Hawa dingin menyapa kulit meksipun selimut tebal sudah membalut tubuhku. Mas Abi menyalakan pendingin ruangan dengan suhu yang amat rendah. Sengaja dia melakukan agar aku tidur dengan menempel padanya. "Mas, bangun. Udah subuh." Pelan ku guncang tubuh suamiku agar terbangun. "Perasaan baru tidur," sahutnya dengan malas dan mata masih terpejam. "Makanya jangan begadang.""Kamu yang membuatku begadang, sayang," ucap Mas Abi sambil menarik tanganku hingga tubuhku mendarat tepat di atas tubuhnya. "Bangun, Mas! salat dulu baru tidur lagi kalau emang masih ngantuk dan ingin tidur." "Bikin adik lagi aja," ucapnya dengan pandangan mesum. Ku pukul dengan kencang pundaknya. Itu saja yang dia katakan sejak semalam. Mas Abi tertawa nyaring mendapat pukulan dariku. "Ayo mandi bareng." "Aku udah mandi semalam, Mas. Tinggal cuci muka, ambil air wudhu lalu shalat. Udah kamu sana duluan mandi."Setelah memperlihatkan senyaman yang lebar dan manis itu padaku, Mas Abi baru beranjak menuju ke kam
Selamat yaa Pak, Bu, Ibu Safa hamil. Benar ini ada kantung kehamilan disini. Diperkirakan usia empat minggu," ucap dokter panjang lebar dengan posisi masih mengerakkan alat USG yang aku sendiri tidak tahu namanya diatas perutku. Begitu aku mual-mual tadi pagi, efek dari sabun mandi, Mas Abi menyuruhku untuk benar-benar melakukan tes kehamilan di rumah. Aku yang tadinya malas karena merasa akan haid, akhirnya mengikuti saran suamiku. Pada saat melakukan tes kehamilan tadi, hanya ada garis samar dan akhirnya Mas Abi membawaku ke dokter kandungan langganan kami untuk memastikan kehamilan. Sebuah senyuman mengembang dari bibir lelaki yang ada di sampingku ini, tangannya langsung mengengam tanganku. Dia melakukannya seakan-akan ini adalah anak pertama kami. Jika dulu yang sangat ingin memiliki anak adalah aku, maka sekarang Mas Abi yang sangat menginginkannya. Saat melahirkan nanti, aku tidak akan khawatir jika Mas Abi mendampingiku. Tidak seperti saat kelahiran Albi, yang hanya didampi
Jadi menurut Dr. Med. dr. Damar Prasmusinto SpOG(K) yang kerap disapa dr Damar, teori pertama tentang ngidam adalah teori perlindungan untuk ibu dan janin."Semua makhluk hidup kan dirancang memiliki daya tahan tubuh. Jadi, semua benda asing akan ditolak dari tubuh. Nah, tapi karena kuasa Tuhan ketika ada janin di dalam tubuh ibu, janin itu nggak dikeluarkan. Akhirnya terjadi yang namanya morning sickness. Ketika mual, otomatis muntah dan bunda kekurangan nutrisi. Penurunan nutrisi inilah yang menyebabkan bunda ngidam," papar dr Damar dalam acara Festival Ngidam SGM Bunda di Suasana Restaurant, Aston Hotel Kuningan Suites, Jakarta, baru-baru ini. Aku menscroll dan membaca sebuah artikel dalam situs online. Gara-gara ngidam berbagi jenis makanan dengan cara yang tidak biasa membuatku ingin mencari fakta tentang fenomena ngidam ini. Karena dulu saat Albi tidak separah ini keinginanku pada makanan jenis tertentu. Bahkan aku bisa memakan segalanya seperti tidak sedang hamil saja. Jauh b
"Tadaaa ....," serunya sembari mengangkat sebuah rantang berwarna orange tepat di hadapanku. Aku masih memandangnya dengan tatapan tidak mengerti. Apakah kejutan yang dia maksud adalah dengan memberiku sebuah rantang kejutan, macam apa ini."Ini kejutannya, kamu memberiku rantang?"Ini bukan sekedar rantang, Mbak. Yang paling penting adalah isinya. Kata Mas Abi, kamu menginginkan masakan Ibuku, kan. Nah di dalam rantang ini ada masakan spesial yang Ibuku masakan buat kamu. Selain rantang ini ada juga yang di dalam itu, ucap Lili panjang lebar sambil menunjuk goodie bag. Wah jadi mas Abi benar-benar mengatakan keinginanku pada Lili. Kapan dia mengatakan, ternyata suamiku itu benar-benar memenuhi semua keinginanku bahkan hal ini pun tanpa sungkan ia lakukan."Kapan mas Abi bilang padamu?" Aku bertanya dengan penasaran"Bukan padaku sih, tapi suamimu itu bilang pada Mas Galih, kemudian Mas Galih bilang padaku, terus aku bilang pada ibu deh," tutur Lili jelaskan. Oh ternyata begitu cer
