Share

5. Terlepas dari Genggamannya? Mustahil!

.

.

.

“Yuhu!!! Jali, kemana kita pergi?” Mawar yang tengah mengendarai motor ATV itu bertanya kepada si robot kecil yang hanya mengedipkan lampu merahnya.

“Ah, dasar robot kecil. Begitu saja tidak tahu. Kalau begitu, aku yang akan memimpin jalan ya.” Mawar terus mengendarai motor beroda empat itu dijalan beraspal yang tampak sangat halus disana seakan-akan hanya Mawarlah yang pertama kali mencoba untuk menyusuri jalan itu untuk pertama kalinya.

Berbelok kekanan dan kekiri, Mawar mencoba melalui jalan disana yang sepertinya hanya searah saja. Tetapi menuju kemanakah jalan itu? Mawar sendiri tidak tahu, apalagi Jali, si robot itu. Setelah beberapa waktu menyetir, sepertinya mereka berdua tidak menemukan apapun disana selain hanya pemandangan indah dipesisir pantai yang sangat menawan.

Sejenak, Mawar menghentikan motornya hanya untuk memikirkan langkah apa yang seharusnya dia ambil. Sambil mengusap-usap dagunya, ia nampaknya sedang berpikir serius yang selama ini belum pernah dilakukannya. Ya, Mawar memang selama ini terkenal dengan sifat pemalasnya dan kemampuan otaknya yang tidak begitu baik. Sehingga ia sebenarnya tidak pernah menggunakan isi kepalanya untuk berpikir dengan serius.

Tetapi situasi kali ini berbeda, ia tidaklah berada pada situasi nyaman seperti sebelumnya sehingga bagaimanapun ia mau tidak mau harus menggunakan otaknya yang selama ini vacuum itu. Sejenak, Mawar berpikir, lalu sebuah pemikiran muncul dikepalanya.

“Oh! Bukankah aku membawa ponsel? Hahaha! Jali! Jali! Aduh, kenapa aku baru sadar.” Dengan perasaan senang, Mawar kemudian membuka tas punggung kecilnya dan mengambil ponsel miliknya dari sana.

Bingo. Mawar merasa sangat senang karena di tempat itu rupanya ada jangkauan sinyal dengan kekuatan sangat tinggi. Ia mengira bahwa kekuatan sinyal itu adalah sebuah indikasi bahwa dirinya pastilah berada ditempat yang tidak jauh dari perkotaan sehingga ia kemudian merasa tidak cemas lagi. Sedikit mengambil sebatang cokelat yang ada disana, Mawar kemudian duduk di atas motor itu untuk sedikit menikmati nuansa tepian pantai sejenak sebelum ia kabur dari sana.

“Jali. Apa pantainya indah ya?” Mawar memakan cokelat itu sedikit demi sedikit dan menyodorkan pada Jali, si robot yang langsung menolak tawarannya.

“Hahaha. Aduh. Bodohnya aku Jali. Kau itu kan robot, mana mungkin kau bisa makan?! Hahaha.” Mawar terlihat menertawakan kebodohannya sendiri sebelum akhirnya dirinya menyadari bahwa sinyal di lokasi itu tiba-tiba saja menghilang!

“Eh, Tunggu. Jali, mengapa sinyal ponselku tiba-tiba menghilang?” Mawar yang sebelumnya merasa senang kali ini merasa sangat cemas kembali karena ponsel itu adalah cara satu-satunya ia untuk pulang.

Sejenak, Mawar tampak frustasi karena dia terlebih dahulu tidak mengecek panggilan yang masuk atau menghubungi seseorang untuk memberitahukan keadaannya. Aduh bodoh sekali, batinnya dalam hati sambil memukul-mukul kepalanya yang berkuncir kuda itu. Sekarang sinyal ditempat itu sudah hilang 100% bagai ditelan bumi dan juga baterei ponselnyapun sudah hampir habis. Dalam kebingungan, ia kemudian bertanya kepada Jali.

“Eh, robot kecil, Apakah kau punya GPS atau semacamnya?” Dengan penasaran Mawar bertanya kepada robot itu yang seketika langsung membuka tutup bulat diatasnya menampilkan sebuah layar kecil yang membuat Mawar sangat terpesona.

“Astaga Jali. Kau keren sekali! Seumur-umur, aku belum pernah melihat robtot secerdas dirimu. Untung saja aku tadi membawamu. Hahaha!” Mawar yang sudah memakan sebagian batang cokelat itu kemudian mendekatkan wajah cantiknya kepada layar itu dan mulai mengamati peta lokasi dimana dirinya berada saat ini.

