Home / Romansa / Kawin Culik Sang Jenius / 6. Mawar Menghilang!

Share

6. Mawar Menghilang!

Author: Rainy
last update Last Updated: 2021-11-18 09:31:15

.

.

.

Sementara itu di rumah keluarga Mawar, seorang nenek berambut putih nampak mondar-mandir di ruang tamu mereka seakan menunggu kedatangan sang cucu yang belum kunjung pulang selama dua hari ini. Awalnya neneknya itu mengira bahwa Mawar akan pergi untuk mencoba baju pengantin yang sudah dipilihnya sebelumnya. Tetapi sampai hari ini, Mawar, cucunya itu belum juga pulang ke rumah. Padahal beberapa hari lagi adalah hari pernikahannya, tentu sang nenek merasa sangat khawatir apabila terjadi apa-apa kepada cucu perempuan tunggalnya itu. Apalagi, dalam masyarakat tradisional, orang-orang generasi tua sepertinya sangat mempercayai adanya cobaan yang biasanya datang menjelang hari pernikahan. Sehingga nenek itu sampai tidak bisa tidur karena memikirkan keberadaan cucunya.

“Pak, bagaimana ini? Mengapa sudah dua hari Mawar belum pulang juga?”Nenek itu sudah tidak tahan lagi sehingga dirinya kemudian sedikit mendesak sang suami yang sepertinya masih terlihat sedikit santai.

“Bapak juga tidak tahu Buk. Biarkan saja bocah nakal itu. Nanti juga pulang sendiri.” Sang kakek yang saat ini membaca koran juga nampak sedikit kebingungan tetapi dirinya masih mencoba berpikir positif karena Mawar memang sering menginap di rumah Lisa, temannya, tanpa mengabarinya.

Benar. Mawar memang seorang cucu yang sangat susah diatur. Bahkan, karena begitu malas dan nakalnya, sampai-sampai kedua orang-tua itu bahkan kewalahan dengan tingkahnya yang selalu membuat ulah. Namun anehya, dari penampilannya, Mawar sangatlah terlihat anggun dan terlihat menyukai hal-hal feminim seperti baju, make-up dan sejenisnya. Sayangnya, penampilannya yang lembut sangatlah berbeda dengan karakternya yang begitu kasar dan arogan.

Mawar, cucunya itu, pasti baik-baik saja. Sang Kakek yakin, jika gadis nakalnya itu mampu menjaga dirinya mengingat sifat cucunya itu yang bisa dibilang sedikit kejam pada orang lain. Tapi didalam hati kecilnya ia sebenarnya juga merasa sedikit khawatir karena mengingat adanya potensi bahaya yang bisa timbul karena kekasaran sang cucu pada orang lain. Dahulu, ia bahkan sempat menegur cucu tunggalnya itu supaya merubah sikap kasarnya, karena sang kakek takut, jika suatu kali aka nada orang yang benci dan membalas dendam padanya.

“Pak, mengapa melamun?” Sang nenek bertanya karena penasaran dengan suaminya yang tiba-tiba terbengong dan melamun sendiri disaat dirinya sedang berbicara padanya.

“Ah. Tidak ada apa-apa Buk. Baiklah, kalau begitu, Bapak akan menghubungi Lisa. Ibuk masih menyimpan nomornya?” Sang Kakek akhirnya memutuskan untuk mengetahui keberadaan cucunya itu karena pemikiran yang tadi sempat terbesit di kepalanya. Bagaimanapun juga, Mawar adalah seorang wanita, lagipula ini mendekati hari pernikahannya. Sang kakek tentu merasa sedikit khawatir juga meskipun sebelumnya ia berusaha menutupinya.

Bergegas, setelah mendengar pertanyaan suaminya, sang nenek langsung berdiri dan menuju ke kamarnya untuk mengambil buku telepon yang disimpannya. Ya, kakek dan nenek Mawar memang sedikit ketinggalan jaman. Meskipun mereka sudah berada pada jaman serba digital, tetapi mereka bahkan tidak memiliki smartphone atau semacamnya. Sehingga, di rumah mereka hanyalah ada telepon rumah yang biasa mereka gunakan untuk berkomunikasi.

