Home / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 121 Kau Tak Ingin Membela Diri untuk Masa Lalu?

Share

Bab 121 Kau Tak Ingin Membela Diri untuk Masa Lalu?

Author: Jovita Tantono
[Putra kedua Keluarga Brown membawa istri barunya berkemah melihat matahari terbit, pamer cintanya terlalu manis!]

[Itu suami impianku! Nyonya Brown, kembalikan dia padaku!]

[Nyonya Brown pasti di kehidupan sebelumnya telah menyelamatkan seluruh galaksi!]

...

Adeline tidak menyangka berkemah bersama Leo ternyata diam-diam difoto dan diunggah ke internet. Komentar-komentar penuh rasa iri pun bermunculan, menyanjung betapa mesranya hubungan mereka.

Tapi ini bukan kabar baik.

Semakin mereka disorot sekarang, maka saat mereka berpisah nanti, tekanan dari opini publik pun akan semakin besar. Pernikahan para selebriti yang hancur menjadi bukti terbaiknya.

Saat Adeline sedang berpikir bagaimana cara menangani hal ini, Brilliant segera menelepon untuk menyampaikan ucapan selamat, “Duh, Kakak lagi banjir perhatian nih, mau dimanfaatin sekalian? Aku bisa bantu kelola.”

“Boleh, aku mau semua itu segera lenyap.” Untuk urusan seperti ini, memang paling tepat meminta bantuan Brilliant, dia bisa memb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 145 Menjemput Istri

    Rumah Sakit Pribadi Saint Heaven.Jendela mobil Cayenne hitam terbuka lebar. Leo menyandarkan sikunya di bingkai jendela, menatap ke arah salah satu jendela di lantai dua. Lewat tirai tipis yang berkibar pelan, siluet beberapa sosok samar-samar bisa terlihat di dalam ruangan.“Si nenek kecil bule itu memang luar biasa, yang di panci, yang di mangkuk, bahkan yang belum dihidangkan, semua berhasil dikumpulkan sekaligus,” George yang duduk di kursi penumpang depan mengomentari dengan nada menggoda, memecah keheningan di udara.Biasanya Leo paling jago membalas, tapi kali ini ia entah kenapa bersikap murah hati. Ia tidak menyahut, hanya bertanya dengan nada dingin, “Kapan keluarga nenek itu tiba?”“Sekitar setengah jam lagi bakal sampai ke medan perang,” sahut George, tetap dengan gaya menyebalkannya.Leo menyandarkan tubuh ke jok kursi, suara dalamnya terdengar samar dan tak bisa ditebak, “Tiga puluh menit.”George terbatuk kecil. “Nilai sempurna. Matematika kamu bukan diajar guru bahasa,

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 144 Mereka Semua Tumbuh Menghadap Matahari

    Adeline adalah kenalan lama Nyonya Nina, dan secara alami, Felix juga demikian.Keinginannya untuk bertemu dengannya adalah sesuatu yang wajar.Mungkin Nyonya Nina masih mengira mereka adalah sepasang kekasih, tanpa tahu bahwa hubungan mereka kini sudah berbeda.Ken pun dapat menangkap ketidakyamanan yang terpancar dari diri Adeline. Apa yang terjadi hari ini sudah merupakan bantuan besar darinya, dan tentu saja Ken tak tega membiarkannya dalam posisi yang sulit. “Kau bisa menenangkannya sebentar?”“Lebih baik Pak Ken langsung menghubungi Tuan Felix,” jawab Adeline dengan tenang, sebelum menoleh pada Nyonya Nina. Senyumnya berubah menjadi hangat dan bersahabat, seperti gadis tetangga yang penuh kebaikan hati. Dalam bahasa Arab, ia menenangkan wanita itu dengan lembut, “Beliau akan segera datang, dan akan membawa bunga matahari kesukaan Anda.”Sorot mata Ken jatuh pada wajah Adeline. Di telinganya masih terngiang sebutan ‘Tuan Felix’ barusan.Tujuh tahun bersama Felix, dan kini lelaki i

