Share

Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu
Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu
Author: Rara Qumaira

PENGHIANATAN HISYAM

Author: Rara Qumaira
last update Huling Na-update: 2022-12-16 17:59:42

Bab 1

PENGHIANATAN HISYAM

Tin tiiin ....

Terdengar suara klakson dibunyikan panjang. Sekar bergegas menuruni tangga.

"Bun, Sekar berangkat dulu, ya! Sudah dijemput!" pamit Sekar.

"Iya, Nduk. Hati-hati!" sahut Ibunya.

"Bunda istirahat saja. Gak usah ngerjakan apa-apa. Biar Mbok Nah saja."

"Bunda bosen, Nduk, kalo gak boleh ngapa-ngapain," sahut Ibunya.

"Bunda kan, baru sembuh. Jadi, gak boleh terlalu capek."

"Iya, Nduk. Udah sana berangkat. Kasihan bosmu nunggu lama."

"Iya, Bun. Assalamualaikum," ujar Sekar sembari mencium tangan Ibunya.

"Waalaikumsalam," sahut Ibunya.

Sekar segera meninggalkan rumahnya. Rumah minimalis yang dibeli dari hasil catering Bundanya.

"Halo, sayang! Maaf, ya, nunggunya lama!" ujar Sekar setelah masuk ke dalam mobil.

"Gak papa. Disuruh nunggu berapa lamapun aku siap, kok! Apapun buat kamu, sayang!"

"Ish ... pagi-pagi sudah gombal. Udah ah, ayo, berangkat!"

"Oke, sayang!"

Aldi, atasan sekaligus kekasih Sekar segera melajukan kendaraannya. Aldi merupakan direktur utama di perusahaan tempat Sekar bekerja. Sedangkan Sekar adalah sekretarisnya.

Sekar mengawali karir di perusahaan tersebut sebagai staf administrasi. Berkat kelihaiannya, dalam waktu tiga tahun dia sudah naik jabatan menjadi sekretaris pribadi sekaligus kekasih gelap sang bos. Ya, hanya kekasih gelap karena sang bos telah memiliki seorang istri.

"Istri kamu gak curiga kamu sering pulang telat dan berangkat pagi-pagi gini?" tanya Sekar.

"Gaklah! Dia itu percaya sekali sama aku," sahut Aldi.

"Masak sih?"

"Beneran. Lagian, aku beralasan sama dia kalau kantor lagi ada masalah serius."

"Ha ... pinter banget kamu!" sahut Sekar.

"Iya, dong! Harus itu!" sahut Aldi.

*************************

Di rumah, Bunda Sekar menangis sedih. Jujur, dia tidak rela dengan jalan yang ditempuh Sekar. Namun, segala kesakitan yang pernah Sekar alami selama ini, mengobarkan api dendam di dalam dadanya.

Semua itu bermula pada kejadian dua puluh tahun yang lalu. Saat itu, Sekar berusia tujuh tahun.

*******

Dua puluh tahun yang lalu

"Bun, Ayah mana?" tanya Arum. Sekar kecil biasa dipanggil Arum. Sekar Arum Wardani, nama yang diberikan oleh sang ayah kepadanya.

"Maaf, Rum. Hari ini, Ayah ada pekerjaan yang gak bisa ditinggalkan," sahut Bundanya.

"Tapi, Bun, kan Ayah sudah janji. Pas hari ulang tahunku yang ketujuh, Ayah mau ngajak Arum jalan-jalan," rengek Arum.

"Iya, Sayang! Maafkan Ayah, ya! Begini saja, bagaimana kalau jalan-jalannya sama Bunda saja? Arum mau kemana?"

"Gak asik, Bun! Arum maunya sama Ayah juga!" rengek Arum lagi.

"Iya, Bunda faham. Perginya sama Ayah lain kali saja. Hari ini pergi sama Bunda. Bagaimana?" rayu Bundanya.

"Iya, deh, Bun! Arum mau. Kita ke kebun binatang, ya!" ujar Arum.

"Iya, sayang! Ya udah, yuk, kita siap-siap!"

Setelah selesai bersiap, mereka berdua segera berangkat naik sepeda motor. Walaupun sedikit kecewa, namun Arum tetap gembira bisa pergi jalan-jalan ke kebun binatang.