Setelah beberapa saat berlalu, sang nenek yang saat ini mengenakan daster bermotif batik itu kemudian memberikan nomor Lisa kepada suaminya. “Ini Pak.” Katanya sembari menyodorkan deretan angka pada kertas itu.

Setelah beberapa saat mengamati nomor yang ada disana dengan kedua kaca matanya, sang kakek kemudian menekan beberapa angka pada telepon rumahnya hingga nomor itu tersambung dengan ponsel milik Lisa yang selama ini menjadi sahabat dari Mawar.

“Halo. Selamat malam nak Lisa.” Sang kakek terdengar menyapa yang segera dibalas oleh orang yang ada diseberang sana.

“Nak Lisa. Begini, apakah Mawar menginap di rumahmu?” Dengan spontan, kakek itu bertanya yang seketika dijawab dengan sesuatu yang tidak ingin didengarnya.

“Apa? Tidak disana?” Mengetahui bahwa cucunya tidak berada di rumah Lisa, seketika hati sang kakek merasa sangat khawatir. Jika tidak di rumah Lisa, dimana kira-kira cucu nakalnya itu berada?!

“Oh. Baiklah. Apa kau memiliki nomor teman kalian yang lainnya?” Sang kakek kemudian mencoba menghubungi teman-teman Mawar yang lainnya.

.

.

“Halo Manda, Ini Kakek Mawar. Apakah Mawar menginap di rumahmu semalam? Apa? Tidak?!”

.

.

“Halo Lin. Mawar tidak disana ya. Baiklah.”

.

.

“Mawar di rumahmu Sa? Tidak ya. Kalau kau tahu dimana dia segera hubungi kakek ya.”

.

.

Setelah beberapa saat mencoba, kakek yang sudah sangat tua itu kemudian terduduk lemas dengan istri yang sama terkejutnya dengannya. Saat ini mereka berdua sama sekali tidak tahu tentang keberadaan sang cucu yang tiba-tiba saja menghilang bagai ditelan bumi. Disaat kedua pasangan tua itu sedang diserang badai kekuatiran, tiba-tiba saja dari pintu utama rumah mereka muncul sesosok pria muda santun yang baru saja turun dari mobilnya.

“Selamat malam Kakek dan Nenek.” Pemuda tampan itu berjalan memasuki rumah mereka dengan memakai kemeja batik yang sangat rapi.

“Nak Rasyid.” Sapa kakek dan nenek itu bersamaan yang sekilas merasa sedikit terkejut karena pria itu tiba-tiba datang ke rumah mereka tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Biasanya sang kakek dan nenek adalah orang yang pertama kali tahu jika Rasyid hendak bermain kesana. Setelah itu, barulah mereka berdua yang akan memberitahu kepada Mawar.

Sementara itu, pria yang saat ini tengah berjalan menuju ke arah kedua orang-tua itu belum mengetahui situasi yang sebenarnya. Dengan menjinjing sekeranjang oleh-oleh yang dibawanya dari kota lain, pria itu tampak mengembangkan senyumnya sebelum dia bertanya mengenai keberadaan wanita yang ingin ditemuinya. “Kek, Apakah Mawar ada? Aku ingin mengajaknya jalan-jalan sebentar.”

Saling bertukar pandang, kakek dan nenek itu tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran mereka yang saat ini tengah membuncah. Sebelum terjadi apa-apa pada Mawar, lebih baik, mereka terlebih dahulu memberitahukannya kepada Rasyid.

“Nak, Mawar menghilang!”

Berita itu sontak membuat Rasyid yang baru saja duduk itu sangat terkejut. “Apa Kek, hilang? Sejak kapan?” Dengan nada penuh kekhawatiran, Rasyid kemudian mencoba menghubungi ponsel milik Mawar yang saat ini tidak dapat dijangkaunya.

