Beranda / Romansa / Kawin Culik Sang Jenius / 2. Mencoba Melarikan Diri

Share

2. Mencoba Melarikan Diri

Penulis: Rainy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-12 10:29:29

.

.

.

Malam telah berganti pagi di pulau Henai, wanita yang sebelumnya terus berteriak itu saat ini kembali terbangun dengan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Sayup-sayup, sekilas wanita itu mulai membuka kedua matanya dengan sangat perlahan. Sejujurnya saat ini, dirinya berharap bahwa semua yang terjadi padanya kemarin hanyalah sebuah mimpi atau sekedar ilusi. Sayangnya, harapannya hanyalah sebuah angan-angan belaka karena ternyata ia mendapati dirinya masih berada di ruangan terkutuk itu.

Membayangkan kejadian kemarin, hati Mawar seketika tersayat. Ia tidak bisa membayangkan bahwa si kucluk yang dulu jelek itu bisa menculiknya begitu saja dan bahkan telah berani menciumnya! Tidak! Mawar merasa tidak boleh terus berada disana lebih lama lagi, atau kalau tidak, dia akan mengalami hal-hal yang lebih buruk dari yang diterimanya kemarin. Dengan pemikiran itu, Mawar bergegas bangkit dari tidurnya dan berpikir sebentar untuk mencari jalan keluar.

Oh. Pinggiran meja!, batinnya sembari turun dari ranjang untuk menggesekkan tali yang mengikat kedua tanggan-nya itu pada pinggiran meja yang terlihat cukup lancip disana.

“Sret! Sret! Sret!” Dengan cepat Mawar menaik-turunkan kedua pergelangan tangannya itu, namun sepertinya dirinya memerlukan waktu yang lebih lama karena rupanya pinggiran meja itu kurang begitu tajam untuk memotong talinya.

Sebentar. Kalau begitu ia harus mencari cara lainnya. Kira-kira apa yang ada disekitarnya? Sekilas Mawar dengan pandangannya yang tajam menyapu seluruh area itu dengan cepat. Disana ia hanya bisa melihat bantal, guling, selimut, kasur, lampu, kursi, meja. Astaga! Brengsek semua hal itu tentu tidak bisa membantunya. Didalam hatinya ia terus menggerutu sebelum akhirnya dirinya melihat sebuah figura besar yang menempel pada dinding kamar itu.

Binggo! Merasa puas karena telah mendapatkan ide cemerlang, Mawar bergegas mengambil kursi dengan kedua tanggannya yang terikat dan menyeretnya mendekat ke dinding yang tinggi itu guna mengambil figura yang sedang tergantung disana.

Yes! Saat ini figure itu telah berhasil dipegangnya sehingga tanpa menunggu aba-aba, ia langsung menginjak figura itu dengan kaki putihnya yang polos tanpa alas supaya pecahan kacanya tidak menghasilkan bunyi yang keras yang dapat menarik perhatian pria itu. Sret! Sayangnya, saat Mawar hendak menarik kakinya kembali, tanpa sengaja kulitnya menggesek pinggiran kaca yang tajam itu sehingga menimbulkan luka yang mengeluarkan cukup banyak darah segar.

“Aduh! Sakit!” teriak Mawar yang seketika langsung membungkam mulutnya sendiri yang secara reflek mengaduh kesakitan. Sebetulnya Mawar tidak pernah berpikir bahwa menginjak kaca figura akan sesakit itu. Sungguh, ia merasa sangat bodoh. Tidak mau berlama-lama dengan rasa sakit yang dialaminya, Mawar kemudian mengambil pecahan kaca yang ada disana kemudian dengan perlahan mulai menggesekkannya pada tali yang mengikat tangannya.

Srek! Srek! Srek!, sepertinya usaha Mawar akan membuahkan hasil mengingat belum ada lima menit tetapi dirinya telah mampu memotong sepertiga bagian dari diameter tali tambang itu.

“Benar! Begitu! Bagus sekali. Ayo, semangat Mawar!” Mendengar suara yang memompa semangatnya, gairah perjuangan untuk kabur itu semakin bergelora di dalam batinnya sehingga dengan tenaga lebih kuat Mawar semakin menggesek tali itu dengan semakin keras. Iya, benar. Dirinya memang sedang membutuhkan motivasi seperti itu disaat-saat genting seperti ini.

