Jakarta, Indonesia. 11 Maret 2021, 5:11 PM.Restoran mewah di kawasan Jakarta Barat memancarkan kemegehan, setiap sudut ruangan dihiasi oleh lukasan klasik dan patung-patung berwarna putih, ukiran peninggalan romawi kuno. Clara, tengah duduk menyilangkan kakinya, gaun pastel bermerek Louis Vuitton membalut tubuhnya, menikmati alunan musik klasik yang disuguhkan pihak restoran. Dalam sekejap, seorang perempuan dengan tubuh yang tinggi, rambut hitam yang terurai dan dari ujung kepala hingga kaki menggunakan merek Dior, muncul dihadapan Clara yang sedari tadi menunggunya."Claraa…” sapaan lembut itu menyapa telinga Clara, memecah lamunan seseorang yang sedang dilanda kesedihan. Tanpa menunggu lama, Clara melihat ke arah perempuan itu dengan wajah yang berseri-seri, dan dengan lincah berdiri untuk menyambut kedatangan sahabat lamanya. Ciuman lembut di pipi disertai dengan bisikan hangat, “Lama tak jumpa, Riana. Aku sangat merindukanmu.”Senyum yang tulus merekah di wajah Riana, “Aku juga m
Jakarta, Indonesia. 11 Maret 2021, 8:21 PM.Suasana malam di Jakarta terlihat bersahaja meski Clara baru saja menikmati makan malam di restoran mewah dan meminum kopi di kafe elit dengan Riana, sahabat lamanya. Udara segar malam mengiringi langkahnya keluar dari kafe, dan tak lama kemudian, Rolls Royce Ghost berwarna hitam yang elegan menanti di depan restoran.Clara memandang kendaraan mewahnya sejenak sebelum memasuki mobil. Pintu yang dioper oleh sopir pribadinya membuka akses ke interior yang mewah dan nyaman. Ketika Clara duduk di kursi belakang, aroma wangi mobil baru mengelilinginya. Seiring Rolls Royce melaju melalui jalanan yang terang benderang, Clara merenung, membiarkan pikirannya melayang.Malam itu terasa sepi dan memikirkan perjalanan pulang yang singkat memberikan Clara waktu untuk berpikir, "Apakah aku memiliki keberanian untuk menceraikannya?" gumamnya sendiri. Lampu-lampu kota membentuk jejak gemerlap di luar jendela, seolah menari mengiringi perasaannya yang tengah
Jakarta, Indonesia. 12 Maret 2021, 7:46 AM.Langkah-langkah lembut melintas di lorong rumah, memecah keheningan pagi. Samuel yang sudah rapih dengan setelan jasnya bersama dengan Luna dan Astutie duduk bersama di kursi makan, menunggu dengan sabar juru masak membuat hidangan, aroma sarapan menyelinap dari dapur."Itu masak sarapannya kok lama sekali yah, Ibu sudah lapar banget nih," celetuk Astutie, wanita paruh baya yang masih saja mengenakan setelan kebaya jawa.Namun, Samuel menanggapi celetukan calon Ibu mertuanya dengan senyuman, "Ibu.. Sabar dikit yaa, karena sarapan pagi di rumah ini selalu bervariasi dengan berbagai menu, jadi, yah pasti masaknya pun lama," jelasnya dengan lembut."Owalah, begitu yah, nak Samuel," balas Astutie."Oh iya, Ibu dan Luna jika ingin memakan sesuatu bisa pesan pada Yuni, dia bisa memasak apapun yang ingin dimakan," lanjut Samuel, memberikan penjelasan mengenai keadaan rumahnya yang seperti surga.Astutie nampak masih malu-malu untuk memberi perintah
Jakarta, Indonesia. 12 Maret 2021, 7:57 AM.Pagi itu, meja makan dipenuhi dengan aroma harum berbagai hidangan yang disajikan. Clara tengah menikmati setiap gigitan salad dipiring, tiba-tiba suaminya membeberkan sebuah kabar yang begitu menyayat hatinya. Kabar itu melayang di udara, menciptakan ketegangan yang langsung terasa di seluruh ruangan. Clara, yang sedang asyik mengunyah, tersedak dan batuk-batuk secara refleks. Segera, ia meraih segelas air putih dan meneguknya dalam-dalam, mencoba meredakan rasa sesak yang menyelinap ke dalam dadanya.Setelah itu, sorot mata Clara memandang tajam Samuel. Suaranya terdengar ketus saat ia membalas ucapan suaminya, "Apa kau sudah gila? Agama kita tidak membiarkan poligami dalam pernikahan, kau tahu itu bukan?"Samuel menjawab dengan tegas, "Tapi regulasi negara menyetujuinya, jadi, tidak masalah bukan?" Pria itu melontarkan argumen dinginnya, menciptakan pertarungan antara keyakinan agama dan keinginannya untuk menikahi Luna."Tapi, aku menolak
