Home / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 122 Lewat Jalur Orang Dalam

Share

Bab 122 Lewat Jalur Orang Dalam

Author: Jovita Tantono
“Leo, berapa besar yang kamu habiskan sampai bisa bikin namamu ada di mana-mana kayak gini?”

George masuk ke ruangan dan langsung menyindir saat melihat Leo menatap layar ponsel.

Leo menekan layar dengan ujung jarinya, mematikan ponsel, lalu melirik santai. “Kalau kamu ada uang, bantuin turunin dikit, dong.”

“Dasar pamer! Nggak tahu malu!” George menunjuk Leo. “Belum pernah lihat orang setebal muka kamu!”

Leo memutar-mutar ponselnya di tangan. “Aku serius.”

George memicingkan mata, mencoba melihat apakah Leo sungguh-sungguh atau hanya bercanda. Tapi Leo kembali berkata dengan tenang, “Perintah istri.”

George pun terdiam

“Tapi ngomong-ngomong, gimana kabar ayahmu? Masih suka nyebut-nyebut namaku nggak?” Nada bicara Leo tiba-tiba berubah.

George refleks langsung bergeser di sofa, matanya memandang Leo dengan penuh waspada, seperti sedang menghadapi maling.

“Kamu lihat aku begitu kenapa? Aku kan bukan mau nyerang dia.” Leo menyilangkan kaki panjangnya, tapi gesturnya justru memunculkan au
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 133 Masih Pantas Punya Harapan?

    "Kak George!" panggil Chelsea Theoderick sambil berlari ke arahnya, mengenakan setelan olahraga putih yang memancarkan semangat muda.Usianya baru delapan belas tahun, masa-masa paling bersinar dalam hidup seorang gadis."Chelsea makin cantik ya," ujar George, seolah melupakan betapa tadi dia berusaha menjauh darinya. Begitu Chelsea mendekat, ekspresinya langsung berubah.Leo bahkan pernah memberi George julukan “harimau bermuka dua”, di depan Leo dia tidak ada artinya, tapi di luar sana, George cukup dikenal dengan sebutan ‘Kak George’.Pipi Chelsea merona merah muda khas gadis remaja, dan tatapannya pada George seperti dipenuhi gelembung merah muda berbentuk hati, perasaan anak muda yang tak bisa disembunyikan.Tatapan itu membuat George sedikit risih. Ia berdeham pelan. "Kamu nggak lihat Kak Leo kamu?""Kak Leo" sahut Chelsea manja. Ia memang gadis yang tumbuh besar dengan penuh kasih sayang, dan memanggil siapa pun dengan sebutan kakak terdengar begitu manis dari mulutnya.Leo hany

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 132 Barang Diskon dengan Gratis Ongkir

    "Si akun besar ini lagi agak senggang ya, kerjanya cuma ngopi dan makan barbeque doang belakangan ini."George ini memang dasar usil. Padahal Leo belum mengatakan apa-apa, dia sudah lebih dulu menyuruh orang mengirimkan semua foto. Sambil melihat satu per satu, ia tak lupa mengomentari sambil menyeringai ke arah Leo yang duduk santai di kursi malas.Karena gagal pergi ke kebun wisata Peach Blossom, akhirnya mereka memilih datang ke Desa Pir Blossom. Toh di musim semi, yang paling tidak kekurangan ya cahaya matahari yang indah.Leo menjulurkan kaki panjangnya, di batang hidungnya terpasang kacamata hitam, entah sedang tidur atau memang sedang memperhatikan sesuatu."Leo, coba deh lihat daging ini, matangnya pas banget. Lewat layar aja aromanya udah berasa," kata George sambil menyodorkan foto-foto yang baru dikirim.Leo menggeser sedikit kepalanya, sekadar melirik. Di foto itu, Brilliant sedang memanggang daging, sementara Adeline memegang tusuk sate di tangan, tampak begitu santai dan

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 131 Kali Ini Aku Membayarmu

