Home / Horor / Kau yang Diantaranya / Misteri Kematian

Share

Misteri Kematian

Author: Su Ian Utra
last update Last Updated: 2021-08-21 21:03:06

Hidup mu adalah rangkaian pilihan yang kau ambil.

* * *

Senja mulai turun tiga perempat bumi. Wira dan Aiza kembali ke kantor, merapikan tas mereka sebelum pulang. Beberapa guru masih di dalam merapikan tugas siswa, sementara yang lain menyapa mereka berdua.

Si pria berkuncir ijin pamit duluan, Senin nanti dia harus mengajarkan alat musik seruling pada anak-anak. Niat hati membeli peralatan musik ke toko langganannya. Aiza tak percaya seorang Wira, bisa menunda malam Minggunya hanya untuk membeli beberapa seruling. Firasatnya mengatakan ada yang tidak beres dengan lelaki itu, sepulang mereka membahas mengenai Taklif tadi. Tanpa perdebatan panjang, Aiza mempersilahkan lelaki itu melanjutkan perjalannya menggunakan motor vintage sport, keluaran Yamaha model XSR-155.

Aiza menyusulnya di belakang dengan motor matik berwarna silver. Keluaran pabrik yang sama, Yamaha FreeGo S Version. Seorang gadis SMA tersenyum ke arahnya, Aiza melambaikan tangan--memakai helm, membonceng gadis itu menuju sebuah alamat yang dibisikan padanya.

Matahari terik di musim panas, membawa alir angin beraroma tanah kering. Nampaknya langit memang sedang bersemangat membantu mereka, untuk menemukan sebuah alamat yang sejak tiga puluh menit mereka cari. Sebuah bangunan rumah sederhana, bertipe minimalis, dengan cat dasar berwarna abu-abu. Aiza menepikan motor di halaman rumah itu, melepas helm yang melindungi kepalanya dari sengatan matahari ke ubun-ubun.

Kemeja warna maroon sedikit basah, keringat bercucuran di punggung tegapnya. Sambil menyeka keringat, ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Namun nampaknya tak ada seorangpun, ia menunggu sekitar 5 menit. Mobil Avanza hitam muncul dari arah pintu pagar, bertinggi satu meteran--terparkir di halaman rumah. Seorang pemuda kisaran usia 23 tahun. Dengan kemeja hitam polos setelan jeans, sepatu sport berwarna senada hitam, turun dari dalam mobil dengan ekspresi bertanya.

Mereka saling menyapa dan memperkenalkan diri, sebelum akhirnya pemuda bernama Jenggala mempersilahkannya masuk. Mereka duduk di ruang tamu, tak terlalu besar namun nyaman. Sebelumnya Aiza melirik ke dalam dan seisi ruangan, warna abu-abu dan cream mendominasi. Beberapa warna putih hanya di sudut-sudut kecil, memberi warna sedikit penerang agar tak terlalu kelam.

"Maaf jika mengganggu waktu istirahatnya." Aiza basa-basi duduk berhadapan, dengan pemuda berwajah tirus namun sorot matanya nampak kosong. Kantung mata hitam nampak jelas terlihat, sepertinya ia tak tidur beberapa hari.

"Ah tidak Pak, saya hanya tidak tau apa yang membawa anda kemari." Jawabnya ramah, menggulung baju lengan panjang agar sedikit sejuk. 

"Hm, sebelumnya saya perkenalkan diri kembali. Nama saya Aiza, guru Biologi untuk olimpiade di SMA Santa Maria. Salah satu murid kami bernama Gea Meriska, adalah anggota olimpiade. Namun dua minggu ini saya tidak menerima kabar darinya, dari pihak keluarganya bilang, anak itu mengikuti camp olimpiade untuk acara bimbingan belajar bersama teman-teman satu kelas. Kebetulan keluarga Gea memberikan alamat anda. Jadi, boleh saya tau apa yang terjadi?" Sorot mata pemuda itu berubah, kali ini lebih tajam dan kelam.

Gerak-gerik nampak tak suka dengan pertanyaan Aiza, namun seulas senyuman di bibir pucat menjawab. "Gadis itu memang sudah bermasalah, lagi-lagi dia berbohong dengan dalih bimbingan belajar. Hah.. lebih baik anda abaikan saja dia." Aiza melirik ke samping kanan pemuda tinggi, dengan postur tubuh kurus itu. Wajah Gea berubah mengerikan, gadis itu bercucuran darah dari tengkorak kepala kirinya yang pecah. Aura tubuhnya menjadi terasa panas, Aiza menghela napas agar tetap tenang.

"Apa benar Gea berbohong? Saya rasa tidak, karena.. satu minggu ini dia mengganggu untuk dipertemukan dengan kau Jenggala." Ucapan Aiza membuat pemuda itu terbelalak, menyunggingkan sudut bibirnya.

