مشاركة

Bab 6

مؤلف: Finella Zakaria
Nayla yang diliputi emosi, digoda olehnya hingga wajahnya memerah. Dia menggigit bibir dalamnya. Setelah itu berjinjit untuk mencium pipi Simon.

"Sudah?"

Setelah satu ciuman, dia ingin pergi.

Pupil mata Simon perlahan melebar, bagian bawah matanya mencair seperti es.

Dia mengulurkan tangan dengan cepat untuk menarik Nayla ke dalam pelukannya. Tangan besarnya menahan bagian belakang kepala Nayla, lalu menunduk. Napasnya yang hangat dan lembap serta memikat berembus di pipi Nayla. "Mana bisa satu ciuman saja cukup?"

Setelah itu, Simon menundukkan kepalanya lebih rendah. Bibirnya yang tipis hampir menempel dengan bibir Nayla yang merah muda dan berkilau, napas keduanya bercampur.

Tatapan Simon sangat panas, seperti binatang buas yang mengincar mangsa untuk waktu yang lama.

Nayla menahan napas.

Pipi Nayla terasa panas, jantungnya terasa seperti akan melompat keluar dari dada. Saat dia hampir mati lemas, Simon akhirnya melepaskannya.

Jantung Nayla berdetak kencang. Dia menatap Simon dengan mata berkabut, seperti anak kucing yang baru saja diintimidasi.

Nayla pun bertanya dengan lemah, "Jadi, kamu sudah setuju?"

Mata Simon terlihat menahan diri, sudut bibirnya sedikit terangkat. "Permintaan istriku tentu saja akan aku penuhi."

Setelah mendengar jawaban Simon, Nayla mengalihkan pandangan dan buru-buru melarikan diri.

Barusan, Nayla merasa ada panas yang asing di tubuh, seolah-olah ada reaksi...

Simon melihatnya melarikan diri, lalu tertawa. Matanya menjadi makin gelap.

Gadis ini, biasanya seperti anak kucing liar yang ketakutan, tetapi di dalam dirinya adalah domba kecil yang mudah diintimidasi.

Penampilan luar hanyalah cara dia melindungi diri.

...

Dua hari kemudian, Nayla membawa Simon kembali ke Keluarga Tanu.

"Kakek."

Nayla mengenakan gaun berwarna terang. Dia berdiri dengan patuh di depan Pak Dio dengan kedua kaki rapat sambil memperkenalkan, "Ini Simon yang aku sebutkan padamu."

Pak Dio melihat Simon yang ada di sampingnya, tersenyum puas dan mengangguk. "Bagus, bagus."

Simon tampak tampan, terhormat, dan sopan. "Kakek, ini sedikit hadiah untuk pertemuan pertama."

Ben membawa hadiah-hadiah itu satu per satu, meletakkannya di meja panjang, lalu keluar.

Meja itu segera dipenuhi dengan suplemen mahal dan minuman beralkohol terkenal.

Jelas, dia sangat memikirkan pilihan hadiahnya.

Pak Dio yang mengenakan pakaian tradisional berwarna merah tua, tertawa lepas. "Kamu dan Nayla sudah menikah, sudah jadi keluarga sekarang, nggak perlu terlalu formal."

"Itu sudah seharusnya. Tata krama nggak boleh kurang." Saat berbicara, Simon menunjukkan kesopanannya.

Hanya dengan satu pandangan, Pak Dio tahu bahwa Nayla telah memilih orang yang tepat kali ini.

Saat itu, ayah Nayla, Yono Tanu, sakit parah. Khawatir Nayla tidak ada yang menjaga di masa depan, ayahnya menitipkannya pada teman lamanya dan juga mitra bisnisnya, Geri Jatmiko, bahkan berniat untuk menjodohkan.

Tahun itu, Nayla berusia 18 tahun dan baru saja berpacaran dengan Hans.

Sebelum meninggal, Yono memintanya untuk terus bersama dengan Hans.

Hans bahkan berjanji di depan Yono bahwa dia akan menyayangi Nayla seumur hidup.

Tak disangka, kedua keluarga tetap menikah.

Namun, pasangan itu berubah dari adik menjadi kakaknya, Simon.

Pak Dio menyuruh, "Nayla. pergi ke kuil leluhur, bakar dupa untuk Nenek dan orang tuamu. Kakek akan mengobrol dengan Simon."

Nayla memandang Simon dengan khawatir, dia tidak segera menjawab.

Kakek biasanya suka mempersulit orang.

Hans sering kali dibuat susah olehnya. Hans tidak cuma takut pada Kakek, tetapi juga menolaknya.