Terus mencoba, namun sepertinya, nomor itu sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan yang membuat Rasyid semakin khawatir. Dengan spontan, ia kemudian berdiri dan bertanya kepada sang nenek untuk mencari informasi lebih lagi. “Terakhir kali, apakah nenek tahu kemana Mawar pergi?”

Mendengar itu, sang nenek kemudian ikut bangkit berdiri dan memberikan secarik alamat kepada pria dihadapannya. “Ke tempat ini Nak. Sebelumnya dia mau mencoba baju pernikahan yang baru, karena sebelumnya ia merasa kurang cocok dengan bahannya. Tetapi sejak saat itu, Mawar belum juga pulang. Kami mengira kalau Mawar mungkin menginap di rumah temannya. Tetapi tadi kakek juga sudah mencari tahu ke teman-temannya, tetapi mereka semua bilang tidak melihat Mawar.”

Mendengar itu, sedikit rasa bersalah juga terbesit di hati Rasyid. Sebenarnya dua hari lalu, Mawar meminta dirinya untuk mengantarkannya. Tetapi rupanya, Rasyid begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga bahkan dirinya lupa untuk sekedar menghubungi Mawar. Ia tidak menyangka jika semenjak itu, Mawar menghilang. Jika saja terjadi sesuatu padanya, pasti Rasyid merasa sangat bersalah. Dengan sangat panik, Rasyid kemudian segera mengendarai mobilnya untuk menuju ke tempat dimana Mawar terakhir kali berada.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kawin Culik Sang Jenius   109. Kemarahan Madelline

    ...“Bibi! Bangunlah Bi!” teriak Mawar seraya memeluk bibi Hans.Bibi Hans telah kehilangan banyak darah. Tubuh tuanya telah dengan ganas dikoyak oleh harimau itu karena dia terus berusaha melindungi Mawar.“Bi, jangan mati. Kumohon.”Mawar mengusap darah yang mengalir di dada bibi Hans yang tercabik oleh hewan buas itu. Dia begitu panik dan tubuhnya gemetaran. Mawar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya karena darah bibi Hans mengucur begitu derasnya.“Nyonya, maafkanlah saya,” ucap Bibi Hans tiba-tiba.Wanita tua itu membuka matanya. Dia terlihat meneteskan air matanya karena rasa bersalah yang menderanya. Sudah lebih dari 20 tahun dia hidup bersama dengan Jayden yang telah diasuhnya layaknya anaknya sendiri. Dan sang tuan muda begitu mempercayainya. Tetapi apa yang dilakukannya? Dia malah mengkhianati Jayden dengan membawa isterinya ke Madelline!“Tidak Bi. Jangan ucap

  • Kawin Culik Sang Jenius   108. Perjumpaan dengan Sang Ibu Mertua!

    ...Mawar tidak mengetahui dimana dia berada saat ini. Matanya tertutup kain hitam dan kedua tangannya terikat kebelakang. Hanya deru nafasnya saja yang terdengar menggema di ruangan yang dingin dan sepi itu.Sampai akhirnya, langkah kaki terdengar memasuki ruangan yang nampaknya besar itu. Dan tidak beberapa lama kemudian sebuah suara asing akhirnya menggema disana.“Buka kain di matanya!” seru seorang wanita dengan suara mendominasi.“Baik Nyonya!” jawab seorang pria yang sepertinya adalah pengawalnya.Langkah kaki pria itu terdengar mulai mendekat ke arah Mawar. Dan dalam hitungan detik, pria itu telah menarik dan melepas penutup mata hingga Mawar dapat melihat dengan jelas situasi di depannya.Ya, dia saat ini berada di ruang tamu sebuah rumah mewah bergaya Victoria yang sangat besar. Dinding rumah itu berwarna putih dan dikelilingi oleh jendela-jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan pegunung

