Home / Romansa / Kau Selingkuhi Aku, Kutiduri Adikmu / Malam panas dengan pria lain

Share

Malam panas dengan pria lain

Author: Sandarra L
last update Last Updated: 2025-02-08 13:16:47

Fiona terbangun dengan kepala berat.

Rasa nyeri menjalar di seluruh tubuhnya, terutama di tempat-tempat yang tak seharusnya terasa sakit. Pandangannya masih sedikit kabur, pikirannya berkabut, tetapi satu hal yang pasti—ini bukan kamarnya.

Ia mengedarkan tatapan ke sekeliling ruangan yang asing. Cahaya temaram dari lampu tidur menyoroti kasur yang berantakan, pakaian yang berserakan di lantai, dan aroma kayu cedar yang masih pekat di udara.

Jantungnya berdetak lebih cepat.

‘Sial. Apa yang sudah kulakukan?’

Seperti potongan film yang diputar ulang dalam pikirannya, ingatan semalam menghantam Fiona tanpa ampun.

Bibir panas yang melumatnya dengan rakus. Tangan besar yang menjelajahi tubuhnya, menyentuh setiap inci kulitnya seolah ingin menghafal setiap lekuknya. Napas yang memenuhi ruang, bercampur dengan erangan tertahan.

"Fiona...."

Suara itu bergaung di kepalanya.

Fiona menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gelombang panas yang kembali menyerang inti tubuhnya. Ia mabuk. Ia putus asa. Itu saja.

Tapi tubuhnya tidak bisa berbohong.

Pria itu… menyentuhnya dengan cara yang berbeda.

Tidak sekadar menuntut, tidak sekadar memiliki—tapi seolah sedang menyembahnya.

Lembut, penuh perhatian.

Seakan-akan ia berharga.

Seakan-akan ia pantas untuk dicintai.

Jauh berbeda dari Antonio.

Antonio hanya menyentuhnya ketika ia menginginkannya, tidak pernah ketika ia membutuhkannya. Tidak ada kehangatan, tidak ada kata-kata pelan yang membuatnya merasa dihargai.

Sementara pria asing itu…

Fiona menarik napas dalam, lalu menggeleng pelan. Tidak. Ini hanya kesalahan. Ini hanya satu malam yang harus segera ia lupakan.

Dengan susah payah, Fiona bangkit dari tempat tidur. Seprai putih kusut, meninggalkan jejak panas yang seharusnya tidak pernah ada. Langkahnya masih sedikit lemah, mengingatkan dirinya betapa liar dan tidak terkendalinya malam itu.

Ketika hendak mengambil gaunnya yang tergeletak di lantai, matanya menangkap selembar kertas di atas nakas.

Fiona mengambilnya, membaca pesan singkat yang tergores rapi di atasnya.

[Tunggu aku kembali.]

Ia terdiam.

Lalu, tawa dingin keluar dari bibirnya.

Seorang gigolo berani meninggalkan pesan seperti ini?

Apa pria itu berharap bisa memiliki hubungan lebih jauh dengannya hanya karena mengenalinya, sang tamu VIP kelab?

Fiona menggeleng, lalu merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah pena serta cek kosong.

Tanpa ragu, ia menuliskan angka 10 juta.

Kemudian, Fiona meraih secarik kertas yang disediakan hotel dan menuliskan dua kalimat lain.

[Anggap tidak ada yang pernah terjadi. Kamu dan aku tidak pernah bertemu sama sekali.]

Fiona meletakkan cek itu tepat di atas meja, lalu meraih tasnya dan berjalan keluar dari kamar tanpa menoleh lagi.

Wanita bodoh yang lemah lembut dan penuh harapan sudah mati. Yang ada sekarang hanyalah seseorang yang tak akan pernah membiarkan dirinya diinjak lagi.

*Satu jam kemudian*

Aiden Carter mendorong pintu kamar hotel dan melangkah masuk dengan santai.

Tubuh tegapnya masih dibalut kemeja yang kini telah bersih. Langkahnya mantap, tidak terburu-buru, membuat udara di sekelilingnya yang biasa terasa berat, sekarang terasa lebih hangat dan lembut.