Setibanya di lokasi, Irma segera membeli dua buah tiket. Kemudian, mereka segera memasuki area kebun binatang. Hal yang pertama yang dilihat Arum adalah aneka burung. Berbagai jenis dari beberapa negara ada di situ. Arum merasa takjub dengan banyaknya jenis burung.

Selanjutnya, mereka menuju area binatang mamalia. Pertama, mereka melihat harimau. Ada empat ekor harimau yang tampak, dua ekor induk dan dua ekor masih anak-anak. Selanjutnya,mereka melihat singa, jerapah, gajah, dan lain-lain.

Setelah puas melihat-lihat, mereka menuju restoran yang ada di dalam lokasi.

"Bun, itu kan ayah?" tunjuk Arum. Irma mengikuti arah telunjuk putrinya.

Deg. Disana, tampak suaminya sedang menggandeng wanita hamil sekitar lima bulan dan menggendong seorang gadis kecil seusia Arum. Irma tampak terkejut.

Tanpa sengaja, pandangan mereka bersiborok. Ayah Arum pun tampak terkejut. Langkahnya terhenti. Dengan menggandeng putrinya, Irma melangkah mendekati mereka.

"Siapa mereka, Mas? Kenapa Mas Hisyam bisa sama mereka? Ini yang namanya ada urusan penting kantor?" tanya Irma beruntun.

"Irma, tolong jangan emosi dulu. Kita bisa bicarakan ini baik-baik," sahut Hisyam gugup.

"Ayah bohong! Katanya Ayah kerja, makanya gak bisa ngajak Arum jalan-jalan. Ini malah jalan-jalan sama mereka," ujar Arum marah.

"Arum sayang, maafkan Ayah, ya! Irma, tolong kamu bawa Arum pulang dulu! Setelah ini, aku akan menyusul!" ujar Hisyam.

Tanpa banyak kata, Irma segera meninggalkan lokasi tersebut. Di sepanjang jalan, air matanya tak berhenti menetes. Dia berharap, perkiraannya salah. Dia berharap, mereka bukan siapa-siapa dan hanya kebetulan bertemu saja. Namun, semakin dia berharap, hatinya semakin sakit. Karena apa yang dilihatnya, sudah tampak jelas.

"Bun, Arum lapar," ujar Arum.

Irma segera menghapus air matanya. Dia teringat, tadi sebelum bertemu suaminya, mereka memang berencana makan siang.

"Kita beli Kent*ky saja, ya?" sahut Bundanya.

"Iya, Bun."

Irma menghentikan sepeda motornya di sebuah restoran cepat saji.

"Bunda gak makan?" tanya Arum.

"Gak, Bunda gak lapar. Arum saja yang makan," sahut Bundanya.

"Gak boleh! Kata Bunda, kita harus makan tepat waktu agar gak gampang sakit! Kita bagi dua ya, makanannya?" ujar Arum.

Irma merasa terharu dengan perhatian putrinya.

"Gak usah. Ini buat Arum saja! Bunda pesan lagi saja, ya!" sahut Bundanya.

"Oke, Bun!"

Setelah menyelesaikan acara makan siangnya, mereka segera pulang.

"Arum, segera sholat dhuhur, habis itu tidur siang ya!" perintah bundanya.

"Siap, Bun!"

Irma segera menuju ke kamarnya. Setelah menunaikan sholat dhuhur, dia menunggu suaminya pulang. Sayang, yang ditunggu pun tak kunjung datang.

Hingga pukul 22.00, Ayah Arum baru menginjakkan kaki di rumah.

"Assalamualaikum!" ujarnya. Tak ada sahutan. Hisyam segera memasuki kamarnya. Dilihatnya, sang istri telah tertidur. Hisyam segera menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan diri, dilihatnya istrinya sudah menunggunya disamping tempat tidur.

"Kamu memang belum tidur apa terbangun?" tanyanya.

Irma tak menanggapi. Hisyam duduk di sebelah istrinya.

"Ada yang ingin kamu jelaskan?" tanya Irma.

"Maafkan aku, Ir! Aku khilaf!"

"Siapa dia?"

"Dia juga istriku, Ir. Kami sudah menikah secara siri empat bulan yang lalu."

Tes ....

Airmata Irma menetes begitu saja. Hatinya begitu sakit. Sejak awal, dia sudah memperkirakan. Namun, mendengar sendiri dari bibir suaminya, hatinya terasa begitu sakit.

