Bab 20KEHAMILAN NASHANasha tak bergeming. Aldi pun tak berani mengganggunya. Dia hanya berani mendekatkan tubuhnya dan memeluk Nasha dari belakang.Pagi hari,saat Aldi terbangun, dia tak mendapati Nasha di sebelahnya. Dia mendengar seseorang sedang muntah-muntah di kamar mandi.Tok tok tok …."Sha, buka pintunya! Kamu gak papa?" tanya Aldi panik."Sha!" panggil Aldi lagi.Tak lama berselang, Nasha keluar dari kamar mandi."Kamu gak papa?" tanya Aldi lembut.Nasha tak menjawab. Dengan lemas, dia terus melangkah dan kembali ke tempat tidur, lalu berbaring."Kamu sakit?" tanya Aldi lagi."Aku gak papa," sahut Nasha pendek."Habis ini kita ke rumah sakit. Kita periksa sekalian jenguk Papa," ujar Aldi. "Gak perlu! Aku gak papa!" "Aku tidak menerima penolakan!" ujar Aldi tegas. Dia segera melangkah ke lantai bawah. Nasha yang ditinggalkan seorang diri, menitikkan air mata. Tak lama berselang, Aldi sudah kembali dengan secangkir teh hangat."Minumlah! Ini akan menghangatkan perutmu!" uja
BAB 21SEKAR DICULIKAgus tersenyum."Sebaiknya Pak Aldi mengurus kantor saja, Bapak biar menjadi tanggung jawab saya dan anak buah saya," sahut Agus. Aldi tersenyum kecut."Terserah Bapak saja!" sahut Aldi."Sha, pulang yuk! Kamu kan gak boleh kecapekan!" ujar Aldi kepada Nasha."Iya, Mas. Pak Agus, kami pulang dulu!" pamit Nasha."Iya, Mbak. Silahkan!" sahut Agus.Perlahan, Nasha dan Aldi melangkah meninggalkan ruangan Hisyam."Kita mau kemana lagi?" tanya Aldi."Katanya mau pulang," sahut Nasha."Ya … mungkin kamu mau ke suatu tempat gitu, mumpung aku belum berangkat kerja.""Memangnya gak papa kamu datang terlambat?" "Gak papa, dong. Aku kan, bosnya. Bolos pun juga gak masalah.""Kalau Papa dengar, bisa diamuk kamu.""Itu kalau Papa kamu bisa bangun lagi," gumam Aldi lirih."Apa, Mas? Gak dengar," tanya Nasha."Yang penting kan, papamu gak dengar. He …," sahut Aldi. "Ayo, mau kemana kita?" tanya Aldi."Aku pengen bubur ayam di simpang lima itu," sahut nasha malu-malu."Ayo!" ja
BAB 22SEKAR DICULIK 2“Em ... oh, sudah, Bun! Sudah!” sahut Vano gugup.“Ow ya sudah. Bunda khawatir sejak kamu telepon tadi. Ponselnya Bunda hubungi gak bisa.”“Iya, Bun! Lowbath, katanya. Nanti aku sampaikan kalau Bunda menelepon,” ujar Vano menenangkan.“Ya sudah! Terima kasih, van!””Sama-sama, Bun!” *******“Halo, Sayang!” ujar Aldi kepada Nasha melalui sambungan selular.“Halo, Mas! Ada apa?” sahut Nasha.“Bagaimana keadaan kamu? Sudah baikan?” tanya Aldi.Sudah, kok, Mas! Oya, Mas! Nanti pulang kantor tolong belikan aku martabak yang di jalan Thamrin, ya!”pinta Nasha.“Aduh, Sayang! Maaf, aku gak bisa. Ini aku telepon soalnya mau ngabarin kalau hari ini aku harus berangkat ke luar kota,” ujar Aldi sedih.“Kok mendadak, sih, Mas?” tanya Nasha.“Iya, Sayang! Aku pesan kan lewat kurir online saja, ya!” tawar Aldi.“Gak usah, Mas! Nanti aku pesan sendiri saja! Oya, Mas berapa lama disana?” tanya Nasha.“Perkiraan dua sampai tiga hari, Sayang! Kalau semuanya beres, aku pasti seger
BAB 23PENYELAMATAN SEKAR"Mas, jangan begini! Aku mohon,lepaskan aku!" teriak Sekar Aldi melepaskan ciumannya dan terus berusaha memberontak. Namun, Aldi tak menggubris. Dia terus melancarkan aksinya tanpa bekas kasihan. Pakaian Sekar pun sudah terkoyak. “Mas Aldi, aku mohon! Jangan begini!” ujar Sekar sambil tergugu. Dia benar-benar merasa ketakutan.Tiba-tiba, terdengar suara seseorang berusaha mendobrak pintu ruangan tersebut. Aldi yang sudah diselimuti nafsu, tak menggubrisnya dan terus melancarkan aksinya. Tiba-tiba, seseorang meraih kerah kemeja Aldi dan melepaskan bogem mentah ke wajahnya. Aldi yang tak siap pun jatuh tersungkur. Tanpa ampun, pria tersebut terus melancarkan aksinya hingga Aldi babak belur dan tak dapat melawan.Sekar masih shock dan menangis tergugu di sudut ruangan. Pria tersebut yang mulai tersadar akan keberadaan Sekar, segera menoleh. Dia merasa prihatin melihat keadaan Sekar. Pria tersebut yang ternyata Vano, segera meraih selimut di atas dipan dan menye
