POV Galih_______Aku tidak menyangka jika hari ini aku akan bertemu dengan Safa, mantan istriku. Ternyata dia ikut juga untuk mendapatkan tender dari sekolah ini. Apa dia sudah memiliki konveksi sendiri hingga dia berani melakukan ini. Kali ini aku bertemu dia dengan penampilan yang berbeda, tubuhnya terbalut rapat dari atas kepala hingga ujung kaki mungkin dia melakukannya karena di sini memang diwajibkan untuk menutup auratnya. Namun dengan seperti itu dia terlihat semakin anggun dan menawan.Tatapan kami sempat saling mengunci beberapa saat, kami saling menatap tanpa menyapa ataupun berkata apa-apa, namun dia dengan segera memalingkan muka dan sibuk dengan urusannya sendiri. Persentasi semua orang berjalan dengan lancar dia mendapatkan urutan terakhir. Meskipun dia melakukan dengan cara yang berbeda dengan kami semua, tapi dia terlihat percaya diri dengan apa yang dia lakukan. Safa memang wanita yang berbeda.Saat acara sudah selesai aku menyapanya, dia terlihat dingin, menjawab
"Syukur alhamdulillah saya mendapatkan proyek pengadaan seragam sebuah sekolah. Mulai besok kalian hanya boleh mengerjakan ini ya, pastikan jahitannya rapi dan bagus. Yang paling banyak menyelesaikannya tanpa kesalahan akan mendapatkan bonus tambahan," ucapku pagi itu kepada sepuluh karyawan jahit yang ada di konveksiku. Pengumuman yang baru saja aku sampaikan disambut dengan sukacita oleh mereka semua. Bonus tambahan selalu membuat setiap orang bersemangat dalam bekerja. Untuk pesanan awal pihak sekolah memberiku waktu satu bulan untuk menyelesaikan 300 setel pakaian seragam. Mereka mengatakan 300 baju seragam itu akan diberikan untuk kelas VII pihak sekolah sedang mengadakan pergantian seragam secara bertahap. Jika hasilnya memuaskan, maka bulan kedua mereka akan langsung memesan lebih banyak lagi untuk kelas VIII dan kelas IX.Karena aku memiliki sepuluh karyawan jahit maka dalam tiga puluh hari, mereka harus menyelesaikan tiga puluh stel baju. Namun jika ada yang lebih cepat men
Aku melajukan mobil aku, berkendara menuju ke rumah Qia. Tadi pagi tiba-tiba anak itu memintaku untuk datang ke rumahnya. Dia sedang menagih janjinya padaku.Hari ini hari Minggu, jadi papanya dan juga dirinya libur sekolah. Lalu pagi-pagi sekali, aku menerima telepon darinya. Gadis kecil itu mendapatkan nomor teleponku saat dia ke rumahku waktu itu.Qia memaksaku menulis nomor telepon di kertas yang dia miliki, meskipun aku sudah mengatakan jika papanya sudah memiliki nomor handphone-ku tapi dia tetap memintaku menulis nomorku pada kertas miliknya.Begitu sampai di depan rumahnya, gadis kecil itu sudah menungguku di depan pintu rumahnya."Qia pikir tante tidak akan datang," ucapnya sambil memeluk pinggangku."Tentu tante akan datang, kan tante sudah berjanji," jawabku sambil mengelus rambutnya yang hitam dan lurus.Seorang wanita yang terlihat masih muda mempersilahkanku masuk ke dalam rumah."Tante, perkenalkan ini mbak Mia yang menjagaku setiap hari," ucap Qia memperkenalkan wanita
POV Abimanyu_______________"Diamlah dan cepat buka pintunya!" pekiknya kencang sambil menghentakkan kakinya yang jenjang.Aku sempat kaget melihat sisi lain dari wanita ini, saat pertama bertemu, aku melihatnya begitu anggun, pintar dan penuh percaya diri. Kali kedua aku bertemu dengannya di rumahnya, dia terlihat keibuan saat bermain bersama Qia. Kemudian tadi saat aku melihatnya menerima telepon dari mantan mertuanya, dia begitu perhatian dan penuh kekhawatiran. Namun sekarang saat melihat dia berteriak-teriak seperti itu, aku melihatnya seperti anak kecil yang tidak sabaran. Laki-laki yang aku yakini sebagai mantan suaminya itu lantas bergegas menuju ke depan pintu yang sejak tadi hendak aku dobrak, pria itu kemudian membukanya dengan kunci yang ia bawa.Begitu pintu terbuka, wanita yang aku tahu bernama Safa itu langsung berlarian masuk ke dalam rumah dan menghambur ke arah wanita yang nampak terkapar tidak berdaya di lantai."Bu, Ibu ... Bangun Bu," ucapnya sambil memeluk tub