Setelah beberapa hari berinteraksi dengan Simon, meskipun terkadang dia sinis, dia adalah orang yang teliti dan pilihan suami yang baik.

Apalagi ini adalah pernikahan kilat, Nayla tidak ingin merepotkannya.

Pak Dio yang melihat sikap Nayla pun mengejek, "Kamu ini, kamu takut aku akan mempersulit suamimu?"

Wajah Nayla langsung merona.

Simon tertawa pelan. Dia menoleh dan berkata kepada Nayla, "Nggak apa-apa, aku akan mengobrol dengan Kakek. Pergi saja."

Nayla baru mengangguk, lalu pergi ke kuil leluhur untuk membakar dupa, memberi penghormatan.

Setelah menancapkan dupa, Nayla mengambil saputangan bersih untuk menyeka papan nama ibunya.

Sejak kecil, Nayla selalu dimanjakan oleh keluarganya.

Ibunya selalu mengelus kepalanya dengan lembut dan berkata penuh kasih, "Nayla adalah permata keluarga kita. Kamu harus hidup bahagia dan tanpa beban..."

"Dia layak mendapatkan semua hal terbaik di dunia, dia harta berharga keluarga kita."

Ya...

Nayla adalah harta berharga keluarga, tapi Hans selalu membuatnya sedih. Dia tidak suka dan jijik dengannya.

Nayla merasa dirinya sangat tidak berbakti.

Kalau mereka melihatnya begitu rendah di depan Hans, bak anak anjing yang mengemis, mereka pasti akan sangat sedih.

Nayla tidak bisa menahan matanya yang memerah karena teringat hal ini. Air mata menetes di papan nama. "Ibu, aku nggak berguna..."

Nayla sangat sedih. Dia memeluk papan nama itu sambil berjongkok. Dia menangis seperti anak kecil.

Karena tidak kunjung melihat Nayla kembali, Simon meminta pelayan untuk membawanya mencari Nayla, dia kebetulan melihat adegan ini.

Mendengar tangisan Nayla yang begitu sedih, jantung Simon terasa sakit. Dia bergegas membantu Nayla berdiri, lalu memeluk Nayla dengan erat.

"Nayla, jangan menangis, jangan sedih."

Simon mengira Nayla sangat merindukan mereka, jadi dia membujuk Nayla dengan penuh kasih, "Mulai sekarang, aku akan menjagamu dengan baik, dan menyayangimu sebagai pengganti mereka, oke?"

Nayla menangis lebih kencang setelah mendengarnya.

Simon mengembalikan papan nama itu ke tempatnya, lalu memeluk Nayla lebih erat, merasa seperti ada kekosongan di hatinya.

Sampai Nayla lelah menangis, seluruh tubuhnya bersandar pada Simon dengan lemah. Simon membungkuk dan membawanya keluar dari kuil, lalu meninggalkan Keluarga Tanu.

Sebelum pergi, Simon secara khusus menyuruh pelayan untuk menyembunyikan kejadian tadi, agar Pak Dio tidak khawatir.

Di dalam mobil, Nayla akhirnya tenang.

Hidung dan mata Nayla merah karena menangis, dan suaranya masih bergetar. "Simon, terima kasih."

Simon duduk di sisi kiri Nayla, matanya menatap Nayla dengan lembut. "Kalau kamu benaran ingin berterima kasih, berbahagialah."

"Kebahagiaan, itu yang paling penting."

Mendengar perkataan itu, Nayla seolah terbangun dari mimpi.

Dulu, Hans berkata pada Nayla, "Nayla, nggak ada yang bisa memanjakanmu selamanya. Kamu harus belajar mengalah dan bersabar. Kalau nggak, cepat atau lambat kita akan putus."

Nayla mengangguk lega. Tiba-tiba dia menyadari bahwa Simon yang dulu ditakutinya, jauh lebih baik daripada Hans.

...

Setelah kembali ke vila, Nayla mandi lebih dulu.

Saat Simon sedang mandi di kamar mandi, ponsel Nayla berdering. Ada panggilan dari nomor tidak dikenal dalam kota.

Tanpa pikir panjang, dia menggeser layar untuk menjawab. Suara Hans yang marah terdengar. "Nayla, sudah selesai ributmu?"

"Telepon diblokir, WA diblokir, bahkan kamu nggak pulang. Kamu sebenarnya maunya apa?"

Setelah beberapa hari tidak berhubungan, begitu berkomunikasi lagi, Nayla sangat membenci suaranya. "Jangan lupa, kita sudah putus."

"Mau aku pulang atau nggak, apa hubungannya denganmu?"

