.
.
.
Dari kejauhan, di pantai itu, Mawar bisa melihat seorang pria sedang dipeluk mesra oleh seorang wanita berpakaian Sabrina dengan bahu yang terbuka lebar. Hanya dengan melihatnya saja, Mawar bisa memastikan bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Dalam hati, Mawar tidak bisa untuk menahan umpatannya karena pria muda disana adalah adik junior yang telah menculiknya.
Benar. Pria yang sedang berada di anjungan pantai itu adalah Jayden yang sedang bersama wanita lain. Beribu pertayaan tentu menghinggapi pikiran Mawar yang tidak habis pikir dengan tindakan pria yang ada disana. Lagipula, kalau pria itu memiliki kekasih, mengapa dia masih menculiknya?! Sekelebat rasa marah seketika menelusuk di dalam hati Mawar karena pria brengsek itu kemarin telah merenggut ciuman pertamanya.
Cih! Pria brengsek! Hidung belang, tidak tahu diri! Gerutu Mawar yang mendapatkan kedipan lampu hijau oleh Jali, si robot.
Merasa sangat dipermainkan, Mawar sekilas memikirkan usaha lain untuk melarikan diri. Sepertinya, kali ini adalah sebuah kesempatan yang bagus karena pria itu masih sibuk bermesraan dengan jarak yang cukup jauh darinya. Kalaupun dia melarikan diri ke arah lain, pastinya pria brengsek itu tidak akan mengetahuinya. Sekilas, sebuah senyuman mengembang di pipi Mawar yang juga memiliki lesung pipi itu. Tetapi senyuman itu tidak bertahan lama karena ia menyadari bahwa satu kakinya sedang terluka. Bagaimana mungkin baginya untuk berjalan dengan jarak yang jauh?!
“Andai saja, ada kunci mobil.” gumamnya dengan asal yang tanpa disadarinya mendapatkan sebuah kedipan lampu hijau dari Jali. Melihat hal itu, sontak Mawar merasa sangat bahagia.
“Oh. Benarkah, dimana itu? Ayo ambilkan.” Kata Mawar kepada Jali yang langsung mendapatkan sebuah kedipan lampu hijau. Dan tentu saja, beberapa detik kemudian, robot kecil dengan kedua tangan kecil yang diangkat itu segera pergi untuk mengambilkannya.
Astaga, Mawar sangat senang sekali karena dirinya akhirnya akan bisa terlepas dari sana. Hanya dengan membayangkan saja kehidupan di tempat itu bersama pria brengsek disana, Mawar sudah bergidik ngilu. Ia tidak mau! Sangat tidak mau!
Sekilas, Mawar kemudian mengedarkan pandangannya menyisir kamar itu untuk mencari benda miliknya yang mungkin ada disana. Oh, tasnya! Secepat kilat ia melompat-lompat kecil dengan salah satu kakinya yang masih sehat untuk mengambilnya.
Ceklek! Tidak lama kemudian pintu kamarnya itu terbuka lagi menampilkan sosok Jali, si robot yang rupanya sudah memegang sebuah kunci ditangan besinya.
“Aduh, Jali. Kau pintar sekali. Sekarang, dimana mobilnya? Ayo tunjukkan kepadaku.” pintanya kepada robot itu yang mendapat sebuah kedipan lampu hijau yang semakin membuat Mawar merasa senang.
Mengabaikan keindahan interior rumah di lantai bawah, Mawar saat ini hanya berfokus kepada robot yang menunjukkan jalan kepadanya menuju ke ruang garasi yang berada dilantai bawah rumah itu.
“Jali, hey, apa kau yakin ini garasinya?” Mawar sedikit kebingungan karena Jali membawanya menuju ke ruangan yang memiliki akses yang sedikit sempit. Apakah pria brengsek itu menyembunyikan mobil ditempat yang sepertinya sempit itu? Sekejap, Mawar merasa tidak yakin. Tetapi akhirnya ia tidak begitu menghiraukannya karena ia sangat percaya kepada Jali, si robot yang menjadi budak barunya.
Beberapa menit berlalu, akhirnya, mereka berdua telah sampai ke tempat yang ditunjukkan oleh Jali. Mawar, yang melihat kendaraan yang ada didepannya sedikit merasa terkejut hingga ia menjatuhkan tas yang sedari tadi dipegangnya. Tunggu, apakah ia bisa menggunakan kendaraan jenis itu untuk melarikan diri?! Batin Mawar sambil meneguk air liurnya sendiri.