“Yup, kau pintar sekali Mawar. Ayo gesek juga yang disebelah kirinya.” Suara itu kembali terdengar seakan memberi arahan kepada Mawar tentang langkah yang harus diambilnya untuk memotong tali pengikat besar itu.

Ya, tali itu begitu terikat dengan rapinya, sehingga siapapun yang ingin memotongnya harus mendapatkan simpul yang tepat. Mengetahu hal itu, bergegas Mawar mengikuti saran yang diberikan dan mulai memotong tali yang ada disebelah kirinya.

“OK. Lalu apa lagi?” tanya wanita itu dengan bodohnya sebelum dirinya mulai menyadari situasi yang sebenarnya terjadi.

Tunggu. Suara siapakah yang sedari tadi menyemangatinya?! Dengan keringat yang mulai bermunculan di pori-pori dahinya, Mawar sedikit mendongakkan kepalanya hanya untuk mendapati sosok pria berbadan kekar itu telah bersandar disana. Habis sudah, usahanya sedari tadi rupanya harus berakhir dalam kesia-siaan. Dengan geram Mawar mendengus dengan kesal karena dirinya merasa telah gagal untuk kabur. Brengsek, si kucluk itu rupanya telah ada disana sedari tadi. Bodoh, mengapa dirinya sampai tidak tahu dan bahkan mengikuti semua perkataan pria itu?!

Dengan kepingan kaca ditangannya, Mawar yang terlihat sangat emosi itu bergegas hendak menggores pria yang ada didepannya itu, setidaknya itu adalah rencana cadangan yang baru terbesit di kepalanya beberapa detik yang lalu. Jika saja pria itu terluka, Mawar yakin jika dirinya bisa melarikan diri dari sana. Namun sayangnya, sebelum rencana yang dianggap briliannya itu dapat terealisasi, luka ditelapak kakinya telah terlebih dahulu berbenturan dengan permukaan lantai yang membuatnya seketika menjerit kesakitan.

“Awww! Awww! Sakit sekali. Huaaa..aa…aa... hiks..hiks… hiks…” Mawar yang telah terjatuh itu tidak bisa lagi menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja menjalar di kakinya sehingga dengan sejadi-jadinya wanita itu kemudian menangis begitu saja dihadapan Jayden yang hanya menunjukkan senyum sinisnya.

“Bodoh.” Jayden sedikit melirik tajam ke arah Mawar lalu kemudian tanpa aba-aba langsung menggendong wanita brengsek itu setidaknya untuk menyelamatkannya dari serpihan kaca yang telah berserakan.

“Apa?! Kau baru saja mengataiku bodoh?! Brengsek kau!” sahut wanita itu yang merasa tidak terima dikatai bodoh. Meskipun, ya, secara akademis dirinya memang bodoh, tetapi setidaknya Mawar tidak pernah mendengar ada orang yang berani mengumpatnya seperti itu. Sehingga tentu saja, Mawar sangat tidak terima dengan ucapan yang baru saja didengarnya.

Mendengar Mawar terus saja berteriak kepadanya dan bahkan memukul-mukul kepalanya, Jayden yang saat ini baru berjalan beberapa langkah seketika melepaskan topangan tangannya sehingga tubuh wanita itu meluncur jatuh ke lantai yang ada disana.

“Awww!!! Sakittt!!” teriak Mawar saat pantatnya mendarat dengan begitu keras di atas lantai itu.

Cih! Begitulah Mawar, meskipun pria itu telah mencoba menurunkan ego untuk menolongnya. Tetapi wanita itu tidak akan pernah menunjukkan rasa terima kasihnya. Tidak heran jika pria itu seketika menjadi tersinggung dan berubah pikiran. Wanita itu benar-benar tidak layak untuk mendapatkan sebuah rasa simpati.

“Apakah rasanya sakit?” Sambil menunjukkan senyum sinisnya, Jayden seolah-olah ingin memberikan sebuah ejekan kepada wanita yang baru saja diberinya pelajaran itu.

“Kucluk. Kau benar-benar brengsek!” Mawar kembali mengumpat pria dihadapannya yang mulai terlihat tidak senang.