Namun, begitu matanya menangkap ranjang yang telah kosong, langkah Aiden terhenti. Auranya menjadi sedikit gelap.

Di mana wanita itu?

Selagi pandangannya menyapu ruangan yang masih berantakan tersebut, mata pria itu menangkap sesuatu di atas meja nakas.

Sebuah cek.

Di bawahnya, ada secarik kertas dengan tulisan tangan yang rapi.

[Anggap tidak ada yang pernah terjadi. Kamu dan aku tidak pernah bertemu sama sekali.]

Hening.

Satu detik. Dua detik.

Lalu—

KRAAKK!

Suara kertas diremas terdengar tajam dalam kesunyian.

Rahangnya mengeras. Napasnya pelan, tetapi ada sesuatu di mata pria itu—kemarahan yang membara di balik kontrol dinginnya.

"Beraninya dia menghinaku seperti ini...."

Suara Aiden rendah, nyaris seperti geraman.

Di luar pintu, seseorang melangkah masuk dengan hati-hati.

“T-tuan, saya minta maaf. Saya tidak menyangka Nyonya akan pergi lebih cepat....”

Aiden tidak langsung menoleh.

Sebaliknya, ia mengendurkan genggamannya, menatap kertas yang kini kusut dalam tangannya.

Ada keheningan panjang sebelum akhirnya ia menghela napas dan—tertawa.

Tertawa pelan, dalam, rendah.

“Sedari dulu, memang hanya dia yang mampu membuatku menggila. Bukan begitu, Emerson?” ucapnya kepada sang bawahan yang tampak bingung bercampur takut.

Bagaimana Emerson tidak takut? Tuannya selama ini tidak pernah menyentuh wanita sedikit pun, tapi … sekarang setelah dia berakhir memilih seorang wanita, terlepas dari betapa menjeratnya status mereka, wanita itu malah kabur begitu saja?

Emerson tidak akan kaget kalau majikannya berniat menyiksanya habis-habisan sebelum berakhir memecatnya!

Namun, tak disangka, suara Aiden tetap tenang. “Kapan dia pergi?” tanyanya lagi.

“Satu jam yang lalu, Tuan,” jawab Emerson cepat. “Dari laporan, sepertinya Nyonya mengarah kembali ke kediamannya dan Tuan Antonio.”

Mendengar itu, Aiden menyeringai.

Wanita itu pulang begitu saja, seolah tidak terjadi apa pun? Padahal kenyataannya dia telah bermalam dengan pria lain selain suaminya?

Memang wanita yang luar biasa.

Menepis pemikiran itu, Aiden akhirnya menatap ke arah ranjang, tempat di mana Fiona terbaring semalaman sebagai ‘miliknya’. Di sana, sesuatu menarik perhatiannya.

Sebuah gelang kecil.

Ia meraihnya, memutar benda itu di jari, membaca ukiran halus di permukaannya.

"Fiona J."

Tangannya mengencang sedikit.

Lalu, tanpa ragu, Aiden menyelipkan gelang itu ke dalam saku jasnya.

Emerson menelan ludah, terlihat ragu sebelum akhirnya berkata, “T-Tuan Aiden … ini ….”

Aiden mengangkat pandangannya, sorot matanya dingin tetapi penuh intensi yang sulit diartikan.

“Kalau ada yang tertinggal, sudah kewajiban kita untuk mengembalikannya. Bukan begitu, Emerson?”

Udara di sekelilingnya terasa lebih dingin, membuat sang bawahan menggigil. Dia memberanikan diri bertanya, “M-maksud Tuan …?”

Aiden berbalik dan melangkah keluar dari ruangan hotel. Emerson bergegas mengikuti.

“Mari kunjungi kediamannya,” ucap Aiden tegas, sebuah senyum kecil terukir di wajah. “Kakak iparku harus mendapatkan kembali gelangnya dan … aku ingin tahu bagaimana reaksinya saat tahu siapa yang telah dia tiduri tadi malam.”

