Share

Bab 50

Penulis: Bemine
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-26 09:00:18

“Papa! Papa ….”

Teriakan lantang itu menggema keras, menyadarkanku akan kejadian yang menakjubkan ini. Baru saja sesaat lalu aku merasa putus asa dengannya, sampai nekad ingin membawa ketiga anak malang itu ke rumah Pak RT. Aku khawatir sekali dengan keselamatan mereka dan diriku sendiri, terlebih lagi jika ibu mertua dan Bang Fahri pulang nanti. Mereka pasti akan menyudutkanku serta anak-anak itu.

Di sini, tidak ada sosok manusia yang akan berdiri di sisi kami. Namun, Allah tidak pernah mengecewakanku, tidak pernah mengabaikan niat baikku.

Aku tersenyum, tidak terasa air mata menetes di pipi. Saat bulir itu mengalir hingga ke dagu, buru-buru kuseka dengan punggung tangan.

Lega … aku benar-benar lega. Seolah seluruh beban yang tadi mendera menguap tanpa sisa. Tubuhku yang panas menjadi dingin, ketenangan melingkupi setelah kepanikan tadi.

“Papa?” panggil anak sulung Ninik.

Pria itu menunduk, diusapnya pucuk kepala sang ana
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 58

    Aku sampai di rumah bertepatan dengan adzan Isya. Suasana lebih ramai dibanding sebelumnya, bahkan warung Kak Nah yang biasa kulewati juga terlihat sibuk. Aku mendorong motor ke garasi. Terdengar obrolan ringan dari dalam rumah yang membuatku penasaran luar biasa. Apakah Bang Fahri sedang menceritakan kejadian tadi? Tapi tidak mungkin, sebab itu hanya akan merusak harga dirinya yang tinggi. Sandal kulepas di dekat rak, aku masuk ke dalam rumah bersamaan dengan salam dan doa. Namun, tidak ada yang memberiku jawaban. “Ada yang baru pulang, nih ….” sambut Ninik. Perempuan itu duduk bersila di sofa, memamerkan betisnya yang mulus dan jenjang. Di pangkuannya ada camilan kering, salah satu makanan yang dikirimkan oleh ibu tiriku mereka curi lagi. “Laris ya jualannya?” sambung Ninik. “Dapat duit berapa?” “Apa maksudmu? Jualan apa?” Keningku berkerut. Baru saja pulang, sudah diajak ribut. Sungguh indah sekali suasana di rumah ini.“Jualan apem!” balas ibu mertua cepat. Tiba-tiba saja

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 57

    “Jadi, Mbak Riska ini yang akan mengelola?” Aku mengangguk cepat. Seorang pria paruh baya yang sudah melewati umur enam puluh tahunnya itu bertanya seraya menunjuk santun. Dia menggunakan jempolnya untuk menegaskan kalau akulah yang sedang dimaksud.“Benar, Bapak tidak perlu khawatir. Riska sudah pengalaman dengan peternakan, dia punya peternakan di desa, ini akan jadi peternakan kedua miliknya.” Bang Zul menambahkan lagi. Pria itu tersenyum tipis. Pipinya sudah kendur, kelopak matanya juga mulai turun. Tapi, nada bicaranya sangat santun meski aku dan Bang Zul seumuran dengan anaknya. “Tidak masalah, kalau Nak Zul yang bilang, saya percaya. Tidak mungkin Nak Zul jahat sama saya.” Pria itu membalas Bang Zul. Dia menepuk lengan atas Bang Zul. “Pastinya, Bapak. Kita sudah lama bekerja sama, pabrik saya ….” Tiba-tiba saja Bang Zul melirikku. “Pabrik tempat saya kerja sangat suka dengan Bapak. Sapi-sapi kiriman dari sini kualitasnya bagus-bagus.” “Ah, bagaimana tidak bagus, Nak Zul? K

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 56

    Aku sudah tidak tahan terlalu lama di sini. entah apa hal-hal Buruk lainnya yang akan dikatakan oleh Bang Fahri. Jika aku menunggu sedikit lagi, bisa jadi aku akan mendengar hal-hal memalukan lain yang membuatku tidak bisa mengangkat kepala untuk selamanya. “Hah, aku belum berani nambah istri. Satu saja sudah bikin pusing,” ucap dokter lain. Pengakuannya itu malah ditertawakan oleh Bang Fahri. “Kita ini dokter, perempuan mana yang nggak mau hidup sama kita, Bro? Perempuan mana juga yang mau ninggalin kita? Menikah dengan dokter itu menjamin masa depan.” “Fahri ada benarnya. Tapi, untuk nikah lagi, aku belum siap. Anak-anakku bakal marah besar!”“Untung aku belum punya anak dengan Riska. Jangan-jangan dia memang mandul?” Bang Fahri bertanya. “Tidak mungkin, sudah kalian periksa?” “Argh, biarkan sajalah. Mau dia mandul atau tidak. Sekarang, disentuh saja dia tidak mau, bagaimana dia bisa hamil?” jelas Bang Fahri. “Lagipula, semenjak aku bermalam dengan Ninik, Riska itu tidak ada ap