"Mas kamu harus menyuruh istrimu untuk lebih banyak tinggal di rumah menemani ibu, dulu kamu memintaku tinggal di rumah dengan ibu. Sekarang kenapa kamu tidak melakukannya kepada Dania, kasih yang ibu sendirian di rumah. Jika jatuh seperti tadi lagi gimana?" ucapku pada mas Galih. Aku meminta Mas Galih melakukan itu karena tidak tega pada ibu yang mengadu padaku tadi."Kamu tidak usah ikut campur urusan keluargaku Safa, uruslah kehidupanmu sendiri toh kamu sudah dekat dengan laki-laki lain bukan? Untuk apa kamu mendekati keluargaku lagi," jawab mas Galih menyakitkan hatiku"Aku tidak bermaksud ikut campur urusan keluargamu, aku hanya kasihan pada ibu tadi beliau meminta padaku agar dia bisa tinggal di rumahku. Apa perlu aku bawa ibu ke rumahku?"Kamu sudah tidak berhak lagi atas ibu, apalagi membawanya ke rumahmu. Dia hanyalah MANTAN MERTUA bagimu. Sama sama seperti diriku yang sudah menjadi mantan suamimu dan kita tidak berhak bersama."Mas Galih seolah dengan setengah jam menekanka
Ketukan pada kaca jendela kembali mengagetkan diriku yang sedang menelungkupkan kepala pada kemudi mobil. Sepertinya aku terlalu lama berdiam di dalam mobil hingga tidak menyadari kedatangannya. Sejak tadi aku berusaha untuk menetralisir perasaanku hingga bersiap kembali untuk menyetir mobil."Pak Abi," desisku pelan.Segera aku buka kaca jendela mobilku setelah mengetahui siapa yang mengetuk kaca jendela tersebut."Apa yang terjadi? tadi bagian kesiswaan melaporkan padaku jika kamu terkena musibah di jalan dan aku berniat menyusuri jalan menuju ke sekolah. Rupanya kamu masih disini," ucapnya begitu kaca mobil sudah terbuka."Bapak ke sini naik apa?" Aku balik bertanya."Kamu bahkan sampai tidak menyadari kedatanganku, apa kamu terluka?" tanyanya. "Tadi saya diantar naik motor oleh salah satu penjaga yang ada di sekolah," lanjutnya menjelaskan."Saya tidak apa-apa pak hanya sedikit syok saja," jawabku apa adanya."Perlu saya antar? saya akan menyetir untukmu," ucapnya menawarkan diri
Pagi ini aku berniat kembali mendatangi rumah mas Galih, kali ini bukan bermaksud untuk menengok ibu ataupun karena ditelepon oleh ibu. Aku ingin melabrak wanita yang terus-menerus menganggu kehidupanku. Lebih tepatnya memberinya pelajaran yang tidak akan pernah dia lupakan. Biar dia tidak main-main lagi dengan aku. Aku minta bukti bukti dari mas Abi untuk menjerat Dania, aku ingin mendatangi wanita itu sendirian tapi mas Abi tidak membiarkan aku pergi sendiri. Akhirnya kami datang ke rumah matan suamiku itu berdua. Kedatangan kami tidak disambut dengan baik oleh sang pemilik rumah. Dania sepertinya tidak suka dengan kedatanganku. Dia mengira aku akan ikut campur urusan rumah tangga, dia mengira aku akan membawa ibu bersamaku. Aku tidak akan melakukan hal itu, tidak mudah merawat orang sakit. Meskipun aku menyayangi ibu, tapi aku tidak mau memperdebatkan siapa yang berhak merawatnya. Seperti kata mas Galih kala itu, aku hanyalah mantan menantunya. "Kami kesini untuk membicarakan m
"Mas Galih! apa yang kamu lakukan," pekik Dania lagiMantan suamiku itu segera melepaskan tangannya dari tubuhku dan menjauh dariku. "Apa kau menggoda suamiku," teriak Dania sambil menuding ke arahku."Tanyakan pada suamimu itu, dia atau aku yang mencoba untuk menggoda," jawabku sekenanya.Enak saja wanita itu menuduhku menggoda suaminya padahal suaminya lah yang seolah-olah berusaha peduli padaku dan membawaku ke tempat ini untuk berbicara empat mata."Kamu masih mencintainya dan mengharapkannya kan, makanya kamu menggodanya," pekik Dania sambil mengayunkan tangannya ke arahku. Aku mencoba untuk melindungi diriku sendiri namun sebelum wanita itu sampai menyentuh tubuhku dia sudah dipeluk oleh suaminya dan ditenangkan."Tenanglah Dania ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap mas Galih"Tidak seperti yang aku pikirkan bagaimana, kalian begitu dekat. Bahkan sepertinya kamu hendak menciumnya," seru Dania sambil meronta dari pelukan mas Galih."Aku hanya sedang berbicara dengannya,