مشاركة

Bab 5

مؤلف: Finella Zakaria
Ucapan Nayla membuat Pak Dio tidak percaya. Setelah memastikan lagi dan lagi, dia tertawa lebih lepas dari sebelumnya.

"Bagus, bagus sudah nikah. Kapan-kapan kamu bawa dia ke sini untuk makan malam bersama Kakek ya."

Nayla dengan patuh menjawab, "Baik, Kakek."

Setelah menutup telepon, pintu kamar tidur terbuka.

Simon memasuki kamar, melangkah lebar dengan kakinya yang panjang menghampirinya.

Sikapnya terhormat dan anggun, dengan alis yang tajam dan mata yang berkilau seperti bintang, dia terlihat sangat tampan.

Napas Nayla tercekat, dia mendongak menatap Simon. "Kamu sudah pulang?"

Simon berdeham, suaranya serak. "Sebagai pengantin baru, aku kembali untuk menemanimu makan."

Hati Nayla tiba-tiba merasa hangat. "Makasih."

Dulu saat pacaran dengan Hans, dia bisa membuat Nayla menunggu sia-sia selama berjam-jam di restoran.

Baru belakangan Nayla tahu kalau Hans dipanggil oleh Karin.

Karin bersin saja, Hans akan dengan cemas membawanya ke rumah sakit.

Nayla selalu menjadi orang yang ditinggalkannya.

Dia marah, tapi Hans malah menganggapnya berlebihan dan rewel.

Nayla menarik kembali pikirannya.

Dia menutup laptop, lalu meletakkannya di ambang jendela, dan berdiri sambil tersenyum tipis padanya. "Tapi kamu nggak perlu repot-repot pulang buat menemaniku, nggak apa-apa."

Pernikahan kilat ini memang berdasarkan kebutuhan masing-masing.

"Menemanimu sudah hal yang seharusnya."

Simon menatap Nayla, lalu berkata dengan lembut, "Aku sudah bilang, aku inginkan pernikahan di mana kita bisa hidup dan tidur bareng."

Hati Nayla dipenuhi kehangatan, tapi dia malah tidak terlalu memikirkannya.

Dia tahu bahwa Simon memang dewasa dan tenang, Simon tidak bersikap istimewa padanya. Jadi, dia mengangguk. "Oke, aku cuci tangan dulu, lalu menemanimu turun untuk makan."

Nayla berjalan menuju kamar mandi.

Simon mengawasinya, menatap punggungnya, tatapan matanya menjadi makin dalam.

...

Di ruang makan lantai satu, mereka duduk berhadapan di meja persegi, cahaya lembut menerangi mereka.

Pria tampan dan wanita cantik, itu adalah pemandangan yang sangat hangat.

Ada beberapa hidangan di meja makan, semuanya adalah makanan favorit Nayla.

Tidak disangka, selera mereka sama.

Nayla duduk tegak, makan dengan tenang.

Tiba-tiba...

Simon mengambil sepotong iga goreng dan meletakkannya di mangkuk Nayla. "Makanan favoritmu, makan yang banyak."

Nayla mengangkat kepala dengan bingung. "Gimana kamu tahu aku suka makan ini?"

"Kalau ingin tahu, bukan hal sulit."

Simon menatap Nayla dengan mata yang dalam, suaranya pelan dan seolah wajar. "Kita ini suami istri, aku akan berusaha untuk lebih mengenalmu."

Ucapan ini sukses membuat hidung Nayla terasa perih.

Jadi, kalau benaran ingin mengenal seseorang, ada banyak cara.

Hingga kini, Hans belum pernah mengingat apa yang Nayla suka makan dan minum.

Nayla alergi mangga.

Namun, Hans memesankan Nayla segelas manisan mangga.

Itu minuman favorit Karin.

"Simon..." Suara Nayla menjadi serak. Simon menjawab dengan lembut, "Aku di sini."

Nayla menatapnya lekat-lekat sejenak, lalu memberanikan diri bertanya. "Kamu nggak benci aku? Kenapa tiba-tiba kamu begitu baik padaku?"

Membenci?

Ternyata Nayla berpikir begitu.

Intensitas di mata Simon perlahan menghilang, dia mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum misterius. "Suami bersikap baik pada istrinya, bukannya itu wajar?"

Nayla tidak mendapat jawaban, jadi dia memutuskan untuk berhenti bertanya. Namun, dia mendengar Simon berkata dengan tajam, "Lagian, kamu yang dulu terlalu bodoh, buat orang sebal."