Aiden Carter, pria yang telah tidur dengan Fiona di malam yang lalu, adalah presdir salah satu perusahaan perhotelan multinasional terbesar dunia, Haven International, sekaligus putra kedua dari keluarga Carter yang ternama.

Ya, itu benar. 

Aiden adalah adik kandung Antonio Carter sekaligus adik ipar dari Fiona!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Selingkuhi Aku, Kutiduri Adikmu    Godaan Aiden

    Fiona membeku.Jantungnya seperti berhenti berdetak sesaat.Aiden menunggu reaksinya dengan senyum samar, menikmati keterkejutan yang terpeta jelas di wajah Fiona."Apa?!" suara Fiona nyaris melengking. "Kau pasti sudah kehilangan akal, Aiden!"Aiden tetap tenang, matanya tak lepas dari wajah Fiona yang merah padam karena marah."Kenapa terkejut, Kakak Ipar?" Aiden menyandarkan tubuh ke sofa. "Kita sudah melakukannya sekali. Tidak ada salahnya mengulanginya." Ucapnya tanpa dosa.Wajah Fiona memanas, bukan karena malu, tapi karena amarah yang membara. "Berengsek! Aku tidak akan melakukannya lagi!"Aiden menghela napas, lalu berdiri. Gerakannya santai, tapi matanya menatap Fiona tajam."Kau ingin bebas dari pernikahan ini, Fiona," katanya dengan nada malas. "Aku menawarkan solusi. Kau hanya perlu menuruti syarat terakhirku."Fiona mendecak. "Omong kosong! Apa hubungannya tidur denganmu dengan perceraianku dengan Antonio?"Aiden mendekat, hanya beberapa inci dari wajahnya. "Aku tidak suk

  • Kau Selingkuhi Aku, Kutiduri Adikmu    SYARAT DARI AIDEN

    "Silakan, Nona Fiona,” ucap sang kepala pelayan kala dirinya dan Fiona tiba di depan sebuah kamar.Fiona melangkah masuk dan memandang isi ruangan luas itu. Kamar yang diberikan padanya ternyata lebih mewah daripada yang Fiona bayangkan. Nuansa krem dan emas mendominasi interior, ranjang king-size dengan tirai tipis di sisi-sisinya, serta lampu gantung kristal yang berkilauan. Sebuah balkon kecil dengan tirai terbuka, sedikit menampakkan pemandangan taman yang indah di luar.Namun, keindahan ruangan ini tak sedikit pun membuatnya merasa nyaman.“Terima kasih,” gumam Fiona, mencoba terdengar tenang.Kepala pelayan tersenyum tipis. "Jika ada sesuatu yang Anda butuhkan, Anda bisa memanggil salah satu staf kami atau menekan bel di dekat meja."Fiona mengangguk kecil. "Aku mengerti."Kepala pelayan menatapnya sesaat, seolah ingin mengatakan sesuatu. "Nona Fiona," katanya akhirnya, suaranya lebih pelan. "Saya tahu ini bukan keputusan yang mudah, tetapi percaya lah, Tuan Besar Carter hanya

  • Kau Selingkuhi Aku, Kutiduri Adikmu    MASUK KE DALAM KANDANG SINGA

    Fiona terperangah.Jantungnya serasa berhenti berdetak saat dugaannya akhirnya terbukti benar.Aiden.Pria yang tidur dengannya malam itu… adalah Aiden Carter! Adik iparnya sendiri!Melihat ekspresi Fiona, Aiden tersenyum sinis. “Jadi, benar dugaanku… kau sebenarnya sudah menyadarinya.”Napas Fiona tercekat. Tubuhnya kaku, pikirannya kacau. Pria yang tidur dengannya jelas dalam keadaan sadar, jadi … kalau benar pria itu Aiden, kenapa dia masih menidurinya!?“Kau … kenapa kau membiarkan semuanya terjadi!?” seru Fiona.“Oh? Setelah dirimu yang memaksaku untuk membantumu, sekarang kau malah menyalahkanku? Hebat sekali kau, Fiona Johnson.”Ekspresi Fiona berubah runyam. Memaksa? Bagaimana bisa memaksa kalau dirinyalah yang berada dalam pengaruh obat perangsang!?“Kau sepenuhnya sadar, tidak sepertiku. Saat tahu aku memintamu, betapapun aku memaksa, seharusnya kau menolakku!”Balasan Fiona membuat ekspresi Aiden berubah suram untuk sesaat, sebelum akhirnya sebuah senyuman kembali terlukis