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 143 Teman Lama Miliknya

    Ruangan itu tampak kacau balau, lantai penuh dengan benda-benda yang terpecah dan tercecer ke mana-mana...Walau Adeline sudah menyiapkan diri secara mental, pemandangan di depan matanya tetap membuat kulit kepalanya menegang. Tepat saat itu, sesuatu melayang ke arahnya, disertai dengan raungan amarah yang tak bisa dimengerti siapa pun.Refleks pertama Ken adalah menariknya keluar, tapi Adeline justru lebih cepat menghindar dari benda yang dilemparkan itu, lalu melangkah masuk dan menutup pintu kamar dari dalam.Tangan Ken yang semula terangkat pun perlahan turun kembali, namun gurat tegang di wajahnya justru semakin dalam. Ia baru saja mengangkat tangan saat Ricardo sudah berlari ke arahnya, “Tuan Ken…”“Siapkan tenaga medis untuk berjaga kapan saja.”Kondisi Nyonya Nina sudah sejak awal disiapkan dengan tenaga medis siaga, namun yang dimaksud Ken saat ini adalah untuk Adeline.Ia khawatir perempuan itu terluka.“Bukankah mereka memang sudah siaga?” Ricardo tampak tak memahami maksud

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 142 Untung Dia Masih Mengingatmu

    “Adeline, aku butuh bantuanmu.”Begitu sambungan telepon terhubung, Ken langsung membuka pembicaraan dengan kalimat yang sangat to the point, suaranya terdengar berat dan serius.Dia bukan tipe orang yang bicara secepat itu tanpa basa-basi. Jika hari ini ia bicara sejujur ini, pasti ada sesuatu yang benar-benar mendesak. Adeline pun tak yakin apa yang bisa ia bantu. “Silakan bicara dulu, Tuan Ken.”“Sulit dijelaskan lewat telepon. Bisa kita bertemu? Akan kukirim alamatnya, kalau bisa, datang sekarang.” Suara Ken membuat alis Adeline sedikit berkerut.Sepertinya permintaan ini benar-benar tidak bisa ditolak?“Adeline,” panggil Ken sekali lagi, lalu memberi penjelasan, “Tenang saja, ini bukan sesuatu yang melanggar hukum, juga bukan tindakan tidak etis. Aku hanya butuh bantuanmu untuk menenangkan seseorang. Hanya saja... kondisinya agak darurat.”Menenangkan seseorang?“Nyonya Nina,” ucap Ken menyebut nama itu, dan seketika, bayangan wajah seorang wanita muncul dalam benak Adeline.Ia ra

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 141 Dia Memang Berhati Batu

    Cemburu dan iri hati itu muncul karena cinta, sedangkan dia tidak mencintainya, dan tidak bisa membiarkan pria itu berpikir bahwa dia mungkin akan mencintainya suatu hari nanti.Meski itu berarti membuatnya merasa gagal, bahkan terluka.Adeline tahu, dan bisa merasakan, bahwa Leo memang sedang berusaha mendekatinya dengan sepenuh hati. Namun justru karena itu, dia semakin tak bisa membiarkan Leo merasa bahwa dia sudah berhasil menaklukkannya.Apa yang terjadi antara mereka berdua bukan hanya sebuah pertarungan batin, tapi juga pertarungan dirinya sendiri, pertarungan untuk tetap menjaga pintu hatinya tak terbuka.Adeline menyendok sesendok bubur sarang burung, lalu menyentuhkannya ke ujung lidah. “Menurutmu bagaimana?”Sikapnya yang tenang dan kalimatnya yang datar sudah cukup menjawab segalanya. Tatapan Leo menggelap, namun di balik matanya yang hitam pekat muncul senyum malas, “Adeline, kau memang berhati batu.”Nada suaranya seakan menggigit. Sejenak, Adeline merasa dirinya seperti

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 140 Setelah Kamu Selesai, Kita Lanjut

    “Kepalamu kebakar ya? Sampai-sampai nggak kenal aku siapa?”Leo mengenakan baju rumah dari sutra abu-abu yang tampak santai, langkahnya pelan dan tenang. Entah kenapa, dia selalu tampak santai dalam kondisi apa pun, seolah waktu otomatis melambat begitu berada di sekitarnya.Mulut pria itu memang tampan, tapi tak pernah bisa mengeluarkan kalimat yang normal. Adeline pun sudah terbiasa dengan gaya bicaranya.“Bajuku... kamu yang gantiin?” Adeline juga tak merasa perlu malu.“Kalau bukan aku, kamu mau siapa?” Leo melirik sekilas ke arah kotak beludru di sisi ranjang, sudah tahu dia pasti sudah melihatnya.Setelah meletakkan semangkuk bubur sarang burung, Leo duduk di sisi ranjang. Aroma samar dari kayu pinus di tubuhnya perlahan merambat di udara dan masuk ke napas Adeline. Baru saat itu dia sadar kalau hidungnya yang tadinya tersumbat kini terasa lega.“Kamu juga pasti nggak suka dilihat orang saat nggak sadar diri, kan? Itu bisa dibilang pelanggaran privasi.” Adeline mengingatkan denga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status