Home / Rumah Tangga / Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu / Akan Mengusahakan Kebahagiaan Sendiri

Share

Akan Mengusahakan Kebahagiaan Sendiri

Author: Ayuraa
last update Last Updated: 2024-12-16 17:27:58

Aris mengacak-acak rambutnya frustasi, "seharian kamu bersikap dingin ke aku, terus sekarang, kamu malah ngajak aku ribut dan menuduh aku yang tidak-tidak. Bikin pusing aja!" teriaknya.

"Aku seperti ini juga karena sikap kamu sendiri, Mas. Apa kamu gak sadar, kalo sikap kamu itu gak umum seperti para suami di luaran sana?! Apa lagi setelah menampar aku, kamu juga bersikap abai meskipun kamu tau aku masih marah sama kamu."

"Bukan nya semalam aku udah minta maaf karena udah gak sengaja nampar kamu. Terus, kenapa sekarang masih bahas soal itu? Kamu ini ribet banget jadi perempuan, heran!"

"Minta maaf pun gak tulus dari hati, percuma."

"Terserah deh, males aku berdebat sama kamu. Kenapa sih sekarang kamu kok sering banget ngelawan sama suami? Mau menjadi istri yang durhaka ya?!"

"Kalo sikap kamu benar menjadi suami, sebagai seorang istri aku gak akan melawan kamu, Mas!"

"Terserah, capek aku denger ocehan kamu. Mau tidur!"

Aris kembali naik ke atas tempat tidur, menyimpan ponselnya di bawah bantal kemudian melanjutkan tidurnya kembali.

Sebenarnya Sarah belum merasa puas mengecek ponsel Aris, namun ia tidak bisa memaksa untuk membobol pesan yang ada di ponsel tersebut.

Terlebih lagi Aris juga merasa keberatan dan melarang keras sang istri mengotak-atik ponselnya.

Melihat sikap Aris yang mencurigakan, membuat Sarah semakin merasa penasaran saja.

Hari sudah semakin malam, tidak ingin terlalu memikirkan apa yang di lakukan oleh Aris di belakangnya, Sarah pun memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya.

**

Setiap hari kegiatan Sarah selalu berada di luar rumah. Paling-paling ia keluar jika belanja kebutuhan dapur dan jika ada perlu saja.

"Aku bosan jika terus-terusan seperti ini. Sayang sekali aku hanya lulusan SMA, kalo saja dulu aku mampu untuk kuliah, sekarang aku pasti bisa melamar pekerjaan di kantor yang pendapatannya lumayan," gumam Sarah sembari mengelap vas bunga.

"Sarah.. ngapain kamu kok mau bekerja? Bukannya penghasilan Aris sudah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga? Apa kamu merasa kurang atas nafkah yang sudah Aris berikan untuk kamu, Nak?" Bu Susi yang tidak sengaja mendengar ucapan menantunya, segera mendekat sembari bertanya.

Sarah tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ayo sini duduk dulu, kita bicara," seru Bu Susi. Wanita itu meraih tangan Sarah dan mengajaknya untuk duduk di sofa yang berada di ruang tengah.

"Bukan nya merasa kurang dengan apa yang sudah Mas Aris kasih ke aku, Bu. Aku cuma bosan aja di rumah, sudah satu tahun hanya melakukan kegiatan itu-itu saja. Sebenarnya aku juga mau melihat dunia luar seperti dulu, tapi kan Ibu tau sendiri kalo Mas Aris selalu sibuk. Waktu liburnya pun selalu dia pakai untuk menjalankan hobi nya atau bahkan hanya untuk bermalas-malasan di tempat tidur." Sarah membuang nafasnya dengan kasar.

Bu Susi mengangguk-anggukkan kepala sambil mengelus-elus pundak menantunya.

"Iya, Ibu mengerti Sarah. Maafin anak Ibu ya, karena dia belum bisa membaginya waktunya dengan baik untuk kamu. Dia seperti itu mungkin karena dia terlalu lelah bekerja jadi kalo libur ya dia gunakan untuk istirahat. Terkadang merasa bosan juga dengan semua tuntutan pekerjaan, jadi waktu liburnya dia pakai untuk menjalankan hobi nya supaya dia tidak jenuh dan stres."

Sarah hanya manggut-manggut, benar apa yang ibu mertuanya bilang. Tapi, jika Aris memang berniat ingin menyenangkan hati istrinya, tentu ia juga bisa mengajak Sarah untuk jalan-jalan melepaskan penat meskipun hanya sebentar.