    “Hachoo!”Adeline bersin.Brilliant melirik ke arahnya. “Kedinginan atau alergi serbuk sari?”“Ada yang lagi ngomelin aku,” jawab Adeline santai, duduk di bawah kanopi sambil menyesap air soda dingin. Pikirannya terus melayang pada foto di linimasa Facebook milik Valencia. “Membunuh orang itu melanggar hukum, tapi kalau menyiksa hewan gimana menurutmu?”Brilliant melirik daging di atas pemanggang yang tengah mendesis dan mengeluarkan aroma harum. “Belum pernah dengar makan daging itu melanggar hukum.”Dia tak menangkap maksud Adeline, dan Adeline pun tidak berniat menjelaskan. Ia hanya menambahkan, “Kok tega, ya?”“Udang punya takdirnya, ikan punya jalannya sendiri. Misi mereka memang untuk jadi makanan lezat.” Jelas sekali Brilliant tidak berada di frekuensi yang sama dengannya.Adeline menarik napas panjang, memaksa diri untuk menghapus gambar-gambar yang tak seharusnya ia pedulikan dari benaknya. Lalu ia beralih ke topik yang lebih ia pikirkan, “Soal kalung itu, gimana ceritanya?”“

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 130 Tumbang di Tangan Adeline

    Orang yang sejak tadi duduk di kursi belakang dengan mata terpejam, akhirnya membuka mata dengan malas. Ia melirik ke luar jendela, ke arah mobil yang begitu dikenalnya, lalu memutar cincin di jarinya.George dengan mata sipit khasnya dan senyum bercampur rasa ingin tahu, menoleh ke arah Leo. “Cantik banget. Makin dilihat, makin kelihatan cantik…”Entah dia sedang memuji mobil itu, atau wajah seseorang.Saat Leo memutar cincin di jarinya untuk ketiga kalinya, ia membuka suara, “Tempat ini ada makanan?”“Ini tempat paling hits di medsos, semua orang ke sini pasti...” Ucapan George terhenti di tengah kalimat, lalu ia langsung menoleh ke arah Leo yang tampak santai dan acuh tak acuh. “Leo… masa sih?”“Hm.” Hanya satu suku kata dari Leo.George langsung gelisah di tempat duduknya. Rahangnya ternganga lebih lebar dari biasanya karena saking terkejutnya. “Pergi? Kita nggak turun lihat dulu?”“Mau lihat apa?” tanya Leo dengan nada tenang.Memang begitulah sikapnya sehari-hari, tapi kali ini a

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 129 Tidak Menjilat Lagi, Ya

    "Matamu buta, hatimu pun ikut tuli!"Dengan geram Leo menggertakkan gigi, memeluk Adeline lalu mengangkatnya masuk ke dalam mobil. Setelah itu, ia memberi isyarat kepada sopir pengganti."Antar mobil ini ke Interstate One Residence. Dan..." Leo menarik kerah bajunya. "Dari mana kau menjemput dia?"Sopir pengganti itu langsung menyerahkan informasi pemesanan. Leo melirik sekilas dan langsung mengerti semuanya.Kekuatan alkohol dari arak putih memang datang belakangan, tapi efeknya membuat seseorang jadi jujur. Adeline tidak seperti waktu terakhir kali minum anggur merah dan jadi ribut. Kali ini ia tertidur pulas dan baru terbangun keesokan paginya pukul sembilan dengan kepala yang terasa sangat sakit.Dulu dia juga pernah mabuk karena arak putih, tapi bukan dengan cara seperti ini. Jadi apa yang dikatakan oleh Selena benar, arak putih murah memang langsung menyerang kepala.Begitu menyadari dirinya berada di Interstate One Residence, Adeline tentu sudah bisa menebak bagaimana ia bisa ke

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 128 Berat Sebelah

    Angin mengacak-acak rambut Adeline. Ia menunduk di pinggiran jendela mobil, sepasang matanya yang hitam pekat menatapnya.Leo meraih sebuah buku kecil berwarna merah dari dalam laci penyimpanan dan mengangkatnya ke arahnya. "Namamu tercatat di kartu keluarga milikku."Adeline menatap buku nikah merah itu. Dalam bayangannya melintas kembali hari pernikahan mereka, ketika Keluarga Brown membawa petugas catatan sipil ke lokasi pernikahan untuk langsung mengurus dokumen mereka. Ia tersenyum mengejek. "Nama yang tertera di kartu keluarga, apa sama artinya dengan seseorang yang kau simpan di hati?""Kalau begitu, kau harus masuk ke dalamnya dulu baru tahu jawabannya," ucap Leo sambil melambatkan mobilnya. Supir pengganti yang duduk di kursi pengemudi juga langsung mengerti dan menghentikan mobil.Leo membuka pintu mobil dan melangkah turun, kakinya yang panjang menjejak tanah. Saat ia hendak membuka pintu sebelahnya, Adeline buru-buru menahan dengan tangannya. Leo pun tak memaksa. Ia hanya m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status