"Paman, sebelum aku berpikir untuk menjawabnya. Aku ingin bertanya kepada Paman dan Paman harus menjawabnya dengan jujur." Edgar siap mendengarkan apa yang akan ditanyakan oleh Ivana.
"Apa tujuan Paman menikahiku? Apa benar karena tanggungjawab saja?"Edgar tampak santai, ia sama sekali tidak merasa tegang ataupun tertekan dengan pertanyaan Ivana, seolah-olah ia memang sudah memiliki jawabannya. "Yang pertama mungkin karena tanggungjawab, tapi alasan yang kedua...akan kuberitahukan padamu kalau kita sudah menikah nanti."Ivana terlihat berpikir, tangannya terkepal erat membentuk sebuah gumpalan. Banyak sekali yang dipikirkannya saat ini. Terutama tujuan utama Edgar menikahinya, Ivana yakin ada motif lain.Satu minggu berlalu, sejak Edgar melamar Ivana ....Di sebuah kamar mewah, terlihat wanita itu sedang merias wajahnya sendiri sambil bercermin. Ia memilih lipstik warna merah dan memakai dress panjang berwarna merah menyala. Ia tampak memamerkan senyum indahnya yang memiliki dua lesung pipi di cermin. Belum lagi bentuk tubuhnya yang bisa dikatakan bak gitar Spanyol. Tidak kurus, tidak gemuk, tapi menggoda, ya itulah Ivana Joane Harison.
"Perfect."Saat ia akan memakai anting-antingnya, suara getaran ponsel di atas meja cermin rias membuatnya menghentikan aktivitasnya sejenak dan memilih mengambil ponselnya terlebih dahulu.Ia melihat ada panggilan dari mantan calon suaminya itu dengan ekspresi dingin dan jijik."Hari ini kau akan menikah dengan orang lain, tapi kau masih menghubungiku? Apa kau sudah gila?" gumam Ivana dengan senyuman sinis di bibirnya. "Apa aku harus melayaninya sebentar?" Lantas, Ivana pun mengangkat panggilan dari Rick. Satu tangannya yang dihiasi satu cincin berlian ia letakkan di telinganya bersama ponsel bermerek itu."Mau apa lagi kau menelponku, Rick?" tanya Ivana dengan suara lemah yang dibuat-buat. "Apa kau belum puas menyakiti hatiku?" "Sayang, aku masih mencintaimu. Aku menikah dengan Julia karena ayahku yang memaksa."Terdengar rengekan Rick dari seberang sana yang membuat Ivana semakin jijik.
"Paman Edgar sudah melakukan hal yang benar, Rick. Julia sedang hamil. Tentu kau harus bertanggungjawab kepadanya!" seru Ivana dengan suara yang tegas."Tapi aku hanya mencintaimu, Ivana. Sungguh," lirih Rick.Ivana mendelik sinis mendengarnya. "Lebih baik sekarang kau bersiap-siap, kau harus menikah hari ini, bukan? Aku doakan semoga kau bahagia, Rick. RESTUKU selalu menyertaimu.""Ivana, aku...""Dan maaf, aku tidak bisa hadir ke acara pernikahan kalian. Kau tau kan, ini menyakitkan untukku. Kalian menikah di hari seharusnya kita menikah." Ivana mengembuskan napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya, "Tapi sudahlah...toh semuanya sudah berlalu. Aku harap kau bisa melupakanku, Rick. Semoga pernikahanmu bahagia," ucap Ivana dengan suara lembut.Rick terdiam cukup lama setelah mendengar kata-kata wanita itu. Ivana menebak bahwa lelaki itu tertampar dengan kata-katanya. Namun, ia tidak lagi peduli, karena setelah mengucapkan kalimat tadi, ia langsung memutuskan telepon tersebut secara sepihak."Kau tunggu saja, kejutan dariku Rick, Julia. Kalian tidak boleh melupakanku, karena aku akan membuat kalian merasakan neraka." Ivana tersenyum menyeringai, karena sebuah ide licik sudah dirancangnya dari beberapa hari yang lalu. Hari ini ia pastikan, bukan pengantinnya yang akan menjadi sorotan, melainkan dirinya.Tiba-tiba saja Ivana terkejut, manakala ia merasakan ada sepasang tangan yang melingkar di perutnya dan memeluknya erat."Paman!" Ivana melihat kepala Edgar menempel di bahunya. Hembusan nafas lelaki dewasa itu menerpa leher polos Ivana."Paman?" Pria itu sedikit protes. "Hey, bukankah sudah kukatakan padamu untuk memanggilku dengan benar? Hem?" Edgar mengeratkan pelukannya pada Ivana.