“Watch your language! Namaku Jayden. Bukan Kucluk!” sahutnya dengan lantang sembari meninggalkan wanita itu begitu saja dengan kedua tangan yang masih belum berhasil terlepas dari ikatannya dan juga dengan kaki yang semakin banyak mengeluarkan darah segar.

“Hei, tapi dulu kan aku memanggilmu Jali atau Kucluk, dan itu tidak masalah. Ah, sudahlah. Tolong aku dulu! Jangan pergi. Cepat tolong aku!!!!” teriak Mawar kemudian setelah melihat pria itu tidak lagi memperdulikannya dan malah terus melangkah untuk meninggalkannya.

Tidak! Mawar kali ini benar-benar tidak bisa berjalan. Jika pria itu tidak kembali untuk membawakan obat untuknya, mungkin lukanya bisa saja terinfeksi oleh kuman dan… dan… Ah, Mawar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi sehingga ia kembali memanggil pria yang dulu dijadikan budak cintanya itu dengan benar.

“Jayden! Kembali kau!!! Tolong aku!!! Sakit sekali Jayden!!” Kali ini Mawar membetulkan panggilannya karena tidak sanggup untuk lebih lama menahan rasa sakit di kakinya. Sehingga dengan sekuat tenaga dan dengan suara yang menggelegar dirinya terus saja meneriaki Jayden untuk segera menolongnya.

Dalam masa hidupnya, Mawar yang sebelumnya sama sekali tidak mengetahui yang namanya ‘luka’, kali ini harus mengalaminya karena ulahnya sendiri. Andai saja, tadi dirinya lebih pintar, ia tidak harus meneriaki dan memukuli kepala Jayden sehingga pasti lukanya saat ini sudah diberikan obat!

“Huaaaa! Huaaaa!!! Ayah… Ibu … kakek … Nenek… Tolong Aku!” Dalam kepanikannya, Mawar kembali menangis memanggil seluruh keluarganya, bahkan kerabat terjauhnya-pun turut di-ikutsertakan dalam teriakannya yang membabi-buta itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kawin Culik Sang Jenius   109. Kemarahan Madelline

    ...“Bibi! Bangunlah Bi!” teriak Mawar seraya memeluk bibi Hans.Bibi Hans telah kehilangan banyak darah. Tubuh tuanya telah dengan ganas dikoyak oleh harimau itu karena dia terus berusaha melindungi Mawar.“Bi, jangan mati. Kumohon.”Mawar mengusap darah yang mengalir di dada bibi Hans yang tercabik oleh hewan buas itu. Dia begitu panik dan tubuhnya gemetaran. Mawar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya karena darah bibi Hans mengucur begitu derasnya.“Nyonya, maafkanlah saya,” ucap Bibi Hans tiba-tiba.Wanita tua itu membuka matanya. Dia terlihat meneteskan air matanya karena rasa bersalah yang menderanya. Sudah lebih dari 20 tahun dia hidup bersama dengan Jayden yang telah diasuhnya layaknya anaknya sendiri. Dan sang tuan muda begitu mempercayainya. Tetapi apa yang dilakukannya? Dia malah mengkhianati Jayden dengan membawa isterinya ke Madelline!“Tidak Bi. Jangan ucap

  • Kawin Culik Sang Jenius   108. Perjumpaan dengan Sang Ibu Mertua!

    ...Mawar tidak mengetahui dimana dia berada saat ini. Matanya tertutup kain hitam dan kedua tangannya terikat kebelakang. Hanya deru nafasnya saja yang terdengar menggema di ruangan yang dingin dan sepi itu.Sampai akhirnya, langkah kaki terdengar memasuki ruangan yang nampaknya besar itu. Dan tidak beberapa lama kemudian sebuah suara asing akhirnya menggema disana.“Buka kain di matanya!” seru seorang wanita dengan suara mendominasi.“Baik Nyonya!” jawab seorang pria yang sepertinya adalah pengawalnya.Langkah kaki pria itu terdengar mulai mendekat ke arah Mawar. Dan dalam hitungan detik, pria itu telah menarik dan melepas penutup mata hingga Mawar dapat melihat dengan jelas situasi di depannya.Ya, dia saat ini berada di ruang tamu sebuah rumah mewah bergaya Victoria yang sangat besar. Dinding rumah itu berwarna putih dan dikelilingi oleh jendela-jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan pegunung