"Termasuk apa Lili?" tanyaku penasaran. "Termasuk dia yang dijadikan ibu pengganti. Aku tidak habis pikir dengan hal itu. Itu mungkin pukulan berat yang membuat wanita itu jadi insyaf.""Dia cerita apa lagi?""Tentang itu saja mbak yang bikin aku shock.""Dania cerita juga tentang aku?" Aku mencoba memancing Lili bercerita yang lain. "Enggak Mbak, memangnya Mbak Safa ketemu dengannya juga?""Enggak sih kalau di kota ini, tapi pas aku pulang kampung sempat bertemu dengannya dan seperti padamu, dia juga minta maaf padaku," jawabku apa adanya.Jadi Dania tidak menceritakan tentang aku, syukurlah. Wanita itu memang benar-benar sudah berubah. "Oh iya Mbak, bisa nggak Mbak Safa nemenin aku ke butik Mbak Kaira lagi," ucap lili mengubah topik pembicaraan. "Memangnya kamu mau memesan baju pernikahan?" tanyaku dengan penasaran.Pasalnya kerjasama antara Lili dan Kaira waktu itu tidak jadi. Lili bilang menjual baju pengantin tidak semudah menjual baju yang aku produksi maupun yang diproduksi
Sepeninggalnya Lili, aku dan Kaira kembali ke ruang kerja Kaira. Temanku itu mengajakku untuk berbicara dengan santai di ruang kerjanya. "Aku nggak nyangka kamu bakalan bisa akur dengan istri dari mantan suamimu. Ini sungguh sesuatu yang sangat langkah," ucap Kaira begitu kami sampai di dalam ruangannya."Jika Itu bukan Lili, mungkin aku tidak akan bisa juga akrab dengannya. Apalagi menjalin keakraban dengan segala yang berhubungan dengan mantan suamiku. Ditambah lagi perpisahan kami dulu sangat menyakitkan, tapi semuanya sudah berlalu aku sudah mendapatkan banyak kebahagiaan dan aku juga sudah move on dari segala masa laluku itu.""Termasuk dengan wanita yang menjadi penyebab hancurnya rumah tanggamu?"Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Kaira. "Bagaimana kabar wanita itu? Apa kamu masih mendengar tentangnya? Dia masih satu kampung dengan kamu kan.""Dia sudah mendapatkan balasannya, dan sekarang mungkin dia sudah menjadi orang yang lebih baik. Sudahlah, jangan
POV Abimanyu"Mas, tega kamu melakukan ini padaku. Kamu yang salah, masa aku yang harus kena omelan mama," ucap Safa dengan wajah memelas. Sebenarnya aku tidak tega melakukan ini padanya, tapi ini adalah bagian dari skenario untuk memberinya kejutan. "Ya mau bagaimana lagi, Mama yang minta kamu kesana. Yang penting kita ke sana dulu saja.""Aku nggak mau pokoknya," tolak Safa. matanya mulai berembun.Antara mama dan Safa memang tidak pernah terjadi perseteruan. Hanya sekali waktu pertemuan kami sebelum menikah, dimana saat itu Mama melukai Safa dengan perkataannya. Dan swkali setelah menikah, saat Qia ngambek dan minta diantar ke rumah Omanya, lalu ke kuburan mending Mamanya. Mungkin momen itu begitu membekas di hati Safa hingga dia tidak mau juga mama kembali berkata buruk padanya. "Aku lagi hamil Mas, masa kamu tega melihat istrimu dimarahi oleh mamamu?" kali ini Safa mulai terisak.Hormon kehamilan membuatnya menjadi wanita yang mudah menangis. membuatku malah menjadi khawatir p
POV Abimanyu"Tega sekali kalian," terdengar suara Safa sedang berbicara dengan orang.Aku yang baru saja keluar dari kamar mandi sangat jelas mendengar suara Safa, kami tadi bergantian ke kamar mandi setelah pulang dari rumah Mama. Meskipun sampai rumah sudah jam setengah sepuluh malam tapi aku memutuskan mandi dengan air hangat. Meskipun sudah jam sepuluh malam, tapi istriku itu tetap melakukan panggilan video dengan temannya. Sepertinya itu dengan Kaira dan juga Lili, mereka berdua memang membantuku untuk membawa Safa keluar dari rumah, sebelum akhirnya aku jemput untuk pergi ke rumah Mama. Pelan kuayunkan langkah mendekat pada istriku yang sedang duduk di depan meja riasnya. Bercermin sambil menelpon teman-temannya. Aku berdiri di sampingnya, bisa melihat layar smartphone milik Safa tapi Lili dan Kaira tidak bisa melihatku."Kalian sengaja membohongiku, kan? Jadi sebenarnya Lili itu mau beli baju beneran atau enggak sih? Atau cuma akal-akalan kamu saja, Li?" tanya sama pada te