Seperti Ivana, di jarinya juga sudah tersemat cincin yang sama. Cincin pernikahan itu resmi melingkari jari keduanya tiga hari yang lalu, setelah keduanya menikah secara sembunyi-sembunyi.
"Baiklah, Hubby.""Good girl. Ayo kita berangkat sekarang."Edgar melepaskan pelukannya dari tubuh Ivana dan mengajak wanita yang kini sudah menjadi istrinya berangkat ke 'tempat pertunjukan' mereka.
Mata biru milik Ivana berkilat penuh tekad. Ia sudah tidak sabar untuk membalas Rick dan Julia di pesta pernikahan mereka berdua. "Ya, ayo Hubby," balas Ivana seraya mengengggam tangan Edgar. ****Di sebuah hotel mewah yang akhirnya menjadi lokasi pernikahan Julia dan Rick, mempelai wanita nampak tersenyum bahagia.Julia, sang pengantin wanita itu bahkan tidak merasa tergantikan, karena semua yang ia miliki saat ini adalah fasilitas yang seharusnya dimiliki Ivana, kakak tirinya. Bahkan wanita itu tersenyum dengan bangga kala memakai gaun yang juga seharusnya milik Ivana."Astaga, putriku sangat cantik sekali. Tidak heran dia mendapatkan anak konglomerat terkaya nomor 1 di benua ini!" kata Grace yang merasa bangga dengan putrinya. Ia memuji Julia habis-habisan, seolah sikap Julia yang merebut calon suami orang itu adalah suatu prestasi dan kebanggaan.
"Iya Mom, aku akan menjadi nyonya besar Rick Mateo Denvier," kekeh Julia dengan senyuman bahagia di bibirnya."Mommy bangga padamu. Apa Mommy bilang, kau pasti bisa lebih unggul dari anak wanita itu! Anak mommy memang hebat!" Grace tersenyum lebar, seraya mengacungkan satu jempolnya.Namun, di antara mereka berdua, ada seorang anak remaja yang terlihat tidak terlalu senang dengan pernikahan ini, terlebih melihat bagaimana dua wanita itu berbahagia atas hal yang buruk ini.
"Apa yang seperti ini patut dibanggakan? Mommy bicara seolah-olah apa yang dilakukan kak Julia adalah sebuah prestasi, padahal ini adalah hal yang memalukan!"Dialah Vincent, anak laki-laki satu-satunya keluarga Harison yang sedarah dengan Ivana.
"Diam! Kau selalu mengacau saja," ketus Grace seraya melihat sinis pada putranya yang masih berusia 18 tahun itu."Mengacau apanya? Aku hanya berbicara fakta, apa yang patut dibanggakan dari perilaku kak Julia? Dia selalu merebut apa yang dimiliki kak Ivana."Vincent terlihat sedih saat memikirkan Ivana dan marah mengingat kelakauan ibu dan kakak perempuannya ini.
"Bisakah kau diam saja, Vincent! Kakakmu ini tidak merebutnya, hanya saja... lelaki itu memang mencintaiku dan wanita itu saja yang kurang menarik!"Julia melakukan pembelaan, bahwa ia tidak merebut milik Ivana tetapi Rick lah yang datang sendiri padanya karena keburukan Ivana.
"Terserah." Vincent berucap dengan wajah malas, ia tidak mau berdebat lagi dengan Julia dan Grace yang memang selalu ingin menang sendiri. "Kak Ivana pasti sedang menangis sekarang dan pastinya ia tidak akan datang ke pesta ini," gumam Vincent dengan sorot mata sendu memikirkan Ivana.Tak lama kemudian, seseorang datang ke dalam ruangan pengantin wanita dan mengatakan bahwa rombongan pengantin pria sudah datang ke gedung tempat pernikahan akan dilangsungkan.Julia tersenyum lebar, kala dirinya yang digandeng oleh Samuel masuk ke tempat altar pernikahan. Semua tamu memandang dirinya. Tamu yang hadir di sana juga bukan tamu dari kalangan biasa. Melainkan banyak orang-orang luar biasa yang hadir dan kebanyakan adalah rekan bisnis Edgar.Di depan sana, Rick dengan setelan tuxedo berwarna putihnya sudah menunggu Julia. Berbeda dengan Julia yang bahagia, raut wajah Rick terlihat datar.Saat pendeta sedang membuka acara pernikahan itu, atensi Rick tertuju pada seorang wanita cantik yang memakai gaun merah yang tengah duduk seorang diri di salah satu barisan para tamu.Rick jelas terkejut melihat wanita bergaun merah tersebut. Ia kemudian bercicit, "Katanya dia tidak akan datang, lalu ... kenapa dia ada di sini sekarang?"