Jakarta, Indonesia. 12 Maret 2021, 10:15 AM.Rolls Royce Ghost hitam, terparkir dengan elegan di halaman Yayasan 'Kasih Kita', tempat yang menjadi perlindungan bagi anak-anak terlantar dan lansia yang tidak memiliki tempat tinggal. Hanum, seorang wanita paruh baya berbalut gamis dan jilbab, selaku pemilik Yayasan, duduk berhadapan dengan Clara di dalam ruang kantornya yang hangat."Akhirnya kita dapat bertemu hari ini, Bu" sambut Hanum dengan senyuman tulus."Maaf, kemarin saya mendapat urusan yang mendesak. Oh ya, saya sudah mentransfer donasi rutin bulanan" terang Clara sambil tersenyum ramah.Hanum mengangguk penuh rasa syukur, "Terima kasih banyak, Bu Clara. Tanpa bantuan Anda, Yayasan ini mungkin sudah terbengkalai sejak lama."Clara menggeleng sambil tersenyum rendah, "Ah, ini hanya kelanjutan dari tindakan ayah saya dahulu, sebagai donatur rutin Yayasan Kasih Kita""Buat saya, setiap bantuan dan dukungan sangat berarti" ujar Hanum menghela nafas lega.Namun, suasana hangat itu t
Jakarta, Indonesia. 12 Maret 2021, 1:49 PM.Saat matahari beranjak tinggi, Clara, tiba di lobi megah Plaza Indonesia dan disambut oleh ketiga sahabatnya. Siska memandang Clara dengan senyum hangat. "Bagaimana kabarmu, Clara?" tanyanya dengan keceriaan yang selalu melekat pada dirinya."Ohh. Aku baik-baik saja kok." jawab Clara, senyumnya ikut terpancar. "Kau sendiri bagaimana?" tambahnya, mencerminkan rasa ingin tahu yang tulus."Sama saja, aku juga baik-baik saja," jawab Siska sambil tersenyum. Suasana akrab dan kehangatan pun mulai merayapi ruangan, membawa kenangan-kenangan indah yang pernah mereka lewati saat mengenyam pendidikan di negeri paman sam beberapa tahun silam. Keempat perempuan itu bersahabat karena mereka merupakan mahasiswi yang berasal dari Indonesia, dan akhirnya menjalin hubungan persahabatan yang kini telah terpisah oleh kehidupan pribadi sejak lulus dari Stanford.Mey, yang selama ini terdiam, akhirnya turut berbicara. "Kalau kita berempat berkumpul begini rasanya
Jakarta, Indonesia. 12 Maret 2021, 6:13 PM.Dua orang tidak tahu malu itu, seakan menjadi pemeran utama dalam drama romantis yang sedang dipertontonkan oleh Clara dan ketiga sahabatnya. Riana, Mey dan Siska tak bisa menyembunyikan rasa bingung dan kejutan saat melihat Samuel dan Luna melangkah bersama dengan mesra menuju meja lain di restoran eksklusif itu.Clara merasa hatinya berdebar kencang, terbersit kekhawatiran dan tanda tanya besar mengitari pikirannya. Ia mencoba menyamarkan kegelisahan di wajahnya, tetapi ketiga sahabatnya tahu bahwa sesuatu yang tidak biasa sedang terjadi. Mey, dengan mata penuh tanya, menatap Clara, menciptakan keheningan yang terasa begitu berat.“Apakah semuanya baik-baik saja, Clara?” tanya Mey dengan nada khawatir. Clara hanya mampu mengangguk pelan, namun ekspresi wajahnya masih terlihat khawatir dan penuh pertanyaan."Tidak! Kau sedang berbohong pada kami, kan, Clara?" bentak Siska dengan nada kesal, "Apa yang terjadi dengan suamimu? Mengapa dia meran
Jakarta, Indonesia. 12 Maret 2021, 10:22 PM.Dalam hening malam yang diiringi oleh suara tangis yang terisak, Clara merasakan dadanya yang teramat sesak dan kepedihan yang mendalam. Bukan lantaran gamparan keras yang menyakiti pipinya, melainkan karena suaminya yang lebih memihak pada wanita lain. Terkurung dalam gelapnya kamar yang terkunci, Clara tak bisa menahan derasnya air mata. "Hiks... Apa maksudnya memihak pada wanita itu? Sungguh, dia begitu kejam..." erangnya, suara isakan pilu menciptakan goresan luka tak terlihat.Dengan tangan gemetaran, perempuan malang itu menekan sakelar lampu dan seketika kamar yang remang menjadi terang. Dengan langkah pelan, ia mendekati sebuah meja yang tertata indah dipojok kamar. Jemarinya meraih album foto dari laci, sebuah peti memori yang mengisahkan kisah cinta dimasa lampau. Gerakan lembut Clara membuka satu per satu halaman album itu, memperlihatkan potret dua insan yang dipenuhi tawa dan kebahagiaan. Air mata hangat jatuh, meresapi foto-fo