  • Kawin Culik Sang Jenius   107. Pergi

    ...Melihat keinginan sang Nyonya, Bibi Hans tidak dapat menahan rasa ibanya. Dia menghela nafasnya sebelum akhirnya dia pergi ke belakang untuk mengambil sesuatu dari dalam brankas yang dimilikinya. Sekilas, ia terlihat mengamati benda itu. Sepertinya ada sedikit keraguan di dalam hatinya. Dari sorot matanya, ia tidak ingin memberikan benda itu kepada Mawar. Tetapi ada hal lain di dalam dirinya yang mendorongnya begitu kuat untuk melakukan apa yang dia yakini.Perlahan, BIbi Hans mengambil benda itu dan menggenggamnya. Kemudian, dia lalu menghampiri sang Nyonya yang masih menangis di atas lantai dingin di dapur itu.“Nyonya … “ ucap Bibi Hans ikut bersimpuh di depan sang Nyonya.Bibi Hans memegang tangan Mawar. Tangan itu terasa begitu dingin karena gemetaran. Bibi Hans tahu, ini adalah waktu baginya untuk memberikan benda itu kepada sang Nyonya.“Nyonya, pergilah. Saya akan menolong anda untuk keluar dari

  • Kawin Culik Sang Jenius   106. Hati yang Pedih

    ...Selama berhari-hari Mawar dibuat penasaran oleh sikap bibi Hans yang berubah. Beberapa kali, Mawar menangkap bayangan bibi Hans yang selalu sembunyi-sembunyi menuju ke belakang rumah untuk menghubungi seseorang. Tetapi anehnya, ketika ditanya, dia selalu mengatakan bahwa itu adalah telepon dari anaknya. Atau kalau tidak, itu adalah telepon dari suaminya.Mustahil. Ponsel bibi Hans tidak akan mungkin bisa digunakan untuk menghubungi keluarganya dengan leluasa karena Jayden sudah membuat pembatas jaringan. Lagipula, Bibi Hans sendiri dulu juga pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah menikah. Kalau dia sampai berbohong, pasti ada hal besar yang disembunyikannya, batin Mawar sambil meneguk segelas orange juice miliknya.“Nyonya, saya akan mengambil bahan-bahan makanan yang di drop oleh suruhan Tuan Jayden,” ucap Bibi Hans yang segera diangguki oleh Mawar.Selama beberapa hari ini, Mawar memang tinggal sendiri bersama Bibi Hans

  • Kawin Culik Sang Jenius   105. Ancaman

    ...Hari telah berganti malam di Pulau Henai. Setelah Bibi Hans memasak makan malam, ia bergegas untuk berjalan menuju ke belakang rumah pantai yang besar itu. Disana, ada sebuah kursi kayu di bawah pohon beringin yang cukup remang. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain disana, ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tidak beberapa lama kemudian, sambungan itu terhubung dan seseorang terdengan berbicara diseberang sana.“Bagaimana hasilnya?” tanya wanita itu diseberang sana.“Seperti yang Nyonya minta, saya sudah mencari tahu niat Tuan Muda yang sebenarnya,” jawab bibi Hans kepada wanita itu.“Apa katanya?” sahut wanita itu sebelum kembali berbicara, “Kau tahu sifatku dan kau juga tahu apa saja yang bisa aku lakukan kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku,” imbuhnya.“Tentu saya tidak berani Nyonya,” timpal Bibi Hans kemudian melanjutkan perk

  • Kawin Culik Sang Jenius   104. Dia Hanyalah Alat Pemuas!

    ...Siang hari terasa sejuk di rumah pantai dengan seluruh jendela kaca yang terbuka. Dengan antusias, Jayden melangkahkan kakinya untuk masuk kesana. Ia berpikir, isterinya itu akan rajin belajar, sama seperti sebelumnya yang dia lihat. Ya, beberapa hari yang lalu, ketika ia dan Mawar sedang bertengkar, Jayden bisa melihat semangat yang membara pada diri wanitanya itu. Sehingga ia berpikir, mungkin hal yang sama juga terjadi saat ini.Saat hendak menarik gagang pintu rumahnya, Suseno tiba-tiba telah berlari keluar dan menabraknya begitu saja. Bruk! “Aw…” keluh sahabatnya itu seketika setelah badan kurus miliknya berbenturan dengan badan Jayden yang kekar. Terasa sakit hingga Suseno mengelus lengannya beberapa kali.“Kau ini kenapa?” tanya Jayden penasaran.“Ja-Jay, mengerikan Jay!” kata Suseno menjawab pertanyaan dari sahabatnya.“Apa yang mengerikan? C