Namun Sarah tidak mau mempermasalahkan hal itu, sekarang ia hanya ingin fokus mencari kesibukan lain agar pikirannya tidak selalu terbebani oleh asumsi buruknya kepada Aris.

"Aku mengerti, Bu. Karena itu aku gak pernah menuntut apapun kepada anak Ibu," jawabnya.

"Kamu memang istri yang baik dan pengertian, Sarah. Aris sangat beruntung memiliki istri seperti kamu yang tidak banyak menuntut suami." Bu Susi tersenyum lebar seraya menatap wajah cantik menantunya.

Mendapatkan pujian dari ibu mertua, Sarah hanya tersenyum simpul. Selama ini, hanya mertua nya lah yang selalu memujinya dengan tulus.

"Mana ada Mas Aris merasa beruntung memiliki istri sepertiku, Bu? Yang ada, aku selalu di abaikan karena aku selalu diam dan menerima," batin Sarah.

**

Setelah mandi dan berdandan rapih, Sarah keluar dari kamarnya dengan wajah yang sumringah.

"Kamu mau kemana sore-sore begini, Sarah?" Aris yang baru saja pulang kerja, bertanya saat ia berpapasan dengan istrinya.

"Mau ke bank, ambil uang," jawab Sarah dengan raut wajahnya yang mendadak berubah menjadi datar.

"Ngambil uang untuk apa?"

"Untuk modal usaha."

"Maksud kamu?"

"Ya aku mau buka usaha, Mas."

"Usaha apa dan kapan?" Tidak seperti biasanya pria itu ingin tahu apa yang ingin istrinya lakukan.

Merasa aneh dengan sikap kepo suaminya, Sarah pun menyipitkan matanya menatap pria tampan di hadapannya itu.

"Tumben banget Mas Aris kepo, biasanya juga gak pernah mau tau apa pun yang aku lakukan," ucapnya.

"Kalo suami tanya, apa susahnya sih buat jawab?"

"Hmmm iya deh iya. Niatnya sih aku mau buka toko bunga. Dan aku mau cari-cari kiosnya dulu, baru deh tentuin kapan mulai jualan nya."

"Mau buka toko bunga? Ngapain sih? Gak usah buang-buang uang deh. Jualan bunga itu belum tentu laku nya loh, nanti bukannya untung yang ada kamu rugi dan cuma buang-buang modal aja."

"Sebentar lagi itu hari Valentine, pasangan di luar sana pasti banyak yang cari bunga untuk orang-orang spesial mereka. Sedangkan di sini kan belum ada toko yang menjual bunga. Aku yakin, usaha aku pasti bakal laku keras, Mas."

"Sarah.. tapi itu kan belum tentu laku untuk jangka panjang, palingan nanti lakunya cuma beberapa hari doang. Jadi, lebih baik gak usah deh. Percaya sama aku! Aku gak mau ya kamu buang-buang uang dari aku untuk hal-hal yang gak jelas seperti itu!"

Mendengar larangan dari Aris, Sarah membuang nafasnya kasar. Ia merasa kesal karena tidak mendapat dukungan dari suaminya, namun sebagai seorang istri, ia juga tidak bisa membantah larangan itu.

"Seharusnya uang yang sudah kamu kasih ke aku, itu bebas mau aku apakan saja, Mas. Tapi karena aku gak mau lagi ribut sama kamu, jadi yaudah deh. Aku gak jadi ke bank, gak jadi ambil uang dan gak jadi mau buka toko bunga," seru Sarah dengan wajahnya yang datar.

Wanita itu melenggangkan tubuhnya meninggalkan Aris begitu saja. Sebenarnya Sarah kesal, namun ia menahan emosinya dan menyampaikan kekesalannya dengan cara yang elegan.

Aris hanya geleng-geleng kepala melihat sikap sang istri yang menurutnya semakin aneh saja.

**

Sekarang Sarah berada di dapur, membuatkan secangkir teh hangat untuk Aris. Ya meskipun suaminya itu tidak memintanya, namun Sarah berinisiatif sendiri.

"Kalau Mas Aris melarang aku menggunakan uangnya untuk membuka usaha, baiklah. Kalau begitu aku gunakan saja uang itu untuk menyenangkan diriku sendiri. Mulai sekarang, aku akan pergi kemanapun yang aku mau dan membeli semua yang aku inginkan menggunakan uang itu."