****"Rick, fokus!" Suara Julia membuat Rick kembali fokus pada acara pernikahan mereka berdua. Para tamu undangan bertepuk tangan setelah acara janji suci berlangsung dengan khidmat. Kemudian, satu persatu dari tamu undangan yang hadir itu memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru tersebut. Tidak mau kalah, Edgar pun mengulurkan tangan pada Ivana dan mengajak sang istri untuk turut menghampiri anaknya, mantan kekasih sang istri."Ayo, Sweet heart, kau harus memberikan selamat kepada mereka.""Tentu saja, Hubby. Aku juga ingin memberikan restu kepada mereka," kata Ivana dengan senyuman tipis penuh makna terpatri di bibir merahnya itu. 'Kalian harus membayar mahal atas pengkhianatan yang kalian lakukan padaku, akan aku buat kalian menyesal' kata Ivana dalam hati.Kemudian Ivana pun membalas uluran tangan suaminya. Tidak lupa, wanita itu tersenyum elegan. Ia terlihat sangat cantik dan bersinar hari ini, bahkan beberapa pria di sana menatap dirinya penuh rasa tertarik.Sepasang pengan
Drama keluarga dihari pernikahan itu, menjadi sorotan dan pembicaraan para tamu undangan yang hadir. Terutama teman-teman Rick dan Ivana yang datang kesana. Kebanyakan dari mereka memberikan ejekan kepada Rick yang memiliki ibu tiri muda dan ejekan lainnya adalah Rick yang lebih memilih Julia daripada Ivana. Mereka menilai bahwa Ivana lebih segalanya dari Julia, dia cantik dan cerdas. Namun ada juga yang membela Julia, mengatakan bahwa Julia lebih seksi dari Ivana. Ya, pandangan dan standar pria tentang kecantikan wanita itu berbeda-beda.Berbeda halnya dengan Ivana yang cuek dan bersikap seperti nyonya rumah dalam acara itu, mengikuti suaminya. Rick malah terlihat sangat terganggu kala ia melihat kedekatan Ivana dan Papanya begitu intim. Hatinya berdesir merasakan nyeri dan sesak, Rick tidak paham mengapa begini."Sayang, kendalikan dirimu. Kita harus fokus kepada para tamu, kenapa kau malah melihatnya terus?" tegur Julia seraya menyentuh bahu suaminya dan mencoba
Samuel memberikan ultimatum kepada putrinya tanpa banyak basa basi, ia benar-benar marah dan tidak habis pikir. Bisa-bisanya Ivana menikah tanpa memberitahunya lebih dulu, meminta izin padanya pun tidak ada. Samuel beranggapan Ivana sudah tidak menghargai dirinya sebagai ayahnya.Tak hanya tidak meminta izin menikah, bahkan Ivana menikah dengan lelaki yang usianya 19 tahun lebih tua darinya, bukankah wanita ini sudah gila?"Ivana, kau tidak tuli kan? Beraninya kau bersikap seperti ini pada Papamu!" sentak Samuel dengan suara meninggi, sorot mata yang berkilat marah anak perempuannya itu.Namun, tampaknya Ivana sudah terbiasa dengan suara keras dan sorot mata itu. Ia acuh dan malah mengorek-ngorek kupingnya seolah menulikan rungunya. Ia juga tidak melihat ke arah Samuel yang saat ini sedang berbicara padanya.Meskipun Edgar terlihat diam, namun diam-diam dia memperhatikan Samuel, Grace dan juga Ivana. Ada rasa penasaran didalam hatinya, mengenai keluarga istrinya."Suamiku, tenanglah...