Nayla hanya diam.

Seharusnya Nayla tidak bertanya.

Setelah itu, mereka menyelesaikan makan malam dengan tenang, tidak ada yang berbicara lagi.

Setelah selesai makan, Simon kembali ke ruang kerja.

Malam harinya, Nayla membawa cangkir termos berisi teh yang dibuat oleh Bibi Dila, lalu dia mengetuk pintu ruang kerja.

Mengenai urusan pulang menemui Kakek, dia ingin meminta pendapat Simon.

"Masuk." Suara Simon yang dalam terdengar dari dalam.

Nayla mendorong pintu, masuk, lalu meletakkan teh panas di sisi kanan meja kerjanya. "Minum tehnya."

"Baik."

Simon menyesapnya, lalu tiba-tiba mengangkat kelopak matanya. Sebuah senyuman menggoda muncul di matanya. "Teh murbei putih dan gugija. Apa Nyonya Simon kasih isyarat?"

Wajah Nayla merona, dia teringat masalah tidak bisa menghamili, dan buru-buru menjelaskan, "Bukan, ini dibuatkan Bibi Dila."

Begitu menjawab, dia menyesal lagi.

'Apa aku terlalu mengerti hal ini?'

Simon melihat rona merah di wajah Nayla, seperti kelinci kecil yang mudah terkejut, begitu menggemaskan sehingga Simon tidak tega untuk terus menggodanya.

Dia seolah berbelas kasih, tidak lagi melanjutkan topik itu.

Simon tiba-tiba berdiri. Tubuhnya yang tinggi menjulang di depan Nayla, lalu dia memberi Nayla sebuah kotak beludru hitam.

"Untukmu."

"Ini?" Nayla bertanya dengan bingung, dia menerima kotak itu dan membukanya.

Nayla terkejut begitu melihat cincin pasangan di dalam kotak.

Suara Simon yang rendah dan magnetis terdengar, "Kemarin kita buru-buru daftarkan nikah, ini cincin lamaran pengganti."

"Kamu suka?"

Dia bertanya lagi dengan tatapan yang terlalu fokus.

Napas Nayla menjadi cepat. Meski ini pernikahan kilat, dia tidak bisa menahan perasaan diperhatikan seperti ini.

Dia mengangguk dengan kuat. "Suka."

Simon menarik tangan Nayla, mengeluarkan cincin berlian wanita dan memakainya di jari manis Nayla. Ucapannya sedikit dominan. "Pakai ini mulai sekarang."

Nayla menundukkan kepalanya. Dari dekat wajah Simon terlihat lebih tegas dan dalam. Nayla tanpa sadar menahan napas, jantungnya berdetak kencang.

Simon tidak mendengar jawaban Nayla untuk waktu yang lama, dia kira Nayla menolak, membuat matanya menjadi sedikit suram. "Nggak mau?"

Nayla dengan cepat menggelengkan kepala. "Bukan, aku mau."

Wajah Simon kembali rileks. Dia mengulurkan tangan kirinya, jari-jarinya panjang dan setiap buku jarinya terlihat jelas. "Kalau gitu, Nyonya Simon, tolong pakaikan cincinnya padaku."

Nayla merasa itu hal yang wajar. Dia dengan patuh mengambil cincin pria dan memasangkannya dengan lembut di tangannya.

Jari-jari Simon lembut dan halus. Sentuhan kulit jari Simon ke kulitnya membuat suasana menjadi intim.

Simon tiba-tiba melingkarkan tangannya di pinggang ramping Nayla, lalu menarik Nayla ke dalam pelukannya. Dia menundukkan kepalanya untuk menatap Nayla. "Sekarang, bukannya kita harus melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan pasangan suami istri?"

Ucapan Simon membuat jantung Nayla berdetak lebih cepat. Pikirannya kosong sesaat.

Setelah beberapa saat, dia baru bisa menemukan suaranya. "A-apa?"

Simon mengangkat tangan, ibu jarinya mengusap pipi Nayla yang lembut. Matanya bergelora panas. "Nyonya Simon, jangan-jangan kamu belum pernah coba hubungan intim?"

Dia menunduk untuk mencium Nayla. Namun, Nayla terlalu gugup hingga tubuhnya sedikit gemetar. Nayla secara naluriah mencondongkan wajah ke belakang.

Api di mata Simon perlahan mereda karena penolakan Nayla, kemudian melepaskan Nayla. "Nggak apa-apa, aku bakal kasih kamu waktu."