"Lu gila!" Jenggala nampak histeris. Sementara Gea makin terlihat buruk.

"Bertobatlah."

"Lu gila!" Pemuda itu berdiri dari kursi, Aiza menatapnya intens pada posisi awalnya.

"Apa.. aku harus menunjukkannya pada mu?"

"L-Lu! Apa yang lu rencanain dengan kebohongan begitu, hah!?"

"Kebenaran." 

"Kebenaran?! Ga ada kebenaran, semua bohong!"

"Semakin kau menyangkal, dia akan semakin membuat hidupmu tidak tenang."

"Lu pasti bersengkongkol' kan! Jawab lu bangsat! Gua bunuh lu!" Jenggala mengambil bingkai foto, yang terbuat dari aluminium bersudut tajam. Niat hati memukul Aiza dengan benda itu, hingga ia tak sadarkan diri atau mati.

"Mau sampai mana kau berbuat jahat!" Nada suara Aiza berubah, ia berdiri menghentikan Jenggala. Pergelangan tangannya dicekal, pupil Aiza membesar, sorot mata tajam penuh amarah. "Kau mengambil semua yang aku miliki, kau memperkosaku! Kau membunuhku! Kau telah membunuhku!!" Teriak Aiza, tidak' mungkin tubuh lelaki itu telah diambil alih Gea.

"L-Lu.. si-siapa lu!?"

"Gadis bodoh yang mencintai cowo berhati busuk! Kau harus membayar semuanya, kau harus membayar semuaaa...aaAAA! AGH hah, hah, hah!" Kedua tangan Aiza berada di leher Jenggala, ia nyaris mencekik leher pemuda itu jika saja kesadarannya tak lekas ia kembalikan. "Ka-kau.. harus mengakui semuanya. Jika tidak, dia akan datang setiap hari dalam mimpi dan hidupmu. Bayarlah semua kesalahan mu, jika tidak. Mungkin lain kali, bukan aku yang akan datang menghentikan kemarahannya."

Aiza merasa pusing dan lemas, meninggalkan Jenggala dan pergi menuju motor matiknya. Mata coklat itu mampu melihat, sosok Gea yang menatap marah pada Jenggala. Hanya sampai disinikah ia mampu menghentikan Gea?[]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau yang Diantaranya   Di Persimpangan Malam

    Tak ada yang tau bagaimana jalan cerita ini. Cerita hidupku, dan masa depanku. Maka dari itu aku butuh seseorang meyakinkan ku. Bahwa semua ini bisa kami jalani bersama. * * * Satu malam sebelum hari pernikahan tiba esok. Naya memilih duduk di kursi santai yang tepat menghadap kolam renang hotel. Tempat di mana acara pernikahan mereka akan dilaksanakan. Mungkin menakutkan ya memang, apa lagi pandangan mata Naya tidak sama seperti yang lainnya. Namun kali ini, dia merasa akan baik-baik saja. Salah satunya karena Aiza duduk di sampingnya. Malam itu langit bertabur bintang, cerah seperti yang mereka inginkan. Kedua kakak beradik ini akan terpisah jarak dan waktu. Tetapi bagi keduanya, tidak ada penyesalan yang harus mereka sesali. Sementara Nayanika menatap bintang, Aiza menunggu apa yang ingin adiknya itu sampaikan. Lelaki jangkung itu sedikit bingung. Untuk apa Naya memanggilnya tiba-tiba. Apa lagi di tempat sepert

  • Kau yang Diantaranya   Bagaimana Aiza?

    Mungkin mata ku tidak akan bisa melihat mereka kembali.Tetapi, aku akan selalu menghormati keberadaan mereka.Mungkin tak dapat dilihat oleh mata, tetapi bisa di mengerti melalui Sang Pencipta.* * *Aku menelepon kakek dan menceritakan perihal mimpi itu. Tentang sosok yang kutemui, taman itu, dan dua gerbang dunia di sana yang berbeda. Air yang aku minum dan juga kulihat. Lalu kakek bilang aku sangat beruntung. Ada makna dalam mimpi tersebut, satu mengenai bagaimana caraku menggunakan kemampuan melihat makhluk itu. Kedua mengenai bagaimana selama ini aku membantu dengan kemampuan itu, dan yang ketiga adalah apa yang terjadi jika aku menggunakannya dengan tidak bijaksana. Juga, mengenai balasan apa yang akan diterima jika perbuatan kita baik atau buruk.Namun kakek mengingatkan bahwa, semua kembali pada cara ku memperlakukan kehidupan.Surya telah mengatakannya pada Enah dan Bapak. Aku mengantarkann

