Langkah Nayara dia urungkan,"kenapa Pak?" tanya Nayara.
"Kamu yakin pulang jam segini?" tanya dengan ragu. Dia terlalu gengsi untuk mengkhawatirkan seorang karyawan seperti halnya Nayara.
Nayara melirik ke arah jam dinding yang menempel di dinding di samping Kendrick. Jam menunjukkan pukul sebelas tepat. Nayara menarik napas, dia yakin.
"Iya Pak, lagian saya besok kan harus kerja lagi!" ucap Nayara dengan penuh keyakinan yang dia pak sama. Padahal hari ini adalah hari pertama baginya pulang ke rumah hingga larut malam sendirian. Dia biasanya, bila pulang larut malam selalu akan ada supir yang menjemputnya. Namun kali ini dia sendiri saja bersama dengan sepedanya.
"Apa perlu..."
"Saya pulang dulu ya Pak, selamat malam!" Nayara segera memotong kalimat Kendrick yang hendak memberikan pinjam sepeda listriknya padanya. Namun Nayara sudah berburuk sangka terlebih dahulu, mengingat kelakuan Kendrick yang mengigau ketika tidur.
Nayara lari terbirit keluar dari rumah Kendrick. Nayara segera mengendarai sepedanya yang terparkir di halaman rumah Kendrick yang luas nan megah. Lebih megah dari rumah Nayara terdahulu.
***
Keesokan harinya..Jennie sudah berada di depan rumah Nayara bersama dengan mobilnya. Dia sengaja tak memberitahu Nayara akan kedatangannya karena takut ditolak olehnya. Jennie sendiri diperintahkan oleh Kendrick untuk menjemput Nayara supaya tak menggunakan sepedanya lagi yang mungkin akan menyusahkan.
Terlihat Nayara keluar dari rumahnya sembari menuntun sepeda. Jennie segera turun dari mobilnya ketika melihat Nayara yang baru saja keluar dari rumahnya.
"Nay, bareng aku aja!" ajak Jennie mencegat jalan yang akan dilalui Nayara.
Langkah Nayara terhenti begitu juga laju sepedanya. Matanya menatap aneh dan juga terkejut pada Jennie yang sudah hadir sepagi ini di depan rumahnya.
"Kamu gak ke ke kantor?" tanya Nayara yang malah fokus pada hal lain.
"Aku ke sini jemput kamu atas perintah Pak Kendrick," terang Jennie yang menjelaskan alasan kenapa dirinya sudah sepagi ini di depan rumahnya.
"Pak Kendrick? Kok bisa? Kan aku..."
"Duh... Udah deh ayo buruan naik ke mobil aku! Sepedanya ini simpen aja!" suruh Jennie yang mengambil alih sepeda Nayara dan menyimpannya di pinggir dinding rumah.
"Terus aku pulang gimana?" tanya Nayara yang tak mau jika dirinya nanti pulang harus naik taksi atau bus.
"Tenang.. Gak akan kok. Ayo!" Jennie langsung menarik lengan Nayara keluar dari halaman rumah Nayara. Kemudian dia membukakan pintu mobil untuk Nayara.
Mau tak mau Nayara pun akhirnya Nayara mengikuti ajakan Jennie. Di dalam mobil Nayara terus berpikir bagaimana jika dirinya nanti malah harus pulang menggunakan taksi atau bus. Itu tidak mungkin baginya. Pantrang.
"Jen, sekarang kira-kira Pak Kendrick ada meeting atau apa gitu? Yang mungkin bikin aku bakalan pulang malam?" tanya Nayara pada Jennie sebagai antisipasinya.
"Pulang malem?" tanya Jennie tak mengerti.
"Kemarin aku pulang malem jam sebelas dari rumah Pak Kendrick!" terang Nayara. Ingatannya akan kejadian semalam seolah datang seperti hantu. Tiba-tiba saja teringat di dalam pikiran Bayar ketika Kendrick menarik tangannya dan tubuhnya jatuh ke atas pangkuan Kendrick.
"Kamu beneran di rumah Pak Kendrick kemarin?" tanya Jennie lagi dengan nada yang sama. Nayara hanya menganggukkan kepalanya. Jennie tak percaya dia menggelengkan kepalanya. Dia tahu siapa tuannya itu.
Seseorang yang sangat sulit sekali didekati oleh orang. Terutama oleh orang yang baru dikenalnya. Dengan dirinya yang sudah bekerja beberapa tahun lamanya pun Jennie tak pernah masuk jelas ke dalam rumahnya. Apalagi hingga larut malam.
"Aku udah kerja selama dua tahun ini gak pernah diizinin masuk ke dalam rumah Pak Kendrick loh. Siapapun orangnya dia gak pernah izinin!" tutur Jennie yang sudah tahu betul siapa tuannya itu. Namun semenjak kedatangannya Bayar semuanya sedikit demi sedikit menjadi berbeda dan mungkin akan ada perubahan.