Nayla tertegun.

Apa maksudnya, Simon tidak akan menyentuh Nayla tanpa persetujuan Nayla?

Entah kenapa, Nayla merasa Simon yang dulu terlihat dingin dan tidak mudah didekati, sekarang malah memiliki kelembutan yang tidak bisa dijelaskan.

Nayla tidak bisa memahami kenapa. Dia merasa menyesal atas kejadian barusan, lalu menunduk. "Maaf, aku belum siap."

Sudut bibir Simon sedikit terangkat. Dia mengusap kepala Nayla dengan lembut. "Untuk hal sekecil ini juga minta maaf?"

"Aku sudah bilang akan kasih kamu waktu, tapi jangan biarkan aku menunggu terlalu lama."

Seketika, Nayla merasa dimanjakan. Ini adalah hal yang tidak pernah Nayla rasakan saat bersama Hans.

Setelah beberapa saat, Nayla mengangguk patuh dan berkata, "Baik". Tiba-tiba, Nayla teringat hal penting. "Oh ya, kakekku ingin bertemu denganmu, kamu bisa menemaniku pulang untuk bertemu dengannya?"

"Bisa, tapi..."

Mata Simon yang dalam, mencondongkan tubuh ke telinga Nayla, suaranya magnetis dan memesona. "Nyonya Simon, bisa cium dulu?"
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 100

    Yuna terkejut, dia gemetar ketakutan di bawah tatapan mata Simon.Mungkinkah Simon sudah tahu sesuatu?Tidak, tidak mungkin.Yuna dengan cepat menenangkan dirinya dan terus berbicara dengan marah, "Simon, aku tahu kamu punya kemampuan dan seluruh Keluarga Jatmiko sudah diserahkan ke tanganmu. Meski Hans salah, apa pantas kamu melukainya begitu parah? Kamu nggak peduli sama sekali sama hubungan persaudaraan!"Perkataan Yuna penuh dengan tuduhan.Ucapan Simon barusan membuat tiga orang lainnya tercengang.Hans menggeram marah, "Kak Simon, gimanapun juga, aku dan Nayla sudah tunangan. Meski caraku salah, cepat atau lambat dia bakal jadi istriku. Aku cuma lakukan hal-hal yang dilakukan pasangan suami istri lebih awal."Karin berkata seolah hal itu wajar, "Benar, Kak Simon. Kak Hans dan Kak Nayla memang pacaran. Kak Nayla juga cinta banget sama Kak Hans. Mungkin setelah semua ini selesai, dia nggak akan marah lagi.""Sudah selesai bicaranya?"Wajah Simon selalu terlihat serius. Tatapannya d

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 99

    "Cuma 6 tahun lebih tua dariku, jangan ngomong kayak kakek-kakek."Ngomong-ngomong, gaya hidup Simon memang terkesan tua. Selama hampir 29 tahun, dia tidak pernah punya skandal atau gosip dan tidak pernah pergi ke tempat-tempat hiburan.Orang-orang di kalangan mereka tahu kalau Simon sangat menjaga diri. Hidupnya teratur dan begitu menghargai diri sendiri, sehingga orang-orang mengira dia menjaga kesuciannya untuk seseorang."Cukup kalau aku lebih tua darimu." Simon tersenyum. "Lagian, kamu terlalu kurus, bisa terbang kalau kena angin. Badan kayak anak kecil.""Mana ada, aku tumbuh dengan baik, kok." Nayla protes sambil membusungkan dadanya. "Kalau nggak percaya, lihat saja..."Tunggu.Kenapa Nayla buru-buru menunjukkannya pada Simon?Nayla sangat malu, dia berbalik dan hendak pergi.Namun, Simon tidak mengizinkan. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Nayla, dan menariknya ke dalam pelukannya. "Lihat apa?"Napas hangat Simon mengenai wajah Nayla, membuat wajah Nayla terasa sangat pan