Posisinya telah terdeteksi di sebuah pulau yang nampaknya sangatlah jauh dari asalnya, bahkan meskipun beberapa kali ia mencoba memahami lokasi itu, Mawar tetap tidak tahu dimana dirinya saat ini berada. Untuk itu, ia kemudian mencari tahu lokasi dermaga sehingga ia bisa menemukan perahu atau semacamnya untuk setidaknya meminta pertolongan.

Oh. Hatinya sangat lega saat ia tahu bahwa lokasi dermaga yang hendak ia tuju sebetulnya tidak jauh dari sana. Bahkan, ia hanya perlu mengikuti jalan besar beraspal itu saja untuk sampai disana.

“Hahaha! Jali. Jaliku. Kita sudah hampir dekat.” Mawar dengan senyum sumringahnya  kemudian menepuk-nepuk benda bulat kecil itu dan mendudukkannya didepannya supaya Mawar dapat mengikuti arah GPS itu. Saat ini Mawar sangat yakin jika dirinya akan berhasil kabur dari pria brengsek itu.

Sekilas mengingat kejadian di anjungan pantai tadi, Mawar merasa sedikit kesal karena mantan budak yang menculiknya itu rupanya masih berani menculiknya padahal pria itu sudah memiliki seorang kekasih. Mengusap-usap keras bibirnya, Mawar juga merasa tidak terima karena bibirnya telah ternoda oleh pria semacam itu. Tetapi sudahlah, Mamar menggelengkan kepalanya untuk melupakan semua nasib buruknya dan mulai menyalakan mesin motor ATVnya. “Jali apakah kau sudah siap?”

Jali, si robot, kemudian memberikan sebuah tanda OK yang membuat Mawar seketika bersorak. “Haha! Pintarnya kau ini! Ayo kita pergi!”

.

.

.

Sementara itu, Jayden dengan pakaian casualnya, masih saja berada pada anjungan pantai disana seakan dirinya tidak terganggu oleh apapun. Bahkan dengan kaburnya Mawar, dirinya sama sekali tidak merasa khawatir, karena ia bisa mengendalikan semuanya dari tempat dirinya berdiri saat ini. Jayden, dengan sebuah layar pengendali ditangannya, benar-benar sanggup melakukan apa saja di pulau itu. Bahkan memutus akses sinyal bukanlah hal yang sulit bagi seorang jenius seperti dirinya.

Sembari memasukkan salah satu tangannya ke sakunya, beberapa saat ia kemudian mengamati pergerakan benda yang semakin lama semakin mendekat kepadanya. Beberapa kali benda itu nampaknya berhenti sesaat, lalu melanjutkan perjalanannya lagi. Ya, mungkin saja benda itu merasa lelah sehingga perlu mengisi kekuatannya untuk kembali bergerak.

Dengan kedua lesung pipi yang muncul ke permukaan, Jayden terlihat tersenyum karena sesuatu yang sangat ditunggunya itu telah datang kepadanya. Benar. Benda yang ada pada deteksi layar ditangannya itu adalah Mawar dan robotnya yang saat ini tengah berhenti tepat dihadapannya.

Mau kabur dari genggamannya? Jangan pernah bermimpi! Jayden membatin di dalam hatinya sembari menatap tajam ke arah mangsa yang saat ini sepertinya tengah ketakutan.

 “Jay-jay-“ Mawar mengeluarkan suara terbata-bata dengan kedua mata indahnya yang hanya berkedip-kedip diikuti oleh si robot kecil yang juga mengedipkan lampunya yang berwarna merah.

Melemparkan senyum mengejeknya, Jayden kemudian melangkahkan kakinya beberapa langkah kesamping motor ATV itu dan sedetik kemudian, tanpa aba-aba, ia langsung memanggul tubuh wanita brengsek itu ke bahunya dan juga secepat kilat ia menyambar robot kecil itu dengan menggunakan telapak tangannya yang besar.

“Ah! Jayden! Lepaskan aku! Lepas!!! Arrrrkkk!!!” Mawar terus berusaha meronta-ronta dibahu miliknya yang kekar. Tetapi tentu saja, wanita brengsek itu tidak akan mampu menandingi kekuatan lengannya yang sangat kuat. Bahkan karena merasa risih dengan teriakan yang didengarnya, tangan kekarnya tidak segan-segan untuk sesekali mencubit keras pantat milik wanita itu yang semakin berteriak karena tidak terima dengan tindakannya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status