Home / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 5 Teganya Dia Menghinanya

Share

Bab 5 Teganya Dia Menghinanya

Author: Jovita Tantono
“Leo Brown, pangeran nomor satu di Kota Jakarta akhirnya mau menikah juga!”

“Iya! Tengah malam tiba-tiba dia mengumumkan kabar pernikahan, aku sampai terlalu semangat dan semalaman nggak bisa tidur. Penasaran banget siapa perempuan yang bisa menikah dengannya?”

Saat jam istirahat, Adeline mendengar beberapa rekan kerja bergosip dengan antusias di ruang pantry.

Dia tahu siapa Leo. Bahkan, mereka pernah beberapa kali bertemu. Dan setiap kali itu, dia selalu membantunya.

Pernah suatu kali, Adeline mengalami pecah ban di tengah jalan. Leo kebetulan lewat dan membantu mengganti bannya.

Dan juga pernah sekali, saat makan malam dengan klien, si klien mabuk dan berusaha melecehkannya. Leo langsung menariknya pergi, bukan hanya menyelamatkan transaksi bisnisnya, tapi juga menjaga harga dirinya.

Setelah itu juga ada beberapa pertemuan lain, yang bahkan tak bisa dia ingat lagi satu per satu.

Kalau dipikir-pikir, Adeline merasa telah berutang cukup banyak budi padanya. Sekarang dia akan menikah, jadi sudah seharusnya dia memberikan hadiah pernikahan, meski mungkin pria itu sudah tak mengingat dirinya.

“Kapan dia akan menikah?” tanya Adeline sembari menuang kopi.

“Minggu depan. Sama seperti hari pernikahan bos kita!”

Tangan Adeline yang memegang cangkir kopi sontak bergetar. Kopi panas itu muncrat keluar dan mengenai tangannya.

“Kalian lanjut saja ngobrolnya,” ucap Adeline, lalu meninggalkan ruang pantry.

Dari belakang terdengar bisikan-bisikan.

“Kita lagi omongin Leo, kenapa malah nyebut-nyebut bos kita sih? Kasihan Asisten Adeline.”

“Iya, dia juga kasihan sih. Sudah bertahun-tahun bersama bos, akhirnya malah jadi saksi kebahagiaan orang lain.”

“Aduh, lelaki memang begitu. Tapi berbeda dengan Tuan Leo, dia setia banget. Dia bilang calon istrinya adalah wanita yang dia diam-diam sukai selama sepuluh tahun…”

Sore harinya, Adeline menerima telepon dari Felix. “Nanti ikut aku keluar sebentar.”

“Baik.” Adeline bahkan tak bertanya akan pergi ke mana.

Karena dia tahu, sekalipun dia bertanya, dia tetap harus ikut. Jadi lebih baik tidak bertanya sama sekali. Dan sekarang, dia juga tak ingin terlalu banyak bicara dengannya.

Dia pun menyimpan dan menutup daftar serah terima pekerjaannya, merapikan barang, lalu mengikuti Felix pergi.

Mobil mereka berhenti di depan rumah keluarga Quinn. Valencia seperti seorang putri kecil, berlari kecil ke arah mereka lalu langsung melompat ke pelukan Felix, dan mencium wajahnya.

Sementara Felix menerima semua itu dengan sangat wajar, bahkan tersenyum kecil, lalu menggandeng tangan Valencia, “Ayo naik mobil.”

Begitu duduk di dalam mobil, Valencia menoleh ke arah Adeline. “Asisten Adeline, aku dan Felix mau coba gaun pengantin. Kebetulan kamu bisa pilih gaun pengiring wanita sekalian.”

Ternyata, maksud mereka mengajaknya adalah supaya sejak awal Adeline bisa menjadi saksi kebahagiaan mereka.

Felix dan Valencia duduk di kursi belakang. Valencia seolah tak bertulang, tubuhnya bersandar sepenuhnya ke Felix. “Felix, kamu sudah lihat berita pernikahan Leo belum? Dia ternyata menikah di hari yang sama dengan kita! Apa dia sengaja ingin merebut perhatian kita?”

Leo dan Felix sama-sama pria unggulan. Namun dari segi latar belakang keluarga, Leo jauh lebih kuat. Keluarganya bukan hanya kaya, tapi juga punya kekuasaan. Sedangkan Felix hanya punya uang.

“Jangan pikir berlebihan. Hari itu kamu pasti akan jadi pengantin paling bersinar, paling mencolok,” ucap Felix lembut.

Adeline melihat pria itu dari kaca spion tengah. Ia hampir lupa, sudah berapa lama sejak Felix memperlakukannya dengan lembut seperti itu.

“Felix, senangnya ada kamu. Aku menyesal sekali kita melewatkan tujuh tahun itu.” Valencia memasang wajah sedih, tapi hanya sekejap, ekspresinya langsung kembali ceria. “Tapi aku juga sangat beruntung karena selama tujuh tahun ini, kamu tetap mencintaiku. Terima kasih, Felix.”