  • Kawin Culik Sang Jenius   107. Pergi

    ...Melihat keinginan sang Nyonya, Bibi Hans tidak dapat menahan rasa ibanya. Dia menghela nafasnya sebelum akhirnya dia pergi ke belakang untuk mengambil sesuatu dari dalam brankas yang dimilikinya. Sekilas, ia terlihat mengamati benda itu. Sepertinya ada sedikit keraguan di dalam hatinya. Dari sorot matanya, ia tidak ingin memberikan benda itu kepada Mawar. Tetapi ada hal lain di dalam dirinya yang mendorongnya begitu kuat untuk melakukan apa yang dia yakini.Perlahan, BIbi Hans mengambil benda itu dan menggenggamnya. Kemudian, dia lalu menghampiri sang Nyonya yang masih menangis di atas lantai dingin di dapur itu.“Nyonya … “ ucap Bibi Hans ikut bersimpuh di depan sang Nyonya.Bibi Hans memegang tangan Mawar. Tangan itu terasa begitu dingin karena gemetaran. Bibi Hans tahu, ini adalah waktu baginya untuk memberikan benda itu kepada sang Nyonya.“Nyonya, pergilah. Saya akan menolong anda untuk keluar dari

  • Kawin Culik Sang Jenius   106. Hati yang Pedih

    ...Selama berhari-hari Mawar dibuat penasaran oleh sikap bibi Hans yang berubah. Beberapa kali, Mawar menangkap bayangan bibi Hans yang selalu sembunyi-sembunyi menuju ke belakang rumah untuk menghubungi seseorang. Tetapi anehnya, ketika ditanya, dia selalu mengatakan bahwa itu adalah telepon dari anaknya. Atau kalau tidak, itu adalah telepon dari suaminya.Mustahil. Ponsel bibi Hans tidak akan mungkin bisa digunakan untuk menghubungi keluarganya dengan leluasa karena Jayden sudah membuat pembatas jaringan. Lagipula, Bibi Hans sendiri dulu juga pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah menikah. Kalau dia sampai berbohong, pasti ada hal besar yang disembunyikannya, batin Mawar sambil meneguk segelas orange juice miliknya.“Nyonya, saya akan mengambil bahan-bahan makanan yang di drop oleh suruhan Tuan Jayden,” ucap Bibi Hans yang segera diangguki oleh Mawar.Selama beberapa hari ini, Mawar memang tinggal sendiri bersama Bibi Hans

  • Kawin Culik Sang Jenius   105. Ancaman

    ...Hari telah berganti malam di Pulau Henai. Setelah Bibi Hans memasak makan malam, ia bergegas untuk berjalan menuju ke belakang rumah pantai yang besar itu. Disana, ada sebuah kursi kayu di bawah pohon beringin yang cukup remang. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain disana, ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tidak beberapa lama kemudian, sambungan itu terhubung dan seseorang terdengan berbicara diseberang sana.“Bagaimana hasilnya?” tanya wanita itu diseberang sana.“Seperti yang Nyonya minta, saya sudah mencari tahu niat Tuan Muda yang sebenarnya,” jawab bibi Hans kepada wanita itu.“Apa katanya?” sahut wanita itu sebelum kembali berbicara, “Kau tahu sifatku dan kau juga tahu apa saja yang bisa aku lakukan kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku,” imbuhnya.“Tentu saya tidak berani Nyonya,” timpal Bibi Hans kemudian melanjutkan perk

  • Kawin Culik Sang Jenius   104. Dia Hanyalah Alat Pemuas!