"Ya kemarin aku disuruh masak sarapannya Pak Kendrick. Terus ada kecelakaan gara-gara anjing, jadi aku harus bantuin dia nyiapin berkas buat hari ini!" terang Nayara yang tampak acuh dengan siapa Kendrick dan bagaimana kebiasaannya sebelum dirinya datang.
Dia hanya berniat bekerja dengan baik yang nantinya akan digaji dengan baik juga. Bukan bekerja dengan mencari muka apalagi mencari perhatian dari atasan seperti Kendrick. Dia hanya ingin menghasilkan uang sebanyak-banyaknya dan bisa hidup seperti sebelumnya menyenangkan kedua orang tuanya.
Keduanya sampai di depan rumah kediaman Kendrick. Nayara turun dari mobil Jennie dengan wajah heran yang melihat Jennie tak ikut turun dengannya.
"Jen kamu gak masuk?" tanya Nayara yang membungkukkan tubuhnya menatap ke arah Jennie di dalam mobil.
"Mana boleh Nay, udah kamu masuk aja sana aku pergi ke kantor ya?" ujar Jennie pamit dan bersiap menginjak pedal gasnya.
"Ohh okey deh, hati-hati di jalan yah!" seru Nayara.
Nayara berdiri sebentar sampai mobil Jennie tak terlihat lagi. Kemudian dia masuk ke dalam rumah Kendrick dengan tarikan napas yang panjang terlebih dahulu.
Seperti hari kemarin dia masuk dengan memasukan sandi rumah Kendrick dan kemudian masuk secara perlahan. Ketika dirinya sudah membuka pintu ternyata Kendrick sudah berdiri di depan pintu dengan kedua tangan yang dia sembunyikan ke belakang.
"Pak!!" sapa Nayara seraya membungkukkan tubuhnya untuk menghormati atasannya dengan sedikit senyuman kaku. Kendrick hanya berdehem.
"Siap kan saya sarapan sudah itu kita berangkat ke kantor!" ujarnya dengan tubuh yang tak bergerak sedari tadi.
"Loh? Emangnya kaki Bapak udah sembuh?" tanya Nayara yang melirik ke arah kaki Kendrick yang lurus tegak berdiri di atas lantai dan sudah mengenakan sepatu layaknya hari-hari biasa Kendrick pergi ke kantor.
"Hari ini saya mau tak mau harus. Setelah itu kita pergi ke tender, baru saya bisa merasa santai untuk hari ini!" jelas Kendrick yang terlihat sangat bertanggung jawab dengan segala pekerjaannya. Dia selalu ingin melakukan hal yang terbaik untuk perusahaannya.
"Terus Bapak jalan gimana? Apa kaki Bapak masih sakit?" tanya Bayar yang tampak lebih mementingkan kesembuhan kaki atasannya ketimbang urusan pekerjaannya.
Kendrick tak serta merta menjawab pertanyaan Bayar. Dia perlahan berjalan menuju ruang makan untuk menantikan sarapannya yang akan dibuatkan oleh Nayara. Dia sudah menantinya sejak semalaman.
Kendrick tampak terjinjit berjalan seperti seorang anak laki-laki yang baru saja menyelesaikan sunat. Nayara menarik napas panjangnya. Dia tak tega membiarkan Tuannya berjalan kesusahan seperti itu. Bagaimana pun dia kini bekerja untuk Kendrick yang artinya memegang tanggung jawab atas kesembuhan dan keselamatan Kendrick.
"Sini Pak saya bantu!" ucap Nayara yang segera menghampiri Kendrick. Nayara langsung meraih tangan Kendrick dan menyimpan dibahunya. Kemudian tangan yang satunya membantu Kendrick agar dapat berjalan dengan baik tak melukai kakinya.
Aroma itu terhirup lagi di hidung Kendrick kini lebih segar dan lebih semerbak matanya menatap fokus pada wajah Nayara yang sedang serius melihat ke arah langkah kaki Kendrick yang berjalan.
"Pak fokus dong, nanti kakinya malah keseleo lagi!" seru Nayara yang menyadari dirinya tengah diperhatikan oleh Kendrick.
Mata Kendrick langsung mengerjap. Dia ketahuan curi-curi pandang pada seorang gadis yang baru dia kenal sehari kemarin.
