Home / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 295 Ujian Terakhir

Share

Bab 295 Ujian Terakhir

Author: Jovita Tantono
Aula keberangkatan bandara ramai dipenuhi orang. Dari kejauhan, Leo segera menangkap sosok Ken yang berdiri di depan konter check-in. Dengan setelan jas abu-abu tua, ia tampak menonjol di tengah kerumunan, sedang menunduk memeriksa arlojinya.

Tatapan Leo menggelap. Adeline sudah lebih dulu bersuara, “Terima kasih, Pak Leo. Silakan Anda kembali.”

Satu kali memanggil Pak Leo, satu kali memakai kata Anda, jelas sekali Adeline tengah berusaha menjaga jarak dengannya.

Ia sempat mengira Adeline akan pergi dinas seorang diri, siapa sangka ternyata ada Ken.

“Kalau pun sudah tak dibutuhkan, setidaknya kasih kesempatan untuk mengantar keberangkatanmu.” Leo melirik ke arah Ken yang berdiri tak jauh, “Aku bahkan belum sempat menyapa Pak Ken.”

Ken juga sudah melihat mereka. Tatapannya beralih dari satu orang ke orang lain, lalu akhirnya berhenti pada Leo. Ia melangkah mendekat dengan tenang.

“Terima kasih atas bantuan Anda, Pak Leo,” ucap Ken. Kalimatnya nyaris sama persis dengan ucapan Adeline bar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 297 Menemani Makan Malam

    Lampu koridor hotel redup kekuningan, Adeline berdiri di depan pintu kamar, jemarinya meremas kartu akses.Di belakangnya terdengar langkah kaki yang sangat familiar.Itu Leo!Akhirnya dia tetap mengikutinya. Adeline merasa begitu lelah. Tanpa menoleh, ia segera menempelkan kartu akses dan hendak masuk. Tepat saat itu, suara Leo terdengar dari belakang. “Aku tinggal di kamar 2807, tepat di seberangmu. Kalau ada perlu, jangan sungkan...”Brak!Jawaban Adeline hanyalah suara pintu yang dibanting keras.Namun, meski terhalang pintu, ia masih bisa mendengar sisa ucapannya. “Tadi kau hampir tidak makan apa-apa. Aku sudah pesan makanan dari layanan kamar, sebentar lagi akan dikirim.”Adeline tak menggubris. Ia menendang lepas sepatu hak tingginya, meletakkan tas di sofa, lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan wajah.Air hangat mengalir, membasuh sisa alas bedak terakhir di kulitnya, ketika bel pintu berbunyi.“Selamat malam, layanan kamar,” suara pelayan hotel terdengar dari luar.Adel

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 296 Menyatakan Hak Kepemilikan

    Leo melangkah maju dengan tatapan penuh keterkejutan dari orang-orang di sekelilingnya, berjalan lurus mendekat.“Pak Ken, Pak Hans, kebetulan sekali,” ucap Leo, kalimatnya terdengar sama sekali tak tahu malu.“Memang kebetulan.” Nada suara Ken juga sarat makna.“Asisten Adeline, kita bertemu lagi,” tatapan Leo jatuh padanya.Adeline benar-benar ingin meninju wajahnya. Kebetulan apanya! Dia bisa sampai mengikuti ke tempat ini? Perasaan sesak dan tertekan langsung membuatnya nyaris tak bisa bernapas.Namun sekarang ia tidak bisa mengatakan apa pun, hanya menggumam pelan, “Hmm.”“Pak Leo belum sempat makan, kan? Kalau begitu, mari bergabung,” Direktur Hans, yang memang lihai membaca situasi, langsung mengundang. Baginya, Ken adalah tumpuan besar yang harus dirangkul, sementara Leo adalah pilar yang lebih besar lagi, jelas harus dijaga erat.“Apakah tidak mengganggu?” Leo seolah merasa sungkan, bahkan menoleh ke arah Ken. “Pak Ken tidak keberatan, kan?”Benar-benar licik!Sudah mengambil