Selama satu tahun bersama Aris, Sarah selalu menabungkan uang yang di berikan oleh suaminya karena ia ingin mempunyai banyak tabungan untuk anaknya di masa depan.

Ia hanya menggunakan uang itu seperlunya saja dan tidak pernah menghambur-hambur kannya.

Namun karena sudah satu tahun rumah tangganya dengan Aris tidak ada kemajuan sama sekali, membuat Sarah merasa tidak yakin, jika ia akan memiliki anak dari sang suami.

Tidak ingin bersedih terus-terusan, Sarah pun ingin mengubah kebiasaan hidupnya. Jika Aris tidak bisa membuatnya bahagia, setidaknya Sarah bisa mengusahakan kebahagiaannya sendiri menggunakan uang Aris.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sarah Salah Paham

    "Bu, lagi ngapain sih di depan pintu kamar Aris dan Sinta? Ibu lagi nguping mereka?!" Pak Bambang tiba-tiba saja mengejutkan Bu Susi yang sedari tadi sedang asik mendengarkan pertengkaran anak sam menantunya dari kamar tersebut. "Aduh, Pak, ngagetin Ibu aja deh!" ucap Bu Susi sembari mengelus-elus dadanya. "Lagian Ibu ini kurang kerjaan banget sih berdiri di sini! Katanya mau siap-siap untuk masak makan malam? Dari tadi Bapak pikir udah lagi sibuk di dapur, taunya malah kepo sama urusan anak dan menantunya. Gak baik loh, Bu, menguping pembicaraan orang lain. Telinga Ibu bisa di tusuk sama besi panas di akhirat nanti!" Mata Bu Susi langsung terbelalak saat mendengar ucapan suaminya, "astaghfirullahal'adzim, Pak! Kok Bapak tega sih nyumpahin Ibu begitu!" "Loh, Bapak itu ngingetin Ibu, bukan nyumpahin. Udah ayo cepat masak ah! Jangan nguping-nguping lagi!" Pak Bambang menarik lengan Bu Susi untuk menjauh dari kamar putranya. Pak Bambang mengambil air dari dispenser, kemudian meminum

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Dan Sinta Ribut

    Cklek.. Aris membuka pintu kamar, saat itu juga, Sinta langsung menatapnya dengan tatapan sinis dan setajam silet. "Dari mana aja kamu, Mas? Baru ingat, kalo punya istri lain selain Sarah?!" sindirnya. Aris berjalan mendekat dan duduk di atas tempat tidur. "Kamu ini kenapa sensi terus sih? Dari siang, aku kamu marahin terus. Apa kamu gak capek hari ini marah-marah mulu?" tanya Aris dengan lembut. "Ya gimana aku gak marah sama kamu? Kamu itu sadar gak sih, kalo itu bikin aku kesal dan cemburu?!" ucap Sinta dengan wajah yang cemberut. "Apalagi tadi, kamu cuma diam aja saat ibu memarahi aku!" sambungnya. "Iya-iya aku minta maaf, Sayang. Soalnya aku bingung harus gimana, di tambah lagi aku juga kesel karena kamu naro garam banyak di jus yang aku minum, tenggorokan aku sampe sakit loh!" "Salah kamu sendiri lah, itu kan jus yang seharusnya di minum sama Sarah! Kenapa kamu mau-mau aja tuker minuman kamu sama minuman punya Sarah?! Karena itu, rencana aku jadi gagal deh!" omel Sinta.

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Sudah Benar-Benar Mencintai Sarah?!

    "Kamar ini adalah milikku, hak aku, aku yang lebih dulu menempatinya. Jadi aku gak akan mau memberikannya kepada Sinta. Ingat janji kamu ke aku, bahwa kamu akan bersikap adil kepada aku dan istri barumu itu!" lanjutnya. Mendengar semua ucapan Sarah, Aris manggut-manggut. Pria itu mengelus-elus tangan Sarah, menenangkan nya supaya Sarah tidak marah. "Iya-iya, aku gak akan memaksa kamu kok. Kalau memang kamu gak mau kasih kamar ini buat Sinta, yaudah gak papa. Nanti biar aku bicara sama dia. Aku gak mau kalo kamu sampe mikir bahwa aku gak sayang sama kamu karena aku lebih mementingkan keinginan dia daripada menjaga perasaan kamu," ujar Aris sembari tersenyum. "Bagus deh kalau begitu," ucap Sarah. "Yaudah gih sekarang kamu temuin Sinta, bilang ke dia kalo aku gak mau menuruti keinginannya!" "Gampang lah, bisa nanti. Lagian kamu gak kangen sama aku, apa?" "Bukan nya gak kangen, Mas. Cuma kalo kamu di sini terus dan ngebiarin Sinta sendirian di kamar, kan aku jadi gak enak s

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Bertukar Kamar Denganku?