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   bab 55

    “Wah, ha ha ha!” gelegar tawa itu membuatku menunduk dalam-dalam. Apa lagi di depanku saat ini ada Bang Zul. “Seriusan, beuh pokoknya kalau sama Ninik. Makanya setelah Riska ngamuk dan dia nggak mau kusentuh, aku enggak ambil pusing. Masih ada Ninik yang bisa muasin aku,” sahut Bang Fahri lagi. Entah kemana dia bawa wibawanya itu, seorang dokter membicarakan istrinya dengan begitu gamblang. Aku merasa seperti ditelanjangi oleh Bang Fahri. Permasalahan rumah tangga kami diumbarnya dengan begitu mudah. “Jadi, gara-gara itu kamu nyari Ninik setelah nikahin perawan?” sahut dokter yang lain. Hatiku mendadak ngilu. Sebenarnya tidak ingin mendengarkan jawaban yang akan dilontarkan oleh Bang Fahri, namun tidak ada yang bisa kulakukan karena di depanku Bang Zul masih menikmati makan siangnya. Pria itu sepertinya tidak terpengaruh dengan obrolan kotor yang terus diucapkan oleh Bang Fahri pada teman-temannya.Jika boleh jujur, aku cukup kecewa karena jauh di dalam hati aku mengharapkan bant

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 54

    Setelah Ninik berkata demikian, suara yang ada di seberang sana tidak lagi terdengar. Ninik langsung menatap Bang Fahri, ibu mertua dan juga Salma. Mereka bertukar pandangan untuk beberapa saat. “Mbak ….” Ninik memanggil lagi. Di seberang sana, hening. Tidak ada suara yang terdengar, kecuali rengekan pelan dari anak-anak itu. Mereka bertanya kapan akan sampai ke rumah nenek, apa mereka akan tinggal di sana atau diantar kembali ke sini, lalu mantan suami Ninik menjawab dengan sabar. “Mbak, apa suaraku bisa didengar?” lanjut Ninik. Orang-orang itu menunggu penuh harap. Mereka tidak mau berhenti sampai di situ, meski di seberang sana belum ada jawaban yang mereka tunggu. “Oh iya, maaf. Kami baru saja tiba di bandara.” Ninik dan yang lainnya menghela napas lega. “Tidak apa-apa, Mbak. Maaf, bagaimana ya dengan pertanyaan kami tadi? Sebenarnya, kami sangat berharap diberi bantuan, Mbak.” Ninik memimpin lagi. “Oh, iya … soal rekomendasi!”“Iya, Mbak. Suami saya benar-benar berharap b

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 53

    Bab 53“Apa-apaan kamu, Bang?” Aku menepis tangan Bang Fahri. Mendengar permintaannya saja aku merasa sangat malu. Mana mungkin dia meminta rekomendasi pekerjaan dari seorang perempuan yang baru dilihatnya hari ini? Apalagi, tadi dia dan ibunya menghina mereka habis-habisan. “Telepon sekarang, Ris. Kamu ini paham keadaan nggak, sih? Ini tuh kesempatan besar buat aku pindah ke rumah sakit itu. Bayangin, berapa keuntungan yang bakal kamu peroleh kalau aku masuk ke sana?” bujuk Bang Fahri. Pria itu bahkan mengelus pundakku, dibimbingnya aku masuk ke dalam rumah. Aku menepisnya sekali lagi, sangat tidak suka menerima sentuhan dari pria itu. Di belakangku, Ninik mengomel. Dia kesal karena Bang Fahri hanya peduli padaku. Sedang ibu mertua, mungkin beliau mulai memahami keadaan, ikut-ikutan mendesakku seperti Bang Fahri. “Gajiku bakal dua kali lipat, bahkan bisa tiga kalinya, Ris. Terus kamu bakal dapat fasilitas kesehatan gratis, asuransi, cek up rutin, semuanya gratis!” Bang Fahri ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status