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 295 Ujian Terakhir

    Aula keberangkatan bandara ramai dipenuhi orang. Dari kejauhan, Leo segera menangkap sosok Ken yang berdiri di depan konter check-in. Dengan setelan jas abu-abu tua, ia tampak menonjol di tengah kerumunan, sedang menunduk memeriksa arlojinya.Tatapan Leo menggelap. Adeline sudah lebih dulu bersuara, “Terima kasih, Pak Leo. Silakan Anda kembali.”Satu kali memanggil Pak Leo, satu kali memakai kata Anda, jelas sekali Adeline tengah berusaha menjaga jarak dengannya.Ia sempat mengira Adeline akan pergi dinas seorang diri, siapa sangka ternyata ada Ken.“Kalau pun sudah tak dibutuhkan, setidaknya kasih kesempatan untuk mengantar keberangkatanmu.” Leo melirik ke arah Ken yang berdiri tak jauh, “Aku bahkan belum sempat menyapa Pak Ken.”Ken juga sudah melihat mereka. Tatapannya beralih dari satu orang ke orang lain, lalu akhirnya berhenti pada Leo. Ia melangkah mendekat dengan tenang.“Terima kasih atas bantuan Anda, Pak Leo,” ucap Ken. Kalimatnya nyaris sama persis dengan ucapan Adeline bar

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 294 Ini Bukan Ulahnya

    Senyum tipis muncul di sudut bibir Leo, seolah baru saja menyelesaikan sebuah tugas besar.Adeline menangkap jelas ekspresi kecil itu. “Jangan salah paham, Tuan Brown. Aku hanya tidak mau mendengar kau terus mengoceh.”Ia mengambil sebutir dimsum dan menyuapkannya ke mulut. Begitu digigit, kuah gurihnya langsung meledak di lidah. Ia harus mengakui, rasanya memang membuat nyaman.Terlebih dirinya yang biasanya makan malam sangat sedikit, bahkan nyaris tidak makan sama sekali. Bagi Adeline, sarapan adalah santapan paling penting dalam sehari.Lift berhenti di lantai satu. Adeline melangkah cepat menuju area parkir, sementara Leo tetap mengikuti dari jarak dua langkah di belakang, persis seperti seorang bodyguard setia.“Berapa lama lagi kau berniat mengikutiku?” Adeline menoleh dan melotot padanya.Leo hanya mengangkat bahu. “Aku juga harus bekerja, Nyonya Brown. Kebetulan searah.”Adeline malas menanggapi, langsung menuju ke tempat parkirnya. Namun, baru lima meter dari mobil, ia tiba-t

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 293 Bahkan Plester pun Tak Seberapa Lengket Dibanding Dirinya

    Pepatah ‘Tamak haloba’ seolah diciptakan khusus untuk Leo.Adeline sama sekali tidak mau menuruti permainannya. Setelah merapikan kotak obat, ia menatapnya dari atas dengan nada tegas. “Leo, apa ini yang namanya mau berbuat licik?”“Bagaimana bisa disebut licik?” Leo miringkan kepala, jemari mengetuk pelan sandaran sofa. “Ini namanya memanfaatkan hak istimewa seorang pasien luka.”Tiba-tiba, ia mengulurkan tangan, menangkap pergelangan Adeline, dan dengan satu tarikan ringan...Tanpa persiapan apapun dari Adeline. Adeline pun terjatuh tepat di pangkuannya.“Leo!” Adeline buru-buru berusaha bangkit, namun pinggangnya telah terkunci erat dalam lingkaran lengannya.“Shhh...” Leo mendekat ke telinganya, napas hangatnya menyapu lembut cuping telinga peka itu. “Tenang saja, biarkan aku memelukmu sebentar… hanya sebentar saja.”Tubuh Adeline seketika menegang.Ia bisa jelas merasakan otot tegang di pahanya, serta… sesuatu yang perlahan bangkit di balik sana.“Kau…” ujung telinganya seketika m

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 292 Melindunginya adalah Pilihan Pribadinya

    Adeline tersenyum dingin. “Pak Leo, kalau saya memilih pekerjaan, yang saya lihat bukan uang, melainkan bosnya.”Kalimat itu menancap tajam, penuh sindiran.Leo dengan sengaja membiarkan matanya berkedip, seolah-olah tersirat luka. “Di matamu, aku memang begitu buruk? Bahkan kalah dibanding Ken?”Adeline menatapnya lurus, tanpa menghindar. “Apakah kau kalah atau tidak, bukankah Pak Leo sendiri yang paling tahu jawabannya?”Keduanya saling bertatapan sejenak. Udara seakan mengeras, menahan napas.Lalu Leo tiba-tiba tersenyum. Senyum itu samar, dengan sedikit nada menyindir dirinya sendiri. “Benar juga. Aku memang bukan bos yang baik.”Ia melangkah mundur satu langkah, memberi jalan di depan pintu. “Cepatlah beristirahat.”Adeline tidak menyangka ia akan berhenti memaksa sedemikian mudah. Ia sempat tertegun, barulah mendorong pintu dan masuk ke dalam.Saat menutup pintu, dari celah yang menyempit, ia masih sempat melihat Leo berdiri di lorong. Cahaya lampu memanjangkan bayangannya, menyi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status