Beranda / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 158 Leo, Mari Kita Akhiri Saja

Share

Bab 158 Leo, Mari Kita Akhiri Saja

Penulis: Jovita Tantono
Sebenarnya, “jendela” itu sudah lama transparan, hanya belum ada yang benar-benar berani menembusnya. Maka hari ini, lebih baik sekalian dirobek saja.

Jari-jari Leo mengetuk ringan setir mobil. “Kupikir kamu tidak akan pernah mengatakannya.”

“Aku hanya tidak ingin membuat semuanya canggung,” jawab Adeline, dan begitu kalimat itu terlontar, sesak di dadanya seketika mengendur, seperti ada sesuatu yang akhirnya terlepas. “Lagipula, kamu juga sudah tahu dari dulu, kan? Tapi kenapa kamu sendiri juga tidak pernah membicarakannya?”

Senyum tipis terangkat di sudut bibir Leo. “Jadi ini salahku?”

Adeline tak berniat menyalahkannya. Tapi mengingat bagaimana sikapnya terhadap Stanley, lalu menghubungkannya dengan semua keributan yang ditimbulkan hanya gara-gara Facebook, Adeline langsung bertanya, “Leo, mumpung kita sudah terbuka seperti ini, aku mau tanya. Bagaimana kamu bisa menambahkan aku di Facebook? Apa ini ada hubungannya dengan kakakmu?”

Tiba-tiba, Leo memutar setir dan menghentikan mobil
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 161 Kalau Ada Masalah, Cari Suami

    "Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak dapat dihubungi."Tiga kali berturut-turut, hasilnya tetap sama. Tangan Adeline yang memegang ponsel bergetar, lalu perlahan terkulai.Ponsel Brilliant selalu aktif dua puluh empat jam. Kini tidak bisa dihubungi, ia tahu artinya apa.Dia pasti tertimpa masalah.Selama ini, Brilliant memang telah menyinggung banyak orang, tapi selalu bisa keluar dengan selamat. Ia punya jimat pelindungnya sendiri. Namun kali ini, tampaknya ia pun tak berhasil lolos.Apa yang tersembunyi di balik sosok Anastasia ternyata jauh lebih menakutkan dari yang pernah ia bayangkan. Orang yang mengatur semuanya di belakang layar, jelas bukan orang biasa.Punggung Adeline seketika diselimuti hawa dingin. Ia terlalu ceroboh, terlalu meremehkan segalanya.Penyesalan dan rasa bersalah tidak akan menyelesaikan apa pun. Sekarang, hal paling penting adalah menemukan Brilliant dan memastikan ia baik-baik saja.Adeline berusaha menenangkan diri, menarik napas dalam, lalu menekan

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 160 Jangan Lagi Membahas Soal Anastasia

    Jawaban itu selama Leo tak bersuara, maka tetap menjadi teka-teki tanpa ujung.Dan sama misteriusnya adalah kondisi kesehatan Anastasia. Sejak kembali ke negri sendiri, perkembangannya tak pernah lagi sebaik saat masih dirawat di luar negeri.“Dokter Richard, jadi sekarang kita hanya bisa menunggu begini saja?” tanya Adeline, suaranya dipenuhi kegelisahan yang sulit disembunyikan.Meski Adeline tak menaruh harapan bahwa kebangkitan Anastasia akan menyibak kebenaran demi dirinya, tapi setidaknya, ia berharap Anastasia bisa membaik, menjadi seperti orang normal pada umumnya.“Untuk saat ini, ya, hanya bisa menunggu. Kecuali… ada sesuatu yang bisa menggugah kesadarannya,” jawab Dokter Richard dengan ekspresi penuh penyesalan.Pemulihan Anastasia juga merupakan bagian dari proyek penelitian milik Richard. Jika keadaannya tak menunjukkan perkembangan apa pun, itu bukan hanya pertanda kegagalan pribadi, tapi juga akan membuat proyeknya dihentikan.Kesepakatan antara dirinya dan Leo menyebutk

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 159 Adeline, Kenapa Kamu Begitu Kejam