Sembari berkata begitu, dia kembali mencium Felix. Dan tepat di saat itulah, Adeline menarik pandangannya.

Meski dia sudah melepaskan pria itu, sudah benar-benar memutus perasaannya, sisa-sisa dari semua itu tetap saja membuatnya nyeri.

“Felix, selama tujuh tahun itu, kamu juga pasti pernah bersama wanita lain, kan?” Valencia tiba-tiba menanyakan hal yang sangat sensitif.

Hati Adeline mencelos. Jari-jarinya yang memegang ponsel mengepal erat. Ia mengangkat kepala, menatap Felix lewat kaca spion sekali lagi.

Seolah menyadari tatapannya, Felix pun menoleh, pandangan mereka bertemu. Tapi ia lalu menenangkan wanita di sampingnya, “Tidak. Jangan dengar gosip orang.”

“Kalaupun ada, tak masalah. Aku tahu, pria juga punya kebutuhan biologis. Iya kan?” Besarnya kelapangan hati Valencia sungguh membuat Adeline tak habis pikir.

Adeline tahu, Valencia sengaja ingin mempermalukannya. Karena sejak tadi, wanita itu terus menatap dirinya.

“Jangan bicarakan itu lagi.” Felix mencoba mengalihkan.

“Kenapa nggak bisa dibahas? Apa kamu jatuh cinta pada wanita itu?” Valencia benar-benar kekanak-kanakan.

“Tidak.” Felix menyangkal, “Bagi pria, seks dan cinta adalah dua hal yang berbeda.”

Hati Adeline mencelos sekali lagi, seperti terikat dan diaduk jadi satu. Kalimat itu seolah adalah sebuah pengakuan bahwa selama ini, dirinya hanya alat pemuas hasrat bagi Felix.

Dia boleh memilih untuk tidak menikahinya, boleh tidak mencintainya. Tapi mana boleh dia menghinanya seperti ini?
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nita Kusnitawati
karakter adeline ini jadi keset aja ?
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau memang pantas dihina krn kebodohanmu. nikmati saja semuanya, klu kau waras kau tentu tak mau dinikmati tanpa dinikahi.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 411 Sekarang Dia Punya yang Lebih Baik

    “Urusan Keluarga Stefani tak mendesak sampai harus diselesaikan hari ini. Mereka punya fondasi yang kuat, tidak akan goyah begitu saja.” Leo menarik Adeline untuk duduk di sampingnya.“Sekarang yang terpenting, kamu selesaikan dulu pekerjaan di sini. Besok pagi kita langsung pulang.” Mendengar itu, Adeline menghela napas pelan, lalu menyalakan laptop dan kembali bekerja.Leo tahu kapan harus diam. Ia hanya menemani di sisi, sesekali menyodorkan segelas air hangat.Adeline menutup mata sejenak, menikmati perhatiannya, lalu tiba-tiba bertanya,“Menurutmu... bagaimana kelanjutannya antara Frans dan Tias?”Leo menatapnya dengan sudut mata. “Kenapa tiba-tiba tertarik membahas itu?”“Aku hanya merasa... Tias memang agak manja, tapi dari tatapannya, dia tulus. Dia tidak punya niat buruk, hanya terlalu menyukai Frans.”Leo mengangkat alis. “Kamu cukup memperhatikan dia, ya.”Adeline tersenyum samar. “Mungkin karena... aku melihat bayangan diriku yang dulu padanya.”Gerakan Leo seketika terhent

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 410 Tatapan yang Menyingkap Rahasia

    Orang sering berkata, ketika menyukai seseorang, mulut bisa berbohong, tapi mata tak akan pernah menipu. Dan kini, tatapan Frans adalah bukti paling jelas.Tias tertawa sinis. Emosinya memuncak hingga suaranya bergetar.“Kalau memang cuma urusan bisnis,” ujarnya tajam, “Lalu apa penjelasanmu soal album kliping di laci ruang kerjamu? Setiap kali ada wawancara Adeline di majalah ekonomi, kau selalu gunting dan simpan sendiri, bukan?”Mendengar itu, wajah Frans langsung berubah. Ia menoleh dengan cepat, menatapnya tajam. “Kau menggeledah barang-barangku?”“Aku hanya…” Tias terkejut oleh tatapan tajamnya dan refleks mundur selangkah. Tapi segera ia merasa dirinya tak bersalah, lalu menegakkan tubuh lagi.“Kemarin aku ke rumahmu untuk mengantar barang, ibumu yang memintaku menunggu di ruang kerja, bukan aku yang sengaja mencari!”Adeline dengan cepat menangkap ketegangan yang kian menebal di antara mereka, dan segera memutuskan untuk menengahi. “Pak Frasn, sepertinya hari ini bukan waktu ya

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 409 Saingan Cinta yang Tiba-tiba

