Bab 3PINDAH KE SURABAYAPagi ini, Arum sangat bersemangat. Pasalnya, dia akan bertemu dengan sang Ayah. Dengan mengendarai sepeda motor milik Bundanya, mereka berangkat. Saat telah sampai di depan rumah tersebut, Irma menghentikan motornya.Arum segera meloncat turun. Tanpa menunggu sang Bunda sedang memarkir kendaraannya, Arum segera berlari menghampiri rumah tersebut. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti. Melihat hal itu, Irma tampak heran. Dia segera menyusul putrinya.Irma tertegun. Disana, tampak Hisyam sedang bermain ayunan dengan seorang gadis kecil seumuran Arum. Tampak wanita itu duduk di kursi tak jauh dari mereka. Mereka tampak seperti keluarga bahagia. Gadis itu tertawa riang. "Papa, ayo dorong lebih kencang!" teriak anak itu."Memangnya kamu gak takut?" sahut Hisyam."Gak dong! Aku kan pemberani!""Oke, siap-siap, ya!" sahut Hisyam.Lalu, Hisyam tampak mendorong ayunan tersebut. Anak itu tertawa kegirangan.Melihat pemandangan itu, hati Irma terasa nyeri. Irma menyent
Bab 4AKAL BULUS ALDI"Pesan dari siapa?" tanya Aldi."Ha … ow dari teman. Mau ngajak ketemuan, mumpung dia disini," sahut Sekar.Aldi mengangguk paham. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Sekar. Aldi segera turun dari mobil. Dia mengitari setengah badan mobil dan membukakan pintu untuk Sekar."Silahkan, Tuan Putri!" ujarnya."Terimakasih, Pangeranku!" ujar Sekar sembari tersenyum."Mau mampir?" tambahnya"Gak deh. Lain kali saja. Males!" sahut Aldi."Kok males? Kenapa?" tanya Sekar penasaran."Ada satpamnya," jawab Aldi sembari berbisik di telinga Sekar. Mendengar hal itu, Sekar tak dapat menahan tawanya. "Ha ... aku bilangin Bunda, lho!""Jangan dong! Ntar, aku malah gak boleh ngajak kamu jalan lagi!""Habisnya ... kamu ngatain Bunda satpam," rajuk Sekar."Mau gimana lagi. Kalau di rumah kamu, aku gak boleh ngapa-ngapain. Cium kamu aja dilarang. Untungnya sayang," sahut Aldi.Sekar masih melanjutkan tertawa. Memang, saat Aldi main ke rumahnya, Bunda Sekar selalu m
Bab 5MENGGADAIKAN RUMAH"Hm … bagaimana ya ngomongnya?" ujar Aldi gelisah."Sayang, katakan saja. Kalau ada yang bisa aku bantu, pasti aku lakukan. Perusahaan itu kan, milik keluargaku. Aku tidak mau kalau sampai terjadi apa-apa," ujar Nasha berusaha meyakinkan."Apa solusinya?" tanya Nasha lagi."Menggadaikan rumah ini.""Apa?" ujar Nasha terkejut."Iya, sayang! Kita gadaikan rumah ini. Nanti, uangnya bisa untuk menyuplai perusahaan. Untuk cicilannya gak usah kamu pikirkan, aku pasti akan membayarnya," ujar Aldi berusaha meyakinkan istrinya."Duh, bagaimana, ya? Masalahnya, rumah ini kan atas nama Mama," ujar Nasha sanksi."Justru itu lebih mudah, Sayang! Kan, kamu anak Mama satu-satunya. Pasti dikabulkan," bujuk Aldi."Hm … ntar deh, aku coba bujuk Mama. Semoga Mama gak keberatan," sahut Nasha."Terimakasih, Sayang! Kamu memang yang terbaik!" ujar Aldi sembari mengeratkan pelukannya.**************************"Selamat pagi, Ma!" sapa Nasha kepada Mamanya."Pagi! Aldi sudah berangk
Bab 6SEPULUH TAHUN YANG LALUSaat itu, Sekar kelas dua belas. Seperti biasa, Bundanya sedang mengerjakan pesanan catering. Saat itu, Arum sedang bersekolah. "Lagi bikin apa, Ir?" tanya Pak Suwito yang tiba-tiba muncul di depan pintu dapur. Memang, belakang rumah Arum terhubung langsung dengan gang kecil dan hanya dibatasi oleh tembok setinggi pinggang dan pagar kecil. "Pak Suwito? Bikin kaget saja!" ujar Bunda Arum.Pak Suwito terkekeh geli sembari melangkahkan kakinya memasuki dapur. "Eh, Pak Suwito mau ngapain? Sana keluar!" usir Irma, Bunda Arum. "Saya mau nemenin kamu masak, dari pada sendirian.""Saya sudah biasa sendiri. Sana keluar! Gak enak kalau dilihat orang!" usir Bunda Arum lagi. "Ya dibikin enak saja tho!" sahut Pak Suwito santai. Irma hanya geleng-geleng kepala."Pak, tolonglah! Saya gak mau menimbulkan fitnah! Anak saya sedang sekolah! Di rumah gak ada orang!" ujar Ira lagi."Biar gak ada fitnah, bagaimana kalau kamu aku halalin saja?" ujar Pak Suwito sembari meme