"Maafkan aku, Ir!" ujar Hisyam sembari menggenggam jemari istrinya.

Irma segera menarik tangannya. Dia tidak sudi disentuh oleh penghianat itu.

"Kamu jahat, Mas! Apa salahku?" ujar Irma tergugu.

"Kamu gak salah, Ir. Aku yang melakukan kesalahan. Tolong, maafkan aku!"

"Kamu tega, Mas! Apa kurangku selama ini?" tanya Irma masih tergugu.

"Kamu wanita yang sempurna, Ir."

"Bohong! Buktinya, kamu masih mencari kesenangan di luar!" ujar Irma sarkas.

"Maafkan aku, Ir. Aku siap menerima hukuman apapun, asalkan kamu mau memaafkan aku."

"Benarkah?" tanya Irma sangsi.

"Tentu saja."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ujung2nya si hisyam memilih gundiknya lah. klu istrinya sempurna g akan mungkin ada wanita lain
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   HARI PERNIKAHAN

    “Terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan aku hari ini,” ujar Vano dengan mimik wajah serius. Sekar menatap menatap wajah sahabatnya tersebut dengan mimik wajah yang semakin kebingungan. “Apaan sih? Aku gak ngerti deh!” ujar Sekar lagi. Vano terkekeh geli menatap wajah wanita di hadapannya yang menurutnya terlihat lucu dan menggemaskan.“Lho, Van, dari tadi?” tanya Irma yang tiba-tiba muncul.“Bunda!” seru Vano, lalu bangkit dari posisinya dan mencium punggung tangan wanita paruh baya tersebut.“Barusan, Bun. Aku kangen sama masakan bunda, makanya main kesini,” sahut Vano seraya terkekeh.“Ayo langsung ke ruang makan. kebetulan bunda hari ini masak kesukaan kamu,” sahut Irma. “Asyik ... kayaknya bunda sudah ada feeling aku mau main nih!” ujar Vano. Dengan santai, dia menggandeng lengan wanita paruh baya tesebut menuju ruang makan meninggalkan Sekar yang masih bengong di tempatnya. Selang tak berapa lama kemudian, Sekar pun sudah menyusul mereka.***“Van!” panggil Sekar. Saat ini

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   TERJEBAK

    BAB 39TERJEBAKVano melepaskan jasnya dan melonggarkan dasinya untuk mengurai rasa panas yang menguasai tubuhnya. Sayangnya, usaha yang dia lakukan sia-sia, tubuhnya semakin tak dapat dikendalikan. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Airin masuk ke dalam ruangan dengan membawa secangkir minuman. Pakaian yang melekat erat ditubuhnya, ditambah lagi dua kancing yang terbuka di bagian atas membuat Vano menatapnya tanpa berkedip. Vano meneguk ludahnya kasar.“Kamu kenapa, van? Sakit?” tanya Airin. Vano tak menjawab. Pandangannya masih terfokus pada gundukan kenyal yang terlihat menantang di hadapannya. Airin tersenyum tipis penuh kemenangan, lalu dengan santainya duduk di pangkuan pria tersebut.“Wow ... aku bahkan bisa merasakannya. Mau aku bantu melepaskannya?” ujar Airin dengan gaya manjanya seraya mengusap dada Vano dengan lembut. Tubuh Vano semakin memanas. Spontan, dia meraih tengkuk wanita tersebut, lalu menyambar bibirnya dengan lumatan yang panas. Airin semakin diatas angin. Ta

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEJUJURAN VANO

    BAB 38KEJUJURAN VANO“Berdasarkan bukti-bukti dan kesaksian para saksi, maka saudara Aldi Wiratama dinyatakan bersalah dengan hukuman tujuh tahun penjara.” Ketuk palu hakim, mengakhiri jalannya sidang hari ini. Aldi menghembuskan nafas lega. Meskipun dia harus mendekam dalam penjara, setidaknya hukumannya jauh lebih ringan dari tuntutan yang seharusnya yaitu dua belas tahun penjara. Nasha pun tak kuasa menahan air matanya. Kini, dia harus berjuang seorang diri membesarkan anaknya nantinya.Usai sidang selesai, Nasha menghampiri sang suami sebelum kembali di bawa lapas."Mas!" ujar Nasha lirih."Jaga anak kita baik-baik. Maaf aku tidak menemani kamu membesarkan anak kita nantinya!" ujar Aldi."Mas!" Spontan, Nasha mendekap tubuh sang suami dengan erat. Dia menangis tergugu dalam pelukan sang suami.“Aku akan membebaskan kamu, Sha. Aku tidak akan mengikatmu dalam ikatan pernikahan yang tidak sehat ini. Nasha Syakilla binti Suwito, aku ja---“ Belum selesai Aldi menyelesaikan kalimatnya