BAB 24MENJENGUK HISYAM"Tante! Untuk apa Tante malam-malam datang kesini?" tanya Vano.Wanita tersebut tersenyum sinis."Tentu saja untuk memergoki kelakuanmu. Selarut ini pria dan wanita berduaan, menurutmu apa yang akan terjadi?" ejek wanita tersebut."Tante jangan fitnah, kami tidak berbuat apa-apa," sahut Vano."Tentu saja, karena sudah ketahuan. Bagaimana kalau Tante tidak kesini? Pasti wanita itu sudah menggodamu!" ejek wanita tersebut."Jangan sembarangan, Tante! Sekar bukan wanita seperti itu!" bentak Vano."Lalu dia wanita seperti apa? Bukankah dia itu bekas orang?" lanjut wanita tersebut."Cukup,Tante! Pergi dari sini!" usir Vano."Berani kamu mengusir Tante? Apa kamu mau Tante panggilkan warga agar menggerebek kalian?" ancam wanita tersebut."Apa yang sebenarnya Tante inginkan?" tanya Vano."Tante hanya mau memastikan kalian tidak akan berbuat yang aneh-aneh. Tante tidak mau dia mengacaukan rencana pernikahan kamu dengan pura-pura hamil," ujar wanita tersebut."Aku sudah b
BAB 25PERTEMUAN TAK TERDUGA Pak Agus segera mengurus administrasi rumah sakit. Dia juga mengutus anak buahnya untuk mengkondisikan sehingga saat jenazah tiba, semuanya sudah siap.“Bu Irma ikut kami pulang?” tanya Pak Agus. “Iya, Pak! Aku akan ikut menghadiri acara pemakaman ayah Sekar!” sahut Irma.“Baiklah! Bari, aku akan iku ambulans. Kamu antar Bu Irma dan Nona Sekar ke rumah!” ujar Agus kepada anak buahnya.“Siap, Bos!” sahut Bari.“Mari, Bu Irma!” lanjutnya sopan.******************Pagi ini, Nasha dikejutkan oleh sebuah panggilan dari Aldi.“Halo!” sahut Nasha.“Sha, tolongin aku!” ujar Aldi.“Mas, kamu kenapa?” tanya Nasha panik.“Sayang, sekarang aku di kantor polisi. Tolong, kamu segera kesini. ! Bawa pengacara keluarga kita sekalian!”“Memangnya apa yang terjadi?”“Aku gak bisa cerita sekarang. Sebaiknya kamu segera kesini! Aku gak mau dipenjara!” ujar Aldi.“Ya udah, Mas! Aku hubungi Pak Pramono dulu!”Klik. Nasha segera mematikan sambungan ponselnya, lalu menghubungi p
BAB 26KEDATANGAN AIRIN “Ma, ditanya kok malah bengong! Mas Aldi tanya tuh!” ujar Nasha.Winda menghembuskan nafas kasar.“Kamu tahu siapa wanita itu?” ujar Winda balik bertanya. Nasha pun otomatis menggeleng.“Dia mantan istri Papa kamu!” ujar Winda.“Apa? Jadi, Sekar itu anak kandung Papa?” tanya Nasha tak percaya.Winda mengangguk lemah. “Ini gak bisa dibiarin, Ma! Kenapa mereka harus muncul di saat seperti ini sih!” ujar Nasha panik.“Benar, Sha! Kita harus segera bertindak! Mama tidak mau kita jadi gembel!” sahut Winda.“Sebentar! Ini sebenarnya ada apa? Sekar anak kandung Papa. Trus, hubungannya sama menjadi gembel apa?” tanya Aldi tak mengerti.“Gini, Mas! Dia itu kan anak kandung Papa. Sementara aku hanya anak tiri. Kami takut, dia akan menuntut haknya dan meminta warisan Papa!” Nasha memberi penjelasan.“Benar yang dikatakan Nasha. Dia itu kan wanita matre. Dia pasti akan mengungkit warisan dari Papa,” sahut Winda.“Lalu, apa yang akan kita lakukan?” tanya Aldi.“Kita harus
BAB 27SURAT PANGGILAN“Maaf, Pak, sudah mengganggu,” ujar Sekar, lalu hendak meninggalkan ruangan Vano.“Gangguin orang pacaran saja!” gerutu Airin.“Sekar, tunggu!” ujar Vano sambil berusaha menyingkirkan Airin.“Ada apa?” tanya Vano gugup.“Itu, Pak! Ada tamu! Katanya, beliau utusan dari PT Angkasa Raya,” ujar Sekar.“Baik, suruh tunggu sebentar!” sahut Vano.“Pergilah! Aku banyak pekerjaan!” ujar Vano kepada Airin.“Baiklah, Sayang! Aku balik dulu! Bye!” ujar Airin. Usai mencium pipi Vano, Airin segera melangkah meninggalkan ruangan Vano. Saat tiba di depan meja Sekar, Airin berhenti sejenak.“Kalau aku ada di ruangan Vano, jangan masuk sembarangan! Gangguin orang pacaran saja! Ngerti, kamu?” ujar Airin galak kepada Sekar.“Iya, Nona. Saya mengerti, maaf!” sahut Sekar. "Satu lagi, jangan coba-coba kamu dekati Vano! Dia milikku!" ujar Airin lagi.Usai memberi peringatan kepada Sekar, Airin segera melangkah meninggalkan kantor Vano. Sebagai awalan, ini sudah cukup, pikir Airin. Un