  • Kau yang Diantaranya   Malam yang Panjang

    Aku tidak yakin. Tentang semua hal saat ini.* * *Setelah obrolan dengan Suryakanta, Nayanika duduk di gazebo halaman belakang di subuh hari. Ngeri betul kalau ada yang melihat gadis itu sendirian. Mereka pasti akan mengatakan ada penampakan kuntilanak. Walau sebenarnya memang ada sih di pohon besar sana. Di salah satu halaman tetanggangganya.Naya sudah kenal dengan sosok wanita itu. Tetapi berkat perlindungan kakek, dia tidak bisa masuk ke sini. Makanya sesekali Naya yang mengunjunginya. Hanya saja subuh ini mereka hanya saling menyapa lewat semilir angin."Aku gak mau canggum lagi di kantor, jadi. Malam ini aku mau ngomong sama kamu Nay!""Bentar. Ngomong apaan?""Tentang ucapan kakek atau Kak Aiza." Hening sejenak, "..walau tanpa restu mereka pun. Aku akan mengatakannya sama kamu Nay. Aku jatuh suka! Jauh sebelum ini. Saat kita masih di

  • Kau yang Diantaranya   Naya dan Mereka

    Jika kakak tanyakan 'apa aku baik-baik saja?'Sebenarnya aku takut. Tetapi..Selama kalian bersama ku. Sesulit apapub itu, aku akan baik-baik saja.* * *Aku terkejut, tak berani menatap matanya ataupun melihat wajahnya. Kak Aiza mengatakan hal itu, seolah selama ini dia adalah beban untukku. Padahal, akulah yang menjadi bebannya selama ini.Sejak ia bisa melihat mereka. Sedetik pun, dia tak pernah absen mencemaskan keadaan ku. Bahkan di saat untuk pertama kalinya. Kami bisa berbagi cerita dan rahasia mengenai mereka. Kak Aiza harus bergelut dengan rasa takutnya sendiri.Benar. Aku tau Ka Aiza harus menutup indra ke enamnya karena ketakutan Enah. Bahkan ketika dia harus memilikinya kembali. Hal yang paling ia cemaskan adalah perasaan Enah. Bahkan aku juga yakin, saat ini kakak juga pasti memikirkan. 'Apa Enah akan mengetahui cerita ini. Sekali lagi?'.Aku tidak tau, bagaimana car

  • Kau yang Diantaranya   Aku Juga Tidak Tahu

    Sekali lagi. Ini terjadi, tetapi aku juga bertanya mengenai hal yang sama."Apa aku benar-benar telah kehilangan kemampuan itu?"* * *Jika dulu kemampuan itu membawa perpecahan diantara keluarga. Dan memilikinya kembali, juga menyatukan keluarga ini. Lalu kenapa aku merasa, justru ada yang hilang dan kehilangan arah ketika tak memilikinya?Bukankah dulu ketakutan terbesar karena memiliki kemampuan itu. Tetapi karena hal itu juga, aku bisa menolong banyak orang. Tidak. Bukan berarti aku kecewa pada keputusan ini atau.. mengapa harus sekarang kemampuan itu menghilang. Apakah kemampuan itu tidak akan kembali lagi, bahkan untuk selamanya kali ini? Bagaimana dengan Nayanika, adikku itu. Kenapa dia tidak berkata apapun jika memang benar dia sudah mengetahuinya.Tiga bocah itu! Apa mereka ada di sini. Di rumah ini? Aiza tiba-tiba bangkit dari rebahannya, lalu mengamati seisi ruangan televisi. Ia mengambil tongkat

  • Kau yang Diantaranya   Niskala atau Seva?

    Bolehkah, seseorang membagi tubuh dan jiwanya? Aku juga tidak mengerti menjawab perihal ini. Terlebih, setelah dunia itu tertutup kembali untukku. * * * Seva masih di sini. Dia tidak lekas menjawab perkataanku, yang tentu saja membuat rasa penasaran bertambah.Apa Niskala memang ada dengan meraka? Apa jiwa Niskala tidak tenang? Atau Seva hanya mempermainkannya saja, setelah mengetahui kebenaran dari nya? Aiza tidak yakin wanita di depannya benar-benar Niskala. Bukan kah Seva tidak bisa melihat mereka juga. Lalu, mengapa dia mengatakan hal itu? Apa Shin yang menyuruhnya untuk berakting. "Sepertinya, kau benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi tenang saja hahaha, aku hanya bercanda Aiza!" seva tertawa di depannya, tapi aiza tidak tahu apa itu memang layak untuk ditertawakan. "Hah.. kau tidak suka rupanya, maaf. Tapi.. ya aku berharap kakak ku, Niskala. Memang masih berada di dunia ini." Ekspresi ga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status