    Di aula pesta, Adeline tengah berbincang pelan dengan Leo tentang urusan Keluarga Stefani.“Ternyata kau Adeline, ya?” Suara seorang gadis muda yang manja tiba-tiba terdengar dari belakang mereka.Adeline menoleh, melihat seorang gadis bergaun merah muda berdiri di depannya. Gadis itu sedikit mendongakkan dagu, menatapnya dengan sorot mata penuh penilaian.“Ada perlu?” tanya Leo dengan nada dingin, tubuhnya tanpa sadar sedikit bergeser, berdiri di depan Adeline untuk melindunginya.Gadis itu meliriknya sekilas, lalu mendengus pelan. “Hmph, aku bukan mencarimu.”“Aku Adeline,” ujar Adeline dengan tenang. “Dan kamu?”“Aku tunangan Frans, Calon Nyonya Muda Keluarga Slamat, Tias Solastika.”Saat memperkenalkan diri, Tias mengangkat dagunya sedikit lebih tinggi. Nada suaranya sarat dengan permusuhan yang tak disembunyikan.Melihat gaya menantang yang begitu terang-terangan, Adeline langsung paham. Ia ingin tertawa, jadi ini maksud kedatangannya, untuk “menandai kepemilikan”.Namun Adeline t

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 408 Tak Bisa Menjadi Orang yang Tak Berperasaan

    “Keluarga Stefani? Keluarga konglomerat itu?”“Ya, benar. Kudengar mereka kolaps. Utang menumpuk, dana beku di mana-mana. Selama ini kemewahan mereka cuma topeng belaka...”Hati Adeline seolah tenggelam. Ia segera menoleh pada Leo. “Keluarga Stefani bermasalah?”Leo mengerutkan kening. “Aku belum dengar apa pun.”Adeline tak sempat menjawab. Ia bergegas menuju teras luar aula dan menekan nomor Adelia di ponselnya.“Tut... Tut...”Nada sambung berdering cukup lama, namun tak seorang pun menjawab.Perlahan, kecemasan mulai merayap di dada Adeline. Ia menatap layar ponsel yang tetap gelap, lalu menarik napas dalam-dalam dan kembali ke aula dengan langkah tergesa.“Telepon Adelia tak bisa dihubungi,” katanya dengan suara rendah pada Leo. “Benarkah kabar tentang keluarganya?”Leo tidak terkejut, hanya mengangguk pelan. “Ya.”Adeline langsung menangkap ketidakwajaran dalam nada suaranya. “Kapan kamu tahu?”“Masalah arus kas Keluarga Stefani sudah berlangsung lebih dari setengah tahun,” jelas

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 407 Wajar Jika Ingin Menunjukkan Kepemilikan

    Leo mengernyit. “Apa yang tidak benar?”“Lihat dari raut wajahmu, sepertinya masalahnya tidak sesederhana itu.” Adeline menatap dalam ke matanya, seolah ingin membaca sesuatu dari sana.Leo tersenyum tipis, berusaha terlihat santai. “Tentu saja tidak sederhana. Dokter bilang meski dia sudah sadar, cedera otaknya cukup rumit, butuh waktu panjang untuk rehabilitasi.”Ia melontarkan beberapa istilah medis sembarangan, mencoba mengaburkan keadaan sebenarnya.Adeline tidak menaruh curiga, hanya mengangguk mengerti. “Yang penting dia sudah sadar. Dokter dulu bilang peluangnya hampir nol, jadi sekarang bisa bangun saja sudah keajaiban. Nanti pasti bisa pulih perlahan.”Melihat senyum lega kembali ke wajahnya, Leo tak melanjutkan topik itu lagi. Ia hanya menariknya ke dalam pelukan, dagunya bertumpu di puncak kepalanya. Dalam bayangan yang tak bisa dilihat Adeline, tatapan matanya menjadi suram.Ia menyembunyikan sebagian kebenaran.Dalam panggilan tadi, Stella sebenarnya juga mengatakan bahwa

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 406 Gangguan di Saat yang Tak Tepat

    Leo menurunkannya perlahan ke atas ranjang, lalu menundukkan tubuhnya, kedua tangannya menahan sisi kepala Adeline, sepenuhnya mengurungnya di bawah tubuhnya.Tatapan mata hitamnya menelusuri wajahnya, di kedalamannya berpendar kilatan merah panas...Melihat gelagatnya yang tampak akan benar-benar melanjutkan, Adeline segera menahan dadanya dengan tangan, panik berkata, “Leo, jangan... aku masih harus... file-ku belum...”Ia menundukkan kepala perlahan, suaranya berat dan rendah, membawa nada berbahaya yang dalam. “Nyonya Brown, tahu tidak... mulut kamu ini... benar-benar perlu diajari belajaran.”Begitu kata itu meluncur, bibirnya pun sudah menekan miliknya.Ciuman Leo begitu dalam dan mendesak, panasnya membuat Adeline nyaris kehilangan napas. Ujung jarinya menyusuri pinggangnya, gerakannya lambat namun penuh penguasaan, setiap sentuhan menimbulkan getar halus yang menjalar ke seluruh tubuh.Adeline terperangah dalam napas yang berantakan, kedua tangan yang semula mendorong kini tak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status