    ...Siang hari terasa sejuk di rumah pantai dengan seluruh jendela kaca yang terbuka. Dengan antusias, Jayden melangkahkan kakinya untuk masuk kesana. Ia berpikir, isterinya itu akan rajin belajar, sama seperti sebelumnya yang dia lihat. Ya, beberapa hari yang lalu, ketika ia dan Mawar sedang bertengkar, Jayden bisa melihat semangat yang membara pada diri wanitanya itu. Sehingga ia berpikir, mungkin hal yang sama juga terjadi saat ini.Saat hendak menarik gagang pintu rumahnya, Suseno tiba-tiba telah berlari keluar dan menabraknya begitu saja. Bruk! “Aw…” keluh sahabatnya itu seketika setelah badan kurus miliknya berbenturan dengan badan Jayden yang kekar. Terasa sakit hingga Suseno mengelus lengannya beberapa kali.“Kau ini kenapa?” tanya Jayden penasaran.“Ja-Jay, mengerikan Jay!” kata Suseno menjawab pertanyaan dari sahabatnya.“Apa yang mengerikan? C

  • Kawin Culik Sang Jenius   103. Rahasia di Pulau Henai

    ...“Bos, sekelompok kru dari kapal itu telah menyelamatkan diri. Apakah kita perlu menangkap mereka?” tanya pria diseberang telepon itu.“Tidak perlu. Biarkan saja mereka. Aku hanya sekedar bermain-main saja,” jawab Jayden seraya terus menciumi tangan isterinya.“Siap Bos!” sahut bawahannya itu.Menutup ponselnya, Jayden lalu merasakan ada sepasang mata yang saat ini tengah menatap tajam dirinya. Dia tahu, Mawar pasti bertanya-tanya mengenai kejadian hari ini. Tetapi Jayden masih belum ingin memberitahunya apapun. Itu terlalu berbahaya bagi Mawar.“Jay, hentikan aksimu itu!” seru Mawar menarik jemarinya dari mulut suaminya itu. “Sekarang cepat katakan semua hal yang aku tidak tahu!” imbuh wanita itu.Jayden tidak bergeming. Dengan lembut, ia malah mengambil anak rambut isterinya dan merubah topic pembicaraan.“Sayang, rambutmu wangi sekali. Shampoo apa

  • Kawin Culik Sang Jenius   102. Pesan dari Cucu Tampannya

    ...Keluar dari rumah pantai itu, Bos Li berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana tidak, cucu lelakinya itu telah berani mengepung kapal perang miliknya. Dasar bocah kurang ajar! Sekarang, mungkin yang perlu dia lakukan adalah mundur terlebih dahulu. Tetapi suatu saat nanti, ia yakin, bahwa ia bisa menakhlukkan bocah pemberontak itu dan membawanya kembali ke keluarga Linua.Membawa tongkatnya, Bos Li terus berjalan menuju ke kapal yang telah menjemputnya. Namun di sela-sela perjalanannya, kedua matanya melirik ke arah cucu perempuannya itu.“Diona, sejak kapan kau tahu tentang keberadaan kakakmu di pulau ini?” tanya sang kakek, “Pulau Henai bukanlah tempatmu atau kakakmu,” imbuhnya.“Em, Kakek, aku minta maaf. Aku tahu sejak mata-mataku melihat kakak menculik seorang perempuan,” sahut Diona dengan sedikit merasa bersalah, “Jadi, aku mengikutinya sampai ke pulau ini,”&ldqu

  • Kawin Culik Sang Jenius   101. Pertemuan Sengit

    . . . Ceklek! Pintu itu terbuka menampilkan sosok tua yang tidak asing di mata Mawar. Menyipitkan matanya, Mawar sepertinya mengenali siapa pria beruban yang tiba-tiba datang itu. Tunggu, bukankah dia adalah …. Merasa mengenali pria tua itu, Mawar lalu menarik lengan suaminya dan berusaha mengatakan sesuatu padanya. “Jay, orang itu-“ perkataannya terputus karena Jayden lebih dulu memandangnya dengan tatapan lembut. “Dia yang memberimu cek dan selembar foto palsu pernikahanku?” sahut Jayden membuat Mawar terkejut, “Aku sudah tahu sayang,” imbuhnya lalu mencium tangan isteri kesayangannya itu. “Lalu darimana kau bisa tahu?” tanya Mawar yang langsung dibalas sebuah senyuman oleh suaminya. “Aku terlalu jenius untuk hal sekecil itu, sayang,” jawabnya. “Tapi siapa dia Jay?” tanya Mawar penasaran, “kenapa dia ingin membuat kita bercerai?” imbuhnya. “Ckck …,” mendengar itu, sebuah tawa kecil lepas dari mulut pri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status