Bab 7PANGGIL AKU SEKAR!"Suwito … apa yang kamu lakukan di kamar Arum?" tanya Irma heran. Merasa curiga, Irma segera merangsek masuk ke dalam kamar. Pak Suwito menggunakan kesempatan itu untuk segera kabur dan meninggalkan rumah itu. Hati Irma hancur. Dilihatnya, putrinya tergeletak tak berdaya dalam keadaan terikat dan tanpa mengenakan pakaian. Bercak darah nampak berceceran di sprei. "Tidak! Arum!" teriaknya memanggil nama anaknya. "Arum sayang! Buka mata kamu, Nak!" ujarnya sembari menangis tergugu. Teriakan Irma mengundang tetangganya untuk masuk."Ada apa, Bu Irma?" tanya Bu Lia. Karena tak mendapat jawaban dan hanya mendengar tangisan Bu Irma, Bu Lia berinisiatif masuk ke dalam rumah."Astaghfirullah," ujarnya. Dia segera masuk dan menutupi tubuh Arum dengan selimut. Setelah memastikan denyut jantungnya, Bu Lia segera melepas ikatan di tubuh Arum."Bu Irma, siapa yang melakukannya?" Bu Irma tak mampu menjawab. Dia hanya hanya menangis tergugu memeluk putrinya."Bu Irma," p
Bab 8RUMAH UNTUK SEKAR"Iya, kenapa? Kok, kelihatannya kaget banget gitu?" tanya Aldi heran."Gak gitu, cuma ... aku pikir dia ada saudara gitu!" sahut Sekar."Gak ada. Makanya aku masih berat lepasin dia. Secara, warisannya kan nanti jatuhnya ke dia. Aku mau porotin dulu," sahut Aldi Santai."Kamu yakin bisa dapetin semuanya?" "Yakin dong! Nasha itu bucin banget sama aku!""Dia itu kan anak tunggal. Pasti, orang tuanya sangat memanjakan dia," lanjut Sekar lagi."Kalau Mamanya sih, iya! Apapun yang diinginkan Nasha, pasti dituruti! Kalau Papanya, walaupun bukan ayah kandung, dia kelihatannya juga sayang banget sih!""Nasha bukan anak kandung Papanya?""Iya, jadi waktu itu Mamanya janda saat menikah dengan Papanya yang sekarang ini," sahut Aldi."Trus, Mamanya gak punya anak lagi setelah menikah dengan Papa tirinya?""Gak punya. Dulu katanya pernah hamil sih, trus keguguran. Jadi, sampai sekarang, mereka gak punya anak. Kenapa? Kok, kelihatannya penasaran banget.""Enak ya, jadi Nash
Bab 9KEDATANGAN HISYAM"Aku mau buat kejutan di hari pernikahan kami," sahut Sekar sembari mengulas sebuah senyuman."Apa kali ini aku juga harus turun tangan?" "Tentu saja! Kamu kan sahabat terbaikku! Kalau bukan kamu, siapa lagi yang akan bantu aku!" sahut Sekar."Sahabat!" ujar Vano lirih.Vano menghembuskan nafas panjang. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Vano."Sini, aku bisikin!" ujar Sekar.Vano mendekatkan telinganya."Sekar, geli ah! Jadi bisikan gak?" protes Vano."Ha … iya … iya! Sini!" ujar Sekar."Gimana?" ujar Sekar usai membisikkan sesuatu ke telinga Vano."Oke, bisa diatur," sahut Vano. "Terimakasih!" sahut Sekar kegirangan. Tanpa sadar, dia memeluk Vano dengan erat. "Sekar! Aku gak bisa bernapas! Lepasin!" ujar Vano tersengal."Aduh, Van! Maaf, ya! He ….""Seneng sih, seneng! Tapi, jangan gitu juga!" ujar Vano sewot."Maaf, deh! Jangan ngambek dong! Aku belikan es krim, mau?" rayu Sekar."Es krim? Kamu kira aku anak TK apa? Nyuap pake es krim," ujar Vano semaki
Bab 10MASA LALU HISYAM"Aldi! Apa yang kamu lakukan?" bentak Hisyam.Aldi dan wanita dipangkuannya pun tampak terkejut saat pintu tiba-tiba terbuka dan mendapat teriakan dari sang big bos. "Pa—pa!" ujar Aldi gugup. Dia segera berdiri. Sekar pun segera berdiri dan merapikan pakaiannya. Dia tak kalah terkejut. Setelah sekian lama, ini pertama kalinya mereka berada pada jarak sedekat ini. Sekar tak berani menatap wajah ayahnya. Dia memilih menunduk menyembunyikan wajahnya."Menjijikkan! Bisa-bisanya kamu berbuat mesum di kantorku!" ujar Hisyam kecewa."Maaf, Pa!" ujar Aldi menundukkan kepala."Keluar kamu!" perintah Hisyam tanpa memandang Sekar.Dengan tergesa, Sekar segera berlari meninggalkan ruangan tersebut.Hisyam memegang dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri."Agus!" ujar Hisyam.Sigap, Agus menyerahkan sebutir obat. Setelah meminumnya, Hisyam sudah sedikit lebih tenang dan rasa nyeri itu berangsur menghilang."Ternyata begini, kelakuan kamu di kantor?" ujar Hisyam kecewa."Maaf,