    Bu Susi dan Pak Bambang geleng-geleng kepala melihat ulah Sinta yang baru setengah hari resmi menjadi menantu mereka."Lihat tuh, Ris! Istri baru kamu, belum genap sehari tinggal di rumah ini, sdah bikin masalah aja dengan Sarah!" ujar Bu Susi."Lagian Ibu sih, ngapain coba banding-bandingkan Sinta dengan Sarah terus? Jadi Sinta merasa iri dan kesel deh sama Sarah. Coba aja kalo sikap Ibu itu adil kepada mereka berdua, Sinta pasti gak ada kepikiran buat ngisengin Sarah, Bu," sahut Aris."Kamu ini, istri gak benar masih aja di bela! Lagian kan Ibu itu cuma ngasih tau Sinta dan bicara apa adanya. Emang dianya aja yang punya hati busuk, iri dan dengki terhadap Sarah!""Benar kata Aris, Bu. Sebaiknya Ibu juga harus bisa menjaga perasaan Sinta, jangan selalu memojokkan dia dan membanding-bandingkan nya dengan Sarah. Bagaimanapun Sinta juga kan menantu Ibu, mereka berdua sama-sama istri sah nya Aris, jadi Ibu harus menyayangi mereka dan jangan membandingkan satu sama lain. Dengan begitu, me

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   1-0

    "Kenapa?" tanya Aris. "Mas, kayaknya lebih pekat punya kamu. Gimana kalo kita tukeran? Soalnya aku pengen punya kamu!" ucap Sarah dengan nada bicara yang manja. "Masa sih? Emangnya Sinta bikinnya gak sama?" tanya Aris. Sinta menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar suaminya itu tidak mau menukar gelasnya dengan gelas milik Sarah. "Sama aja kok, Mas," jawab Sinta. "Gak ada yang beda, jadi kamu gak perlu menukar minuman kamu dengan minuman Mas Aris, Sarah!" sambungnya Sinta. "Tuh, kata Sinta, minuman kita sama. Dia pasti bikinnya barengan sekalian, mana mungkin bikin satu persatu?" "Tapi tetep aja, Mas. Jus punya kamu pasti rasanya lebih enak, karena Sinta bikinnya penuh cinta. Kita tukeran ya! Masa sih soal minuman aja kamu gak mau ngalah sama aku? Katanya, kamu sayang sama aku?" cecar Sarah. Ia sengaja membuat madunya cemburu dan kepanasan. "Udahlah, Ris. Kalo memang jusnya sama aja, apa salahnya kamu menuruti permintaan Sarah? Kan rasanya juga gak akan berbeda, yang pent

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Membalas Sarah?

    "Lihat Sarah, dia baru pulang kerja. Sekarang cepat bikinkan minuman untuk Sarah, sekalian untuk Ibu, Bapak dan Aris juga. Kalo kamu mau, buat juga untuk kamu." "Bu, jangan begitu dong," tegur Pak Bambang. "Kenapasih, Pak? Bikin minum doang kan hanya pekerjaan yang mudah, Sinta tentu gak merasa keberatan dong. Biasanya juga Sarah selalu bikin kan minuman untuk kita, gak apa-apa." "Iya, Pak, gak papa kok. Ibu dan Bapak mau di buatkan minuman apa?" tanya Sinta. "Saya mau teh pake perasan lemon, jangan terlalu manis, dan jangan terlalu asam. Jadi, rasa gula dan perasan air lemon nya harus seimbang ya!" pinta Bu Susi. "Iya, Bu." "Kalo Bapak kopi aja, jangan terlalu pait ya, Sinta." "Baik, Pak." "Sarah, cepat pesan kamu mau di buatkan minuman apa sama adik madumu itu?" "Jus mangga aja. Kamu juga mau jus mangga kan, Mas?" ucap Sarah sembari menoleh ke arah Aris. Sinta menatap Aris, memberikan isyarat agar suaminya itu tidak mengiyakan ucapan Sarah. "Iya sudah cepat buatkan jus ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status