Sepertinya, nyalinya sedikit menciut, ia ragu apakah dirinya bisa mengendarainya? Tetapi tidak berapa lama kemudian, ia melihat Jali telah berada di kursi penumpang yang semakin menyemangatinya.
“Jali, hey robot kecil, apakah kau mau ikut kabur bersamaku?” Robot itu kemudian mengedipkan sebuah lampu merah yang membuat Mawar memicingkan matanya.
“Apa? Lalu kenapa kau ada disana?! Hah?! Ataukah… kau mau kita bersenang-senang?” Mawar kemudian mengembangkan senyumannya yang segera mendapatkan sebuah lampu hijau dari robot itu.
Bergegas, Mawar kemudian membuka pintu otomatis garasi dan segera naik ke kursi pengemudi bersama dengan Jali. Tentu saja, Mawar tidak akan kabur sendirian, tetapi ia akan membawa Jali, robot berharga milik pria brengsek disana.
Hahahaha! Sebuah tawa lepas disertai bunyi suara mini motor ATV beroda empat yang keluar dengan kecepatan tinggi menuju ke jalan yang ada dibelakang rumah.
“Hahahha…! Jali, robotku sayang, ayo kita bersenang-senang! Huuuu!” Mawar terlihat begitu riuh sembari melambaikan satu tangannya sebagai salam perpisahan dengan pria yang dari kejauhan terlihat mengerutkan sebelas alisnya.
Jayden, yang saat ini berada dianjungan sekilas melirik ke arah motor Atv yang telah melejit ke arah sana dan sedikit mengurai pelukan dari wanita dihadapannya itu.
“Diona. Pergilah.” kata Jali kepada wanita yang saat ini terlihat sedang dipenuhi dengan air mata. Sepertinya wanita itu tidak rela jika dirinya harus berpisah dengan Jayden yang memilih tinggal dipulau terpencil itu.
“Jayden. Aku jauh-jauh datang kemari. Apakah kau tidak ingin aku tinggal?” Dengan lembut wanita itu berucap yang membuat Jayden menggelengkan kepalanya.
“Tidak. Pulanglah.” tegas Jayden dengan ketetapan keputusannya yang membuat wanita itu terdiam.
Sekilas, ada perasaan kecewa yang merambat pada diri wanita itu karena tentu saja ia ingin berada disisi Jayden lebih lama lagi. Tetapi wanita muda itu memilih untuk menuruti perkataan Jayden dan segera menaiki sebuah perahu motor dengan seorang nahkoda yang telah menunggunya tidak jauh dari sana.
“Baiklah. Aku akan pergi. Kak Jayden, Jangan lupa kabari aku ya.” Ketika sudah di atas perahu, wanita yang sepertinya berpiawai sangat lembut itu itu sedikit mengeraskan suaranya kepada Jayden yang hanya diam dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celananya.
