pelataran rumah sang majikan. Dia melirik ke arah kaca di atasnya. Handi masih saja memasang wajah datar tanpa ekspresi. Pria itu tampak meraih tas kerja dan membuka pintu. Mang Tatang tampak mengulas senyum tipis saat melihat punggung majikannya mulai menjauh. "Pak bos pasti capek karena tadi jalanan juga macet," cicitnya pelan.Handi berjalan masuk ke dalam rumahnya. Seharian berada di kantor dengan pekerjaan yang cukup padat membuat tubuhnya terasa lelah dan energi juga terkuras habis-habisan."Tumben dia nggak keliatan," lirihnya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.Biasanya Putri akan datang menyambut kepulangannya. Tapi entah ke mana gadis kecil itu sekarang, batang hidungnya bahkan tak terlihat sama sekali.Tak ingin membuang waktu, Handi segera pergi ke kamar untuk membersihkan diri dan beristirahat lebih cepat dari biasanya.Setelah masuk ke kamar, Handi langsung bersiap untuk mandi tanpa perlu membuang waktu sedikit
Bab 62Handi menyantap makan malamnya dengan segera karena dia tak ingin membuang waktu. Apalagi Putri sejak tadi tampak menatapnya dengan pandangan yang cukup aneh dan Handi merasa kurang nyaman.Handi meletakkan sendok ke atas piring dan mengelap mulutnya menggunakan tissue. "Terimakasih atas makanannya," pujinya sambil beranjak dari kursi.Setelahnya pria itu langsung masuk kembali ke ruang kerja karena ingin menghindari Putri. Handi harus segera menyelesaikan pekerjaan dan mempersiapkan dokumen untuk rapat besok pagi.Namun sejak tadi jantungnya terus saja berdetak dengan kencang kala mengingat Siti. Aneh, pikirnya.Bahkan saat mencoba untuk memeriksa dokumen dia terus saja tak bisa fokus. Setelah sekian lama membolak-balikkan dokumen tanpa mendapatkan hasil apapun, Handi memilih untuk menutupnya.Pria itu tampak memijat keningnya yang kini terasa berdenyut nyeri. Memikirkan Siti membuatnya merasa lelah dan juga bingung. Padahal saat dia memikirkan soal pekerjaan, Handi tak perna