    “Kau ingin bersamanya?” tanya Leo santai, seolah pertanyaan itu hanya basa-basi ringan.Adeline terkekeh pelan. “Menurutmu aku ini apa?”“Lalu menurutmu aku ini apa, huh?” Leo membalas tajam, nadanya menyelipkan ketegasan yang membuat jari Adeline yang tadi bertumpu di atas lututnya bergetar halus. Ia mengangkat wajah, menatapnya dengan sorot mata tegas. Garis wajahnya tampak lebih tajam dalam cahaya remang. “Leo, aku tidak punya niat buruk. Semua ini kulakukan demi Nenek. Aku…”“Kalau memang menikahiku demi nenek, kenapa sekarang mau pisah?” Leo memotong ucapannya.Karena kebohongan sudah terkuak, karena hubungan yang diteruskan hanya akan menambah canggung, dan karena ada suara dalam hatinya yang terus berkata, cukup.Dia sendiri tak tahu pasti kenapa. Pokoknya, dia ingin mengakhiri semuanya. Ingin menjauh. Seolah Leo tak pernah hadir dalam hidupnya.“Adeline, kamu ini memang senang menipu orang, ya?” tanya Leo tiba-tiba.Adeline mengernyit. “Apa maksudmu?”“Kamu menipu Stanley sela

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 158 Leo, Mari Kita Akhiri Saja

    Sebenarnya, “jendela” itu sudah lama transparan, hanya belum ada yang benar-benar berani menembusnya. Maka hari ini, lebih baik sekalian dirobek saja.Jari-jari Leo mengetuk ringan setir mobil. “Kupikir kamu tidak akan pernah mengatakannya.”“Aku hanya tidak ingin membuat semuanya canggung,” jawab Adeline, dan begitu kalimat itu terlontar, sesak di dadanya seketika mengendur, seperti ada sesuatu yang akhirnya terlepas. “Lagipula, kamu juga sudah tahu dari dulu, kan? Tapi kenapa kamu sendiri juga tidak pernah membicarakannya?”Senyum tipis terangkat di sudut bibir Leo. “Jadi ini salahku?”Adeline tak berniat menyalahkannya. Tapi mengingat bagaimana sikapnya terhadap Stanley, lalu menghubungkannya dengan semua keributan yang ditimbulkan hanya gara-gara Facebook, Adeline langsung bertanya, “Leo, mumpung kita sudah terbuka seperti ini, aku mau tanya. Bagaimana kamu bisa menambahkan aku di Facebook? Apa ini ada hubungannya dengan kakakmu?”Tiba-tiba, Leo memutar setir dan menghentikan mobil

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 157 Semua Orang Sudah Tahu

    "Teman dunia maya Stanley?!"Itu… maksudnya dia?Adeline akhirnya goyah, rasa bersalah muncul di benaknya.Sebuah tangan besar terjulur ke punggungnya, menepuk perlahan seolah membantu menenangkan napasnya. Bersamaan dengan itu, terdengar suara tenang namun tajam, "Adelia, mulutmu itu tak bisa ditahan walau sudah ada begitu banyak hidangan di depanmu?""Apa aku bilang sesuatu yang tidak benar?" sahut Adelia santai sambil terus makan.Penampilannya selalu memesona, rapi, anggun, seakan tak terjamah debu dunia. Tapi begitu makan, dia benar-benar tak menahan diri. Satu gigitan pun penuh semangat, sangat membumi."Adeline, kamu masih ingat seperti apa tampilan Facebook zaman dulu?" Adelia tiba-tiba menoleh padanya, mata berbinar. "Kakaknya suamimu, yang juga suamiku, dulu bertahun-tahun setia pada satu akun, hanya karena ada seorang teman kecil dunia maya yang dia sukai di sana."Adeline tersedak, wajahnya memerah. Jari-jarinya yang diletakkan di atas meja pun perlahan mengepal. Terlebih,

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 156 Menikahi Istri yang Pengertian

    Seorang perempuan berdiri membelakangi pintu, setengah bersandar pada jendela. Pinggang rampingnya yang putih mulus terlihat jelas, sementara celana kerja ungu yang ketat menonjolkan garis pinggul dan kaki yang proporsional sempurna. Bibir merah menyala berpadu dengan potongan rambut super pendek, aura karismatiknya begitu kuat hingga membuat siapa pun yang melihatnya menoleh dua kali.Leo berdiri sejajar dengannya, tetap dengan gaya santai yang sembrono khas dirinya. Keduanya tak bersentuhan, tanpa gestur intim sedikit pun, namun tetap tampak sangat serasi dan nyaman dilihat.Entah apa yang mereka bicarakan, perempuan itu tertawa, suaranya nyaring jernih dan menyenangkan didengar.Adeline baru sadar bahwa dirinya terlalu gegabah, seharusnya tadi ia mengetuk pintu dulu.Tapi beberapa hari ini memang begitulah caranya masuk, langsung saja tanpa banyak pikir. Sepertinya, kesadarannya akan etika sudah sedikit meleset.Jadi... sekarang sebaiknya ia masuk atau mundur?Saat Adeline masih rag

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status