...“Bibi! Bangunlah Bi!” teriak Mawar seraya memeluk bibi Hans.Bibi Hans telah kehilangan banyak darah. Tubuh tuanya telah dengan ganas dikoyak oleh harimau itu karena dia terus berusaha melindungi Mawar.“Bi, jangan mati. Kumohon.”Mawar mengusap darah yang mengalir di dada bibi Hans yang tercabik oleh hewan buas itu. Dia begitu panik dan tubuhnya gemetaran. Mawar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya karena darah bibi Hans mengucur begitu derasnya.“Nyonya, maafkanlah saya,” ucap Bibi Hans tiba-tiba.Wanita tua itu membuka matanya. Dia terlihat meneteskan air matanya karena rasa bersalah yang menderanya. Sudah lebih dari 20 tahun dia hidup bersama dengan Jayden yang telah diasuhnya layaknya anaknya sendiri. Dan sang tuan muda begitu mempercayainya. Tetapi apa yang dilakukannya? Dia malah mengkhianati Jayden dengan membawa isterinya ke Madelline!“Tidak Bi. Jangan ucap
...Mawar tidak mengetahui dimana dia berada saat ini. Matanya tertutup kain hitam dan kedua tangannya terikat kebelakang. Hanya deru nafasnya saja yang terdengar menggema di ruangan yang dingin dan sepi itu.Sampai akhirnya, langkah kaki terdengar memasuki ruangan yang nampaknya besar itu. Dan tidak beberapa lama kemudian sebuah suara asing akhirnya menggema disana.“Buka kain di matanya!” seru seorang wanita dengan suara mendominasi.“Baik Nyonya!” jawab seorang pria yang sepertinya adalah pengawalnya.Langkah kaki pria itu terdengar mulai mendekat ke arah Mawar. Dan dalam hitungan detik, pria itu telah menarik dan melepas penutup mata hingga Mawar dapat melihat dengan jelas situasi di depannya.Ya, dia saat ini berada di ruang tamu sebuah rumah mewah bergaya Victoria yang sangat besar. Dinding rumah itu berwarna putih dan dikelilingi oleh jendela-jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan pegunung
...Melihat keinginan sang Nyonya, Bibi Hans tidak dapat menahan rasa ibanya. Dia menghela nafasnya sebelum akhirnya dia pergi ke belakang untuk mengambil sesuatu dari dalam brankas yang dimilikinya. Sekilas, ia terlihat mengamati benda itu. Sepertinya ada sedikit keraguan di dalam hatinya. Dari sorot matanya, ia tidak ingin memberikan benda itu kepada Mawar. Tetapi ada hal lain di dalam dirinya yang mendorongnya begitu kuat untuk melakukan apa yang dia yakini.Perlahan, BIbi Hans mengambil benda itu dan menggenggamnya. Kemudian, dia lalu menghampiri sang Nyonya yang masih menangis di atas lantai dingin di dapur itu.“Nyonya … “ ucap Bibi Hans ikut bersimpuh di depan sang Nyonya.Bibi Hans memegang tangan Mawar. Tangan itu terasa begitu dingin karena gemetaran. Bibi Hans tahu, ini adalah waktu baginya untuk memberikan benda itu kepada sang Nyonya.“Nyonya, pergilah. Saya akan menolong anda untuk keluar dari
...Selama berhari-hari Mawar dibuat penasaran oleh sikap bibi Hans yang berubah. Beberapa kali, Mawar menangkap bayangan bibi Hans yang selalu sembunyi-sembunyi menuju ke belakang rumah untuk menghubungi seseorang. Tetapi anehnya, ketika ditanya, dia selalu mengatakan bahwa itu adalah telepon dari anaknya. Atau kalau tidak, itu adalah telepon dari suaminya.Mustahil. Ponsel bibi Hans tidak akan mungkin bisa digunakan untuk menghubungi keluarganya dengan leluasa karena Jayden sudah membuat pembatas jaringan. Lagipula, Bibi Hans sendiri dulu juga pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah menikah. Kalau dia sampai berbohong, pasti ada hal besar yang disembunyikannya, batin Mawar sambil meneguk segelas orange juice miliknya.“Nyonya, saya akan mengambil bahan-bahan makanan yang di drop oleh suruhan Tuan Jayden,” ucap Bibi Hans yang segera diangguki oleh Mawar.Selama beberapa hari ini, Mawar memang tinggal sendiri bersama Bibi Hans
