Share

Bab 76

Author: Bemine
last update Last Updated: 2025-06-05 23:24:29

Bukannya menuruti Ninik, aku malah memutar ulang video itu, meninggikan volume hingga semua orang bisa mendengar kegaduhan yang terjadi saat kami menemukan Ninik dengan kekasih Kak Nah. Apalagi saat Ninik menyudutkan pria itu lalu pergi begitu saja.

“Riska?!“ jeritnya lantang.

Ibu mertua malah menahan Ninik dengan tubrukan keras hingga perempuan itu terpelanting ke belakang. Dia menubruk buffet kecil yang kami gunakan untuk menaruh televisi.

“Kamu main laki-laki di luar sana?“ Ibu mertuaku berang.

Beliau menunjuk Ninik, menuntut penjelasan dari perempuan yang sedang meringis itu. Untung saja Ninik tidak menabrak televisi, kalau tidak aku akan rugi lagi.

“Bu, kenapa Ibu tidak mau dengar aku? Aku ini Ninik, yang Ibu bawa karena Ibu suka sama aku. Kata Ibu, Riska tidak boleh menguasai Fahri, maka itu haruslah aku!“

Ninik tidak mau mengalah. Dia berusaha menegakkan tubuhnya lagi, kemudian berdiri di depan ibu mertua.

“Halah, jangan banyak bicara kamu! Ini semuanya sudah ketahuan, kam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Vid
uhhh satu bab doang kaaa
goodnovel comment avatar
S.T
lagi seru...nanggung neh ..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 86

    “Kamu ini kelewatan ya, Nik. Kemarin kamu sendiri yang enggak suka sama Riska, sekarang kamu malah deketin dia!” cecar ibu mertua yang membuatku geleng-geleng kepala.Aku tidak mau terlibat sama sekali dengan perdebatan ini. Hendak kulangkahkan kaki meninggalkan ruang keluarga. Namun, ucapan Ninik selanjutnya membuatku terpaksa berhenti.“Bu, aku itu cari tahu kehidupan Riska di luar sana!” adunya.Seketika aku menoleh ke arah perempuan itu. Pengakuannya barusan selaras dengan kecurigaan yang disebut oleh Bang Zul. Benar Ninik mencari informasi soalku makanya dia ikut hingga ke peternakan.“Halah, kamu ngeles setiap hari. Jangan-jangan kamu baru saja pulang jalan-jalan sama lelaki, hah?” tuduh ibu mertua. “Kemarin saja kamu godain pacarnya Si Gentong, sekarang laki mana lagi yang kamu goda. Ingat, ya ... tidak ada kesempatan kedua buat kamu.”“Bu, beneran! Aku cari tahu soal Riska. Memangnya Ibu enggak penasaran dengan kegiatannya di luar sana? Setiap hari dia bangun pagi, keluar deng

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 85

    “Ris, jadi cowok yang selalu datengin kamu itu pemilik peternakan?” bisik Ninik.Aku mengerling padanya. Perempuan itu malah cengengesan. Dia beringsut ke arahku yang sedang duduk menghitung pengeluaran bulan ini serta kemungkinan laba setelah sapi-sapi dikirim ke pabrik sesuai dengan kontrak.Aku langsung menarik buku kas, menutup dan menjauhkannya dari Ninik. Dia tidak boleh melihat hal sepenting ini.“Ris! Ih, kok kamu begitu, sih? Aku kan mau ngobrol sama kamu. Memangnya enggak boleh?” balasnya kesal.Lagi, aku mengerling. Ninik benar-benar sangat tidak tahu cara menempatkan diri. Padahal, selama ini dialah yang paling membuatku tidak ingin mengobrol.“Serius kamu tanya begitu?” balasku cepat.Buku kas, keuangan, kwitansi serta semua bukti tranksaksi aku masukkan ke dalam tas. Untungnya hari ini aku membawa tas yang lumayan lega, jadi bisa membawa semua buku-buku itu pulang, menjauhkannya dari Ninik.Aku belum tahu kenapa dia muncul di peternakan. Apakah benar-benar karena ingin b