  • Kau Selingkuhi Aku, Kutiduri Adikmu    BAYANG MALAM PANAS

    Di dalam mobil, pikiran Fiona masih terasa ribut.Setelah kejadian di hotel dan pertengkarannya dengan Antonio serta Amber, dia juga hampir tertabrak oleh mobil karena melamun. Seakan tidak cukup melelahkan, sekarang dia masih harus satu mobil dengan Aiden, pria yang sedari dulu begitu membencinya.Diam-diam Fiona melirik kepada pria di sebelahnya.Jauh sebelum dirinya mengenal Antonio, sebenarnya Fiona sudah mengenal Aiden lebih dulu. Dan itu karena mereka satu jurusan semasa kuliah.Aiden Carter, putra kedua keluarga Carter yang ternama, merupakan sosok yang terkenal genius dan berkemampuan, terutama dalam hal bisnis. Akan tetapi, berbeda dari kakaknya yang ramah dan pintar membangun koneksi, Aiden lebih ketus, dingin, dan tidak memiliki banyak teman.Walau demikian, masih banyak wanita yang nekat mengejarnya, dan itu semua berkat ketampanannya.‘Apa yang tampan darinya?’ batin Fiona sembari mendengus dalam hati, mulai memerhatikan wajah Aiden.Mata elang, hidung tinggi, bibir tipis

  • Kau Selingkuhi Aku, Kutiduri Adikmu    Terdengar seperti sebuah ancaman

    “Fiona!” Seruan Antonio menyentak lamunan Fiona.Wanita itu pun langsung menjauhkan diri dari tubuh Aiden dan menoleh ke arah sang suami yang baru saja tiba.“Aiden?” panggil Antonio, bingung melihat kedatangan sang adik yang tidak diundang. “Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu di luar negeri?”Melihat ekspresi Fiona dan Antonio yang canggung dan tidak menduga kedatangannya, Aiden hanya tersenyum penuh arti. “Aku hanya berkunjung karena disuruh Kakek, tapi … sepertinya aku mengganggu sesuatu?”Mata Aiden menatap ke arah wajah Fiona dan Antonio, lalu kepada Amber yang terduduk di lantai ruang tamu.Antonio angkat suara, “Aku dan kakak iparmu sedang sibuk, jadi bisakah kamu–”“Tidak, kamu tidak mengganggu apa pun,” Fiona memotong kalimat Antonio untuk menjawab Aiden. “Karena Antonio sedang sibuk dengan kakakku, biar aku sebagai salah satu tuan rumah yang menjamumu malam ini. Ikut denganku.”Aiden melirik Fiona dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas, sudut bibirnya terangkat, seolah

  • Kau Selingkuhi Aku, Kutiduri Adikmu    Suara familiar

    Suara tamparan yang bergema membuat ruang tamu kediaman itu menjadi hening.Antonio bergeming, memandang wajah Fiona yang memerah bergantian dengan tangannya yang baru saja mendarat di sana.Dia … baru saja menampar Fiona!Memang, sejak awal di antara mereka berdua tidak pernah ada cinta, tapi pria itu sama sekali tidak pernah bersikap kasar pada Fiona, apalagi sampai bermain fisik. Namun, karena terbawa emosi akibat hinaan Fiona kepada Amber, dia lepas kendali!“F-Fiona, aku ….”Fiona menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “kamu menamparku?”Antonio terdiam, berbagai hal berkelebat dalam benaknya.Demi Amber, dia baru saja menampar istrinya, tapi Antonio merasa itu hal yang wajar. Lagi pula, sedari awal dia tidak pernah sedikit pun mencintai Fiona. Walau memang Fiona begitu penurut dan perhatian padanya, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Amber yang sungguh cantik dan memahami dirinya sejak awal!Dan lagi, Fiona telah menghina Amber, jadi wajar bila Antonio menam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status