"Sweetheart." Edgar sedih melihat istrinya menangis, dia mengusap basah dipipi Ivana dengan tangannya yang lembut."Papa membenciku Paman, dia membenci aku." Isak tangis wanita bertubuh ramping itu, membuat pertahanan Edgar runtuh. Lelaki itu pun menarik Ivana ke dalam dekapannya, Ivana yang terbuai suasana mulai merasakan hangatnya pelukan lekaki dewasa yang sudah berstatus sebagai suaminya itu."Tidak, dia tidak membencimu. Dia hanya bingung dan matanya sedang tertutup. Suatu saat nanti, aku yakin dia matanya akan terbuka dan dia akan meminta maaf kepadamu!" ujar Edgar sambil mengelus punggung wanita itu dengan kelembutan tangannya. Ia menyalurkan hangat ditubuhnya untuk Ivana.Ivana tidak bicara sepatah katapun, hanya saja terdengar isakan pilu dari bibir mungilnya yang berwarna merah itu. Bersamaan dengan berlinangnya air mata membasahi wajahnya sampai melunturkan make up yang dipakainya. Ivana tidak peduli, yang jelas saat ini ia butuh sandaran dan pe
Wajah Rick berubah menjadi panik, kala ia mendengar suara Julia semakin keras dan itu artinya wanita itu semakin mendekat ke arahnya. Terlintas dalam pikirannya, bagaimana bila Julia memergokinya sedang bersama Ivana berduaan di dalam satu bilik toilet yang sama? Apa yang akan dipikirkan oleh wanita itu nantinya?"Kenapa? Kau takut ISTRIMU akan memergoki kita disini? Kalau kau takut, pergilah!" usir Ivana dengan santainya, bahkan kedua tangannya juga menyilang di dada."Ayolah! Kenapa kau masih disini Rick? Atau kau ingin aku berteriak dan memberitahu dia kalau kita sedang berduaan disini?" Ivana tersenyum sinis, ia terus berbicara pada Rick yang masih membeku itu. Ia tau Rick sedang gelisah dan ketakutan, entah takut pada Julia atau papanya.Ivana jadi berpikir dalam hati, kenapa ia bisa jatuh cinta pada pria seperti Rick? Pengecut, penakut, kekanakan dan masih berlindung dibalik ketiak papanya. Sepertinya ia sudah buta, dan untung saja Tuhan menunjukkan
****Malam pertama Julia dan Rick tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena Rick tidak menyentuh Julia seperti saat mereka belum menikah dulu, yang mana lelaki itu selalu bernafsu kepadanya. Bahkan meminta jatah hampir setiap hari, ketika Ivana tidak bisa memberikan apa yang Rick mau, sedangkan Julia bisa memberikannya.Semalam, Rick menolak ajakan Julia untuk bercinta dengan alibi takut terjadi sesuatu pada bayi yang ada didalam kandungan wanita itu. Mereka juga menunda bulan madu, itu semua karena Edgar yang meminta Rick untuk segera bergabung ke perusahaannya dan mulai bekerja. Karena itu Julia dan Rick hanya diperbolehkan libur selama 3 hari saja dari hari pernikahan mereka."Sayang, apa kita benar-benar harus pindah ke rumah papa Edgar?" tanya Julia sambil melihat suaminya memasukkan barang-barang ke dalam koper."Hem, iya.""Mengapa kita harus tinggal di sana? Bukankah kita bisa tinggal di apartemenmu?" ucap Julia sebagai bentuk p
****Kedua maid berusia 20 tahunan itu tampak terkejut melihat bagaimana cara tuan mereka, pemilik rumah ini memperlakukan istri kecilnya. Di hadapan gadis bernama Ivana, seorang Edgar seperti singa yang berubah menjadi kucing dan tunduk kepada induknya.Edgar melirik kedua maid itu, kemudian ia mengisyaratkan kepada mereka berdua untuk pergi meninggalkan dapur. Setelah kedua maid itu pergi, barulah Edgar berbicara dengan Ivana."Kenapa kau masuk ke dapur hem? Bukankah aku sudah mengatakan agar kau melakukan apa yang kau mau!" ucap Edgar seraya menarik pinggang Ivana dan tak seberapa lama kemudian tubuh mereka pun menempel."Ini yang aku inginkan, memasak!" jawab Ivana dengan senyuman manis di bibirnya."Benarkah? Kau tidak lelah memasak?" tanyanya khawatir."Aku suka memasak Paman. Dan bukankah kita harus memerankan suami istri yang mesra juga bahagia? Apalagi dihadapan orang-orang," bisik Ivana pelan, sebab ia takut kalau ada yang mendengar ucapannya.Rahang Edgar mengeras dan tanga
Timing yang pas sekali, dimana Rick dan Julia datang disaat Edgar dan Ivana sedang melakukan adegan berbau 18+ di dapur. Ivana memasang senyum termanisnya, sembari merapikan rambutnya yang tadi sempat dibelai juga oleh Edgar.Ivana harus menunjukkan kepada dua orang yang sudah menyakiti hatinya, bahwa ia bahagia alias sudah move on. Bahagia dengan orang yang jauh lebih baik tentunya, yaitu Edgar mantan calon ayah mertua yang sekarang sudah menjadi suaminya.'Lihatlah bagaimana wajahmu saat ini Rick. Akhirnya kau menyadari kenyataan bahwa aku sudah menjadi ibu tirimu' kata Ivana bersorak senang dalam hati, manakala ia melihat raut wajah Rick saat ini. Pucat, matanya berkilat marah, tangannya terkepal dibawah dan yang tampak jelas adalah bagaimana caranya menatap Ivana sekarang.Rick syok melihat papanya berciuman dengan mantan kekasihnya, ia tidak percaya bahwa hubungan keduanya itu nyata. Mereka tidak berpura-pura, sebab Rick tau benar papanya tidak pernah melakukan kontak fisik denga