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PERMINTAAN ALDI

    BAB 37PERMINTAAN ALDI “Saudara Aldi, anda yang ingin bertemu dengan Anda!” ujar seorang petugas sipir, lalu membuka pintu penjara. Dengan penuh semangat, Aldi bangkit dari posisinya, lalu melangkahkan kakinya. Dia mendengus dengan kesal saat tahu siapa yang datang menjenguknya.“Sayang ... bagaimana keadaan kamu?” tanya Nasha seraya memeluk tubuh sang suami. “Sha ... apaan sih?” protes Aldi seraya mendorong tubuh sang istri perlahan agar menjauh.“Mas ... kamu kenapa sih?” tanya Nasha bingung.“Gak enak dilihat petugas,” sahut Aldi cuek, lalu melangkahkan kakinya dan duduk di kursi yang telah disediakan. Nasha pun mengernyitkan dahinya heran. Namun, tak urung, dia mengikuti langkah sang suami dan duduk di hadapannya. “Kamu kenapa, Mas?” tanya Nasha.“Apanya yang kenapa?” tanya Aldi.“Sejak kemarin, kamu berubah jadi cuek,” sahut Nasha.“Biasa saja.”“Gak, aku yakin pasti ada sesuatu. Katakan, ada apa sebenarnya?” desak Nasha.“Sudah ku bilang tidak ada. Untuk apa kamu kesini?” tan

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   SIDANG PERDANA

    BAB 36SIDANG PERDANA‘Aku tidak rela wanita itu menguasai perusahaan. Enak saja, aku yang mendampingi Mas Hisyam hingga seperti sekarang, malah dia yang dapat warisan. Rugi dong perjuanganku selama ini!’ ujarnya dalam hati.“Maaf, Bu, untuk keperluan administrasi, saya tetap meminta pembayaran di depan!” ujar Pak Adnan.“Tentu saja, Pak! Berapa saya harus membayarnya?” tanya winda dengan gaya elegannya. Pak Adnan menyerahkan sebuah kertas yang berisi rincian dana yang harus dibayarkan. Wind amenelan ludah kasar melihat angka tersebut. Sebenarnya itu memang harga yang pantas untuk pengacara sekelas Adnan Wijaya. Masalahnya, saat ini dia sedang pailit. Uang segitu tentu saja sangat berharga untuknya.“Em ... saya akan membayarnya separuh. Untuk sisanya ... bagaimana kalau saya bayar dengan cara lain!” ujar Winda.“Maksudnya?” tanya Pak Adnan bingung. Dengan penuh percaya diri, Winda melangkah mendekati pria paruh baya tersebut seraya melepaskan beberapa kancingnya sehingga menampakkan p

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN AIRIN

    BAB 35KEDATANGAN AIRINKring .... Tiba-tiba, ponsel Vano berbunyi.“Halo, Pa! Ada apa?” tanya Vano.“_____.”“Sudah, Pa. Dia ada disini sekarang,” sahut Vano smabil melirik kesal pada Airin.“____.”“Gak bisa gitu dong, Pa! Dia itu tidak kompeten!” “____.”“Tapi, Pa ....”“____.”“Iya, iya!” sahut Vano sambil bersungut-sungut. Airin mendengarkan pembicaraan mereka sambil senyum-senyum. Meski tidak tahu pasti, namun dia bisa menebak arah pembicaraan mereka.Klik. Vano memutusukan panggilan teleponnya. Dia menghela nafas panjang beberapa kali untuk menenangkan diri.“Bagaimana, Pak Vano?” ujar Airin sambil tersenyum manis. Vano merasa semakin muak.“Baiklah, kamu diterima, tapi ____.”“Yey ... terima kasih, Van!” ujar Airin gembira sambil bertepuk tangan.“Aku belum selesai bicara!” bentak Vano. Airin segera menghentikan aksinya sebelum Vano benar-benar marah padanya. “Oke, lanjutkan!” ujar Airin.“Kamu diterima, tapi, jika dalam masa percobaan selama satu bulan kinerja kamu mengece