Hans tertegun sejenak. Dulu, perang dingin tidak pernah lebih dari beberapa jam. Asalkan Hans sedikit membujuk Nayla, semuanya akan baik-baik saja.

Sikap Nayla kali ini membuat Hans sedikit tidak tenang. Dia melunakkan suaranya. "Baiklah, aku akui nggak datang buat daftarkan pernikahan memang aku agak berlebihan."

"Aku minta maaf padamu. Berhenti buat masalah, oke?"

"Kamu nggak paham bahasaku? Kita sudah putus, jangan hubungi aku lagi," ucap Nayla dengan nada dingin.

"Nayla, jangan keterlaluan!" bentak Hans.

Nayla terlalu malas untuk menggubris Hans, jadi dia ingin menutup telepon.

Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.

Nayla mendengar suara itu dan menoleh.

Dia melihat Simon keluar cuma dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya, dengan otot perut yang indah, membuatnya langsung lupa untuk menutup telepon.

"Telepon dari siapa?" Simon mendekat, alisnya terangkat dingin, lalu dia melirik layar ponselnya sambil pura-pura bertanya.

Mata Nayla terpaku pada otot dada Simon yang tegas, dia tidak bisa langsung bereaksi.

Sebaliknya, Hans di seberang telepon mendengar suara pria itu, otaknya langsung meledak. Dia berteriak pada Nayla, "Nayla, apa ada pria di sisimu? Siapa dia?!"

Simon mengambil ponsel dari tangan Nayla, kilatan cahaya dingin muncul di matanya. "Jangan buru-buru, kamu bakal segera tahu siapa aku."
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 100

    Yuna terkejut, dia gemetar ketakutan di bawah tatapan mata Simon.Mungkinkah Simon sudah tahu sesuatu?Tidak, tidak mungkin.Yuna dengan cepat menenangkan dirinya dan terus berbicara dengan marah, "Simon, aku tahu kamu punya kemampuan dan seluruh Keluarga Jatmiko sudah diserahkan ke tanganmu. Meski Hans salah, apa pantas kamu melukainya begitu parah? Kamu nggak peduli sama sekali sama hubungan persaudaraan!"Perkataan Yuna penuh dengan tuduhan.Ucapan Simon barusan membuat tiga orang lainnya tercengang.Hans menggeram marah, "Kak Simon, gimanapun juga, aku dan Nayla sudah tunangan. Meski caraku salah, cepat atau lambat dia bakal jadi istriku. Aku cuma lakukan hal-hal yang dilakukan pasangan suami istri lebih awal."Karin berkata seolah hal itu wajar, "Benar, Kak Simon. Kak Hans dan Kak Nayla memang pacaran. Kak Nayla juga cinta banget sama Kak Hans. Mungkin setelah semua ini selesai, dia nggak akan marah lagi.""Sudah selesai bicaranya?"Wajah Simon selalu terlihat serius. Tatapannya d

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 99

    "Cuma 6 tahun lebih tua dariku, jangan ngomong kayak kakek-kakek."Ngomong-ngomong, gaya hidup Simon memang terkesan tua. Selama hampir 29 tahun, dia tidak pernah punya skandal atau gosip dan tidak pernah pergi ke tempat-tempat hiburan.Orang-orang di kalangan mereka tahu kalau Simon sangat menjaga diri. Hidupnya teratur dan begitu menghargai diri sendiri, sehingga orang-orang mengira dia menjaga kesuciannya untuk seseorang."Cukup kalau aku lebih tua darimu." Simon tersenyum. "Lagian, kamu terlalu kurus, bisa terbang kalau kena angin. Badan kayak anak kecil.""Mana ada, aku tumbuh dengan baik, kok." Nayla protes sambil membusungkan dadanya. "Kalau nggak percaya, lihat saja..."Tunggu.Kenapa Nayla buru-buru menunjukkannya pada Simon?Nayla sangat malu, dia berbalik dan hendak pergi.Namun, Simon tidak mengizinkan. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Nayla, dan menariknya ke dalam pelukannya. "Lihat apa?"Napas hangat Simon mengenai wajah Nayla, membuat wajah Nayla terasa sangat pan