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 98

    Nayla sepertinya mengalami trauma dan terjerat dalam mimpi buruk. Wajahnya tampak sangat kesakitan, tubuhnya bergetar pelan, rapuh hingga membuat orang ikut merasa pedih.Simon buru-buru memeluknya, mencium berulang kali keningnya. "Aku ada di sini, jangan takut, sudah nggak apa-apa."Sorot matanya suram penuh kendali, pelukannya di tubuh Nayla menguat.Dia menenangkan Nayla berulang kali, seperti sedang membujuk anak kecil.Nayla seolah berhasil bersembunyi dari cuaca beku ke dalam perapian hangat, emosinya perlahan terhibur, lalu tenang dalam pelukan Simon.Tubuh mungilnya meringkuk dalam pelukan, tipis dan lembut. Tangannya menggenggam baju di dada Simon, menghirup aromanya, lalu kembali tertidur lelap.Hati Simon seakan mencair, pelukannya pada tubuh Nayla makin kencang. Wajahnya menunduk, kembali mencium kening Nayla berkali-kali......Nayla tidur sampai siang baru terbangun.Jelas kemarin tubuhnya sangat lemah, hampir sepanjang hari dia tidur.Saat bangun dan membersihkan diri,

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 97

    Syukurlah, syukurlah ada Simon."Kamu melakukan hal yang benar," kata Simon sambil menyeka air mata Nayla. Matanya yang gelap menatapnya. "Di masa depan, kalau ada sesuatu yang membuatmu nggak nyaman, bisa tanyakan padaku, atau bicarakan denganku."Nayla melihat kepedulian juga kelembutan yang tidak dia kenal juga sering dia lihat belakangan ini dari seorang Simon, hatinya dipenuhi kehangatan.Terutama saat dia melihat wajah Simon yang tampan tiada tanding, jantungnya berdetak kencang.Kali ini, perasaannya lebih kuat dari sebelumnya.Sepertinya, dia mulai jatuh cinta.Namun, Nayla tidak yakin, apakah jatuh cinta memang seperti ini.Saat melihat Nayla yang murung, Simon mengira Nayla masih ketakutan karena kejadian tadi sore, dia jadi tidak tega memaksanya."Lapar? Mau makan apa? Aku buatin.""Apa saja boleh.""Oke, bangunlah buat cuci muka. Makanan akan siap sebentar lagi." Simon menepuk bahu Nayla dengan lembut. Melihat Nayla mengangguk, dia pun keluar dari kamar.Setengah jam kemudi

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 96

    Hingga saat ini, Simon hanya pernah menyesali dua hal.Salah satunya terjadi lima tahun lalu.Yang lainnya adalah sekarang. Dia seharusnya tidak membiarkan Nayla bersikeras menunggu sampai urusan pembatalan pertunangan selesai untuk diumumkan.Seandainya sejak awal dia umumkan pernikahan mereka, siapa yang berani banyak bicara?Mario terkejut sejenak, "Kalian sudah nikah?"Simon mengangkat sedikit kelopak mata, lalu dengan datar bertanya, "Aneh banget, ya?"Tentu saja aneh.Soalnya Nayla dulu pacarnya Hans! Dalam pandangan Mario, Simon selalu bertindak terukur dan bukan orang yang bertindak sembarangan.Artinya, Simon terhadap Nayla...Gila, ini berita besar!Mario seperti menemukan rahasia besar. Ternyata Simon bukan sekadar perjaka tua sedang kasmaran.Melainkan benih perasaan yang sudah tertanam sejak lama, rencana yang matang.Sebelum pergi, Mario dengan puas berpesan agar Simon lebih memperhatikan kondisi mental Nayla.Menjelang pukul sepuluh malam, Nayla perlahan terbangun.Dia d

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 95

    Hans tidak pedulikan hal ini, kemudian berdalih, "Aku suka dia, aku nggak mau batalin tunangan, Ibu juga bilang nggak boleh batal.""Dia mau batalin tunangan, berarti bisa batalin."Aura Simon sangat dingin. Matanya yang tajam menatap Hans, "Kamu punya dua pilihan. Pertama, batalin tunangan baik-baik. Kedua, aku bunuh kamu."Setelah itu, dia tiba-tiba menangkap salah satu jari Hans dan menekuknya ke belakang dengan kuat.Krak!Hans berteriak bak hewan disembelih.Jarinya patah.Hans kesakitan sampai berkeringat dingin. Dia bertanya kenapa Simon begitu kejam padanya, "Kamu mau bunuh aku? Aku ini adik kandungmu!"Mata Simon gelap dan suram. Dia tidak punya waktu untuk berdebat, "Pilih!"Hans merasakan niat membunuh dari Simon, dia pun langsung ketakutan.Dia tahu, Simon lebih marah dari sebelumnya. Dia merasa Simon bisa membunuhnya kapan saja karena Nayla adalah orang yang sangat penting bagi Simon."Batalin tunangan! Aku pilih batalin tunangan!" Hans tidak peduli dengan hal lain. Dia ha

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status