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 84

    Ninik malah menengadahkan muka, dengan berani dia membalas tatapan Bang Zul padanya. Membuat hatiku getir, gelisah luar biasa.Kenapa Ninik bisa ada di sini? Kenapa dia muncul di sini? Padahal belum lama aku mengambal alih peternakan ini. Selain Kak Nah, bisa kupastikan tidak ada yang tahu.“Kenapa apanya, Bang?” balas Ninik.Intonasinya bicara sangat tidak biasa. Perempuan itu jelas-jelas sedang berusaha menarik perhatian Bang Zul.Buru-buru aku menghalangi Ninik. Kujadikan badan mungil ini sebagai tameng. Bang Zul tidak boleh jadi sasaran selanjutnya dari kebejatan perempuan itu.“Aku mau cari kerja,” lirih Ninik.Suaranya berubah lagi. Tiba-tiba saja, dirinya seperti diliputi mendung yang dahsyat. Rasa sedih yang luar biasa, bertambah dengan air mata yang mengalir di pipi dan jatuh ke tanah, kemudian pundak bergetar, lengkap sudah ... aku bahkan kehabisan kata-kata.“Aku ini sebatang kara, Riska. Aku butuh pekerjaan agar bisa tetap bertahan hidup. Kamu tahu sendirikan bagaimana keh

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 83

    “Ris, aku mau bicara!” Bang Fahri menahan saat aku hendak masuk ke kamar.Pria itu masih memakai setelan kerjanya hari ini, belum bertukar dengan pakaian rumah dan berbersih diri. Kutebak, pikirannya benar-benar kalut hingga tidak bisa berpikir jernih.Lagian, salahnya sendiri. Sudah tahu kondisi keuangan papasan, dia malah sesumbar ngutang ke preman demi memenuhi tuntutan Ninik. Tahu-tahu malah ditipu oleh Ninik.Sekarang, saat hidupnya mulai hancur, dia minta bantuan padaku? Yang benar saja!“Riska, suamimu mau bicara!” Bang Fahri berteriak karena aku abai dengan ucapannya.Aku sudah cukup lelah dengan semua drama mereka. Ini sudah malam, waktunya istirahat, tidak bisakah dia membiarkanku lewat?“Bang, tidak perlu berteriak begitu. Kalau kamu lelah dengan semua ini, harusnya kamu tidak pernah memulai,” balasku sembari menarik tangan dari cengkeramannya.Bang Fahri nampak terpukul. Dia menelan ludah, menghela napas dan langsung menatap ke arah kamar ibu mertua. Sepertinya perempuan p

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 82

    “Mana uangnya?” Pria itu menadahkan tangan saat Bang Fahri turun dari mobil. Syukurlah mereka sudah pulang, jadinya aku tidak perlu mandi keringat karena berhadapan dengan pria sebesar raksasa ini. Wajah Bang Fahri langsung berubah. Dia yang tadi tersenyum lebar di balik setir kemudi, kini hanya bisa tertegun untuk beberapa saat. Bang Fahri keluar dari mobil, berdiri di sisi pintu kemudi. Tatapannya lurus ke arah pria berbadan besar itu. Perlahan, pria itu menderap langkah menuju Bang Fahri. Senyumnya menyeringai, seperti binatang buas. Aku sendiri merasa begitu kecil, hingga tidak berani angkat suara dan memilih diam menyimak. “Ini sudah lewat waktunya, mau alasan apa lagi, Dokter Fahri?” ucap pria dengan kaos hitam yang membentuk dadanya. Bang Fahri terlihat ketakutan. Dia beringsut mundur saat pria itu terus mendekat. Sedangkan ibu mertua malah sesumbar. Perempuan itu dengan lantang bersuara, membela putranya, “Heh, ada urusan apa kamu nyariin anakku?” Beliau bahkan menunjuk

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 81

    Karena tidak ingin merasa penasaran sendirian, aku mencoba mengejar ojol yang membonceng Ninik ke sini. Mereka ngebut meninggalkan peternakan begitu cepat sampai sulit terkejar. Meski demikian, aku tidak mau menyerah. Motor butut tua yang deru mesinnya seperti hampir sakaratul maut ini bertarung dengan motor matic keluaran baru yang membonceng Ninik. “Ah, aku gagal!” keluhku saat melewati tikungan panjang yang memisahkanku dengan Ninik. Perempuan itu sudah tidak terlihat lagi sejauh mata memandang. Padahal, aku ingin sekali menghadangnya, menyelesaikan masalah di sini tanpa perlu diketahui oleh orang rumah. Aku sangat berharap Ninik mau bersabar sebelum memecah keadaan. Kondisi peternakan saat ini belum cukup mampu untuk membungkam orang-orang itu, serta menghentikan ledakan emosi Ayah saat beliau tahu nantinya. Walau dipenuhi perasaan ragu dan gelisah, aku tetap pulang ke rumah. Begitu tiba di depan pagar, suasana rumah seperti yang seharusnya. Tidak tampak kehadiran ibu mertua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status