...Hari telah berganti malam di Pulau Henai. Setelah Bibi Hans memasak makan malam, ia bergegas untuk berjalan menuju ke belakang rumah pantai yang besar itu. Disana, ada sebuah kursi kayu di bawah pohon beringin yang cukup remang. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain disana, ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tidak beberapa lama kemudian, sambungan itu terhubung dan seseorang terdengan berbicara diseberang sana.“Bagaimana hasilnya?” tanya wanita itu diseberang sana.“Seperti yang Nyonya minta, saya sudah mencari tahu niat Tuan Muda yang sebenarnya,” jawab bibi Hans kepada wanita itu.“Apa katanya?” sahut wanita itu sebelum kembali berbicara, “Kau tahu sifatku dan kau juga tahu apa saja yang bisa aku lakukan kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku,” imbuhnya.“Tentu saya tidak berani Nyonya,” timpal Bibi Hans kemudian melanjutkan perk
...Siang hari terasa sejuk di rumah pantai dengan seluruh jendela kaca yang terbuka. Dengan antusias, Jayden melangkahkan kakinya untuk masuk kesana. Ia berpikir, isterinya itu akan rajin belajar, sama seperti sebelumnya yang dia lihat. Ya, beberapa hari yang lalu, ketika ia dan Mawar sedang bertengkar, Jayden bisa melihat semangat yang membara pada diri wanitanya itu. Sehingga ia berpikir, mungkin hal yang sama juga terjadi saat ini.Saat hendak menarik gagang pintu rumahnya, Suseno tiba-tiba telah berlari keluar dan menabraknya begitu saja. Bruk! “Aw…” keluh sahabatnya itu seketika setelah badan kurus miliknya berbenturan dengan badan Jayden yang kekar. Terasa sakit hingga Suseno mengelus lengannya beberapa kali.“Kau ini kenapa?” tanya Jayden penasaran.“Ja-Jay, mengerikan Jay!” kata Suseno menjawab pertanyaan dari sahabatnya.“Apa yang mengerikan? C
...“Bos, sekelompok kru dari kapal itu telah menyelamatkan diri. Apakah kita perlu menangkap mereka?” tanya pria diseberang telepon itu.“Tidak perlu. Biarkan saja mereka. Aku hanya sekedar bermain-main saja,” jawab Jayden seraya terus menciumi tangan isterinya.“Siap Bos!” sahut bawahannya itu.Menutup ponselnya, Jayden lalu merasakan ada sepasang mata yang saat ini tengah menatap tajam dirinya. Dia tahu, Mawar pasti bertanya-tanya mengenai kejadian hari ini. Tetapi Jayden masih belum ingin memberitahunya apapun. Itu terlalu berbahaya bagi Mawar.“Jay, hentikan aksimu itu!” seru Mawar menarik jemarinya dari mulut suaminya itu. “Sekarang cepat katakan semua hal yang aku tidak tahu!” imbuh wanita itu.Jayden tidak bergeming. Dengan lembut, ia malah mengambil anak rambut isterinya dan merubah topic pembicaraan.“Sayang, rambutmu wangi sekali. Shampoo apa
...Keluar dari rumah pantai itu, Bos Li berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana tidak, cucu lelakinya itu telah berani mengepung kapal perang miliknya. Dasar bocah kurang ajar! Sekarang, mungkin yang perlu dia lakukan adalah mundur terlebih dahulu. Tetapi suatu saat nanti, ia yakin, bahwa ia bisa menakhlukkan bocah pemberontak itu dan membawanya kembali ke keluarga Linua.Membawa tongkatnya, Bos Li terus berjalan menuju ke kapal yang telah menjemputnya. Namun di sela-sela perjalanannya, kedua matanya melirik ke arah cucu perempuannya itu.“Diona, sejak kapan kau tahu tentang keberadaan kakakmu di pulau ini?” tanya sang kakek, “Pulau Henai bukanlah tempatmu atau kakakmu,” imbuhnya.“Em, Kakek, aku minta maaf. Aku tahu sejak mata-mataku melihat kakak menculik seorang perempuan,” sahut Diona dengan sedikit merasa bersalah, “Jadi, aku mengikutinya sampai ke pulau ini,”&ldqu
. . . Ceklek! Pintu itu terbuka menampilkan sosok tua yang tidak asing di mata Mawar. Menyipitkan matanya, Mawar sepertinya mengenali siapa pria beruban yang tiba-tiba datang itu. Tunggu, bukankah dia adalah …. Merasa mengenali pria tua itu, Mawar lalu menarik lengan suaminya dan berusaha mengatakan sesuatu padanya. “Jay, orang itu-“ perkataannya terputus karena Jayden lebih dulu memandangnya dengan tatapan lembut. “Dia yang memberimu cek dan selembar foto palsu pernikahanku?” sahut Jayden membuat Mawar terkejut, “Aku sudah tahu sayang,” imbuhnya lalu mencium tangan isteri kesayangannya itu. “Lalu darimana kau bisa tahu?” tanya Mawar yang langsung dibalas sebuah senyuman oleh suaminya. “Aku terlalu jenius untuk hal sekecil itu, sayang,” jawabnya. “Tapi siapa dia Jay?” tanya Mawar penasaran, “kenapa dia ingin membuat kita bercerai?” imbuhnya. “Ckck …,” mendengar itu, sebuah tawa kecil lepas dari mulut pri