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 98

    Nayla sepertinya mengalami trauma dan terjerat dalam mimpi buruk. Wajahnya tampak sangat kesakitan, tubuhnya bergetar pelan, rapuh hingga membuat orang ikut merasa pedih.Simon buru-buru memeluknya, mencium berulang kali keningnya. "Aku ada di sini, jangan takut, sudah nggak apa-apa."Sorot matanya suram penuh kendali, pelukannya di tubuh Nayla menguat.Dia menenangkan Nayla berulang kali, seperti sedang membujuk anak kecil.Nayla seolah berhasil bersembunyi dari cuaca beku ke dalam perapian hangat, emosinya perlahan terhibur, lalu tenang dalam pelukan Simon.Tubuh mungilnya meringkuk dalam pelukan, tipis dan lembut. Tangannya menggenggam baju di dada Simon, menghirup aromanya, lalu kembali tertidur lelap.Hati Simon seakan mencair, pelukannya pada tubuh Nayla makin kencang. Wajahnya menunduk, kembali mencium kening Nayla berkali-kali......Nayla tidur sampai siang baru terbangun.Jelas kemarin tubuhnya sangat lemah, hampir sepanjang hari dia tidur.Saat bangun dan membersihkan diri,

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 97

    Syukurlah, syukurlah ada Simon."Kamu melakukan hal yang benar," kata Simon sambil menyeka air mata Nayla. Matanya yang gelap menatapnya. "Di masa depan, kalau ada sesuatu yang membuatmu nggak nyaman, bisa tanyakan padaku, atau bicarakan denganku."Nayla melihat kepedulian juga kelembutan yang tidak dia kenal juga sering dia lihat belakangan ini dari seorang Simon, hatinya dipenuhi kehangatan.Terutama saat dia melihat wajah Simon yang tampan tiada tanding, jantungnya berdetak kencang.Kali ini, perasaannya lebih kuat dari sebelumnya.Sepertinya, dia mulai jatuh cinta.Namun, Nayla tidak yakin, apakah jatuh cinta memang seperti ini.Saat melihat Nayla yang murung, Simon mengira Nayla masih ketakutan karena kejadian tadi sore, dia jadi tidak tega memaksanya."Lapar? Mau makan apa? Aku buatin.""Apa saja boleh.""Oke, bangunlah buat cuci muka. Makanan akan siap sebentar lagi." Simon menepuk bahu Nayla dengan lembut. Melihat Nayla mengangguk, dia pun keluar dari kamar.Setengah jam kemudi

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 96

    Hingga saat ini, Simon hanya pernah menyesali dua hal.Salah satunya terjadi lima tahun lalu.Yang lainnya adalah sekarang. Dia seharusnya tidak membiarkan Nayla bersikeras menunggu sampai urusan pembatalan pertunangan selesai untuk diumumkan.Seandainya sejak awal dia umumkan pernikahan mereka, siapa yang berani banyak bicara?Mario terkejut sejenak, "Kalian sudah nikah?"Simon mengangkat sedikit kelopak mata, lalu dengan datar bertanya, "Aneh banget, ya?"Tentu saja aneh.Soalnya Nayla dulu pacarnya Hans! Dalam pandangan Mario, Simon selalu bertindak terukur dan bukan orang yang bertindak sembarangan.Artinya, Simon terhadap Nayla...Gila, ini berita besar!Mario seperti menemukan rahasia besar. Ternyata Simon bukan sekadar perjaka tua sedang kasmaran.Melainkan benih perasaan yang sudah tertanam sejak lama, rencana yang matang.Sebelum pergi, Mario dengan puas berpesan agar Simon lebih memperhatikan kondisi mental Nayla.Menjelang pukul sepuluh malam, Nayla perlahan terbangun.Dia d

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 95

    Hans tidak pedulikan hal ini, kemudian berdalih, "Aku suka dia, aku nggak mau batalin tunangan, Ibu juga bilang nggak boleh batal.""Dia mau batalin tunangan, berarti bisa batalin."Aura Simon sangat dingin. Matanya yang tajam menatap Hans, "Kamu punya dua pilihan. Pertama, batalin tunangan baik-baik. Kedua, aku bunuh kamu."Setelah itu, dia tiba-tiba menangkap salah satu jari Hans dan menekuknya ke belakang dengan kuat.Krak!Hans berteriak bak hewan disembelih.Jarinya patah.Hans kesakitan sampai berkeringat dingin. Dia bertanya kenapa Simon begitu kejam padanya, "Kamu mau bunuh aku? Aku ini adik kandungmu!"Mata Simon gelap dan suram. Dia tidak punya waktu untuk berdebat, "Pilih!"Hans merasakan niat membunuh dari Simon, dia pun langsung ketakutan.Dia tahu, Simon lebih marah dari sebelumnya. Dia merasa Simon bisa membunuhnya kapan saja karena Nayla adalah orang yang sangat penting bagi Simon."Batalin tunangan! Aku pilih batalin tunangan!" Hans tidak peduli dengan hal lain. Dia ha

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status