  • Kawin Culik Sang Jenius   103. Rahasia di Pulau Henai

    ...“Bos, sekelompok kru dari kapal itu telah menyelamatkan diri. Apakah kita perlu menangkap mereka?” tanya pria diseberang telepon itu.“Tidak perlu. Biarkan saja mereka. Aku hanya sekedar bermain-main saja,” jawab Jayden seraya terus menciumi tangan isterinya.“Siap Bos!” sahut bawahannya itu.Menutup ponselnya, Jayden lalu merasakan ada sepasang mata yang saat ini tengah menatap tajam dirinya. Dia tahu, Mawar pasti bertanya-tanya mengenai kejadian hari ini. Tetapi Jayden masih belum ingin memberitahunya apapun. Itu terlalu berbahaya bagi Mawar.“Jay, hentikan aksimu itu!” seru Mawar menarik jemarinya dari mulut suaminya itu. “Sekarang cepat katakan semua hal yang aku tidak tahu!” imbuh wanita itu.Jayden tidak bergeming. Dengan lembut, ia malah mengambil anak rambut isterinya dan merubah topic pembicaraan.“Sayang, rambutmu wangi sekali. Shampoo apa

  • Kawin Culik Sang Jenius   102. Pesan dari Cucu Tampannya

    ...Keluar dari rumah pantai itu, Bos Li berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana tidak, cucu lelakinya itu telah berani mengepung kapal perang miliknya. Dasar bocah kurang ajar! Sekarang, mungkin yang perlu dia lakukan adalah mundur terlebih dahulu. Tetapi suatu saat nanti, ia yakin, bahwa ia bisa menakhlukkan bocah pemberontak itu dan membawanya kembali ke keluarga Linua.Membawa tongkatnya, Bos Li terus berjalan menuju ke kapal yang telah menjemputnya. Namun di sela-sela perjalanannya, kedua matanya melirik ke arah cucu perempuannya itu.“Diona, sejak kapan kau tahu tentang keberadaan kakakmu di pulau ini?” tanya sang kakek, “Pulau Henai bukanlah tempatmu atau kakakmu,” imbuhnya.“Em, Kakek, aku minta maaf. Aku tahu sejak mata-mataku melihat kakak menculik seorang perempuan,” sahut Diona dengan sedikit merasa bersalah, “Jadi, aku mengikutinya sampai ke pulau ini,”&ldqu

  • Kawin Culik Sang Jenius   101. Pertemuan Sengit

    . . . Ceklek! Pintu itu terbuka menampilkan sosok tua yang tidak asing di mata Mawar. Menyipitkan matanya, Mawar sepertinya mengenali siapa pria beruban yang tiba-tiba datang itu. Tunggu, bukankah dia adalah …. Merasa mengenali pria tua itu, Mawar lalu menarik lengan suaminya dan berusaha mengatakan sesuatu padanya. “Jay, orang itu-“ perkataannya terputus karena Jayden lebih dulu memandangnya dengan tatapan lembut. “Dia yang memberimu cek dan selembar foto palsu pernikahanku?” sahut Jayden membuat Mawar terkejut, “Aku sudah tahu sayang,” imbuhnya lalu mencium tangan isteri kesayangannya itu. “Lalu darimana kau bisa tahu?” tanya Mawar yang langsung dibalas sebuah senyuman oleh suaminya. “Aku terlalu jenius untuk hal sekecil itu, sayang,” jawabnya. “Tapi siapa dia Jay?” tanya Mawar penasaran, “kenapa dia ingin membuat kita bercerai?” imbuhnya. “Ckck …,” mendengar itu, sebuah tawa kecil lepas dari mulut pri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status