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEMBALI MASUK PENJARA

    BAB 34KEMBALI MASUK PENJARA“Bapak Aldi telah melakukan kesalahan. Jadi, pihak penggugat mengajukan permohonan pembatalan pembebasan bersyarat atas nama Bapak Aldi.” Petugas kepolisian tersebut memberikan penjelasan.“Memangnya apa yang dilakukan suami saya?” tanya Nasha emosi.“Sha, kendalikan emosimu. Sebaiknya, kamu panggil Aldi kesini.”“Tapi, Ma, kalau Mas Aldi kesini, nanti mereka akan menangkapnya,” sahut Nasha keberatan.“kalau kamu tidak menyuruh Aldi kesini, yang ada dia akan menjadi buronan. Hukumannya bisa semakin berat,” sahut Winda.Dengan langkah berat, Nasha memanggil Aldi yang sedang berbaring di kamarnya.“Mas, bangun! Ada yang nyari kamu di depan!” ujar Nasha.“Siapa, Sha?” sahutnya dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.“Polisi.”“Apa? Mau apa mereka kesini?”“Mereka bilang mau menangkap kamu. Katanya, kamu melakukan kesalahan sehingga pihak Sekar meminta pembatalan penangguhan penahanan. Memangnya, apa yang sudah kamu lakukan sama Sekar?” tanya Nasha t

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEMARAHAN ALDI

    BAB 33KEMARAHAN ALDI"Secara hukum, saya pemilik sah perusahaan ini dan saya sudah mengambil alih kepemimpinan perusahaan ini. Kamu tidak punya hak apapun," sahut Sekar."Jadi itu alasan kamu memblokir semua kartuku? Itu ulah kamu, bukan?" "Tentu saja. Itu kartu milik perusahaan. Aku tidak mungkin membiarkan kamu memegangnya," sahut Sekar santai."Tapi tetap saja, kamu tidak tahu apa-apa mengenai perusahaan ini," ujar Aldi."Apa Anda lupa berapa lama saya menjadi sekretaris Anda?" sahut Sekar.Aldi tak dapat menjawab. Dia mulai gusar.“Apa kamu akan menguasai perusahaan ini sendiri? Jangan lupa, disini ada hak Nasha dan mamanya.”“Tidak ada berkas yang membuktikan bahwa mereka memiliki hak atas perusahaan ini.”“Mereka sedang memperjuangkan haknya. Tunggu saja!” ujar Aldi.“Tentu. Aku juga ingin tahu sejauh mana usaha mereka,” sahut Sekar santai.“Terserah kamu, tapi …." Aldi menggantung ucapannya."Apa?" tanya Sekar."Kembalikan semua yang sudah kuberikan sama kamu!" Sekar terkeke

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN ALDI

    BAB 32KEDATANGAN ALDI“Pasti berhubungan dengan wanita itu, kan?”“Sudahlah, Pa. Jangan mengait-ngaitkan Sekar. lagian, ini gak papa, kok. Hanya bengkak sedikit, sebentar juga sembuh.”"Dasar bucin! Sekarang Papa mau tanya. Kenapa dia hari ini gak masuk?”“Dia ada pertemuan dengan pengacara ayahnya, Pa.”“Baru juga bekerja, sudah beberapa kali izin. Kamu tidak bisa seperti itu, Van. Bagaimana tanggapan karyawan lain? Mereka pasti berfikir kamu pilih kasih," ujar Papa Vano."Biarin sajalah, Pa, mereka mau bilang apa. Aku yang lebih tahu mengenai Sekar. Jika tidak ada hal yang benar-benar penting, dia tidak mungkin izin.""Ini yang Papa tidak suka dari kamu. Lembek kalau sudah masalah wanita itu," ujar Sang Papa tak suka.“Pa, jangan begitu dong! Ini aku sudah memenuhi permintaan Papa untuk membantu mengurus perusahaan.”“Papa tahu. Tapi kalau sekretaris kamu sering izin begini, pekerjaannya akan terbengkalai. Yang repot kamu juga!”“Papa gak usah khawatir, aku bisa mengatasi kok!” “T

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status