Mata Kendrick begitu fokus ke arah Nayara yang sedang mempersiapkan sarapan untuk dirinya. Dirinya memang sengaja memeritah pada Nayara, sebagai ganti balas dendam karena kejadian cipratan air diwaktu yang sudah lalu.Entah kenapa dirinya yang hanya berniat mengerjai Nayara satu hari saja dirumahnya. Namun semenjak Kendrick melihat Nayara mengenakan pakaian itu dia ingin selalu berada di samping Nayara. Ada sesuatu hal yang dia rindui telah terobati."Hari ini kita pergi ke kantor Pak?" tanya Nayara seraya menghidangkan makanan di atas meja dan memberikannya ke hadapan Kendrick. Hanya sekedar nasi goreng dan sedikit olahan salad yang dia buat."Loh kok nasi goreng?" tanya Kendrick agak kurang berkenan melihatnya. Tangannya menjauhkan piring berisi nasi goreng itu dari dirinya."Di dalam kulkas bapak tuh kosong, hanya ada bahan makanan itu saja" jelas Nayara yang kemudian duduk. Dia hendak menarik piring yang berisi nasi goreng buatannya. Namun setelah mendeng
Sepertinya Athaya ke ruangan Kendrick. Dengan segera Kendrick menekan sebuah tombol remote yang membuat si tembok kaca menjadi tak transparan lagi. Semuanya tampak putih seluruhnya dan tak lagi terlihat ke dalam ruangan Kendrick.Seketika setelah Kendrick mengubah tampilan tembok ruangannya beberapa karyawan wanita langsung mendekati Nayara. Ketika mereka Nayara tampak sangat akrab dengan Athaya."Nay kamu kenal sama Pak Athaya?""Kok bisa kenal gitu sama Pak Athaya?""Kamu baru aja kerja belum satu hari tapi udah akrab sama Pak Athaya, sahabatnya Pak Kendrick!"Nayara hanya menarik napas mendengar semua pertanyaan yang terlontar untuk dirinya. Nayara hanya tersenyum kepada setiap orang yang bertanya padanya dan juga yang memandangi nya."Aku cuman kenal sekilas aja kok sama Pak Athaya. A-aku mau kerja dulu yah.." ucap Nayara dengan nada yang seiring merendah. Dia juga tak mau menjadi membuat tak enak kepada para seniornya. Dia hanya ingin bekerja
Kendrick berjalan dengan agak sedikit tertatih-tatih menahan rasa sakit di kaki yang masih tersisa. Dia tak mau mengenakan tongkat untuk membantunya berjalan. Dia menjadi terlalu gengsi di depan Nayara jika harus terlihat lemah tak berdaya. Dia ingin terlihat sebagai seorang lelaki perkasa dan berwibawa.Nayara menyusuri bagian sayuran. Tangannya mengambil sayuran yang dikiranya akan dia masak untuk setiap makan pagi bosnya itu. Dia hanya memasukkan bahan sayuran yang pernah dia masak untuk Kendrick. Dan tak memasukkan makanan yang mungkin tak akan disukai oleh bosnya itu.Jam di tangan Nayara sudah menunjukkan ke angka tujuh. Berarti siang telah berlalu. Nayara menarik napasnya untuk sesaat kemudian menghelanya dengan cepat. Hal itu tertangkap oleh mata Kendrick."Kamu cape?" tanya Kendrick yang merasa kasihan melihat asistennya. Dia tahu jika Nayara seorang wanita yang baru pertama kali bekerja dan menjalani hal seperti ini. Ditambah memang bekerja dirinya sangat
"Kamu baik-baik saja?" tanya Kendrick yang berubah lagi menjadi tampak berbicara santai dengannya. Nayara segera membalikkan tubuhnya ke arah Kendrick yang berdiri dibelakangnya dengan mengenakan pakaian yang agak berbeda dari sebelumnya.Nayara mengerutkan keningnya, "Bapak ganti baju?" tanya Nayara."Iya, baju tadi kena kotorannya Loli!" jawabnya dengan mata yang menoleh ke sana kemari. Tangannya mencoba terus menerus merapikan pakaiannya.Nayara mengangguk."Sudah siang Pak, kita ke kantor sekarang?" ajak Nayara seraya menyelendangkan tasnya ke bahu.Kendrick menganggukkan kepalanya kemudian berjalan lebih dulu dari Nayara menuju pintu. Ketika dirinya membuka pintu ternyata Athaya sudah berada di luar rumah Kendrick dengan mengenakan pakaian yang berwarna senada dengan Nayara tanpa membuat janji terlebih dahulu."Pak Athaya?!" sapa Nayara yang agak sedikit terkejut akan keberadaan Athaya yang muncul tiba-tiba di depan halaman rumah Kendrick.
Di lorong rumah sakit Kendrick terlihat duduk menunduk dengan raut wajah yang khawatir. Dari arah lain Jennie yang seharusnya berada di kantor mendengar temannya dilarikan ke rumah sakit oleh Kendrick dia segera pergi meninggalkan pekerjaannya dan lebih memilih melihat keadaan Nayara."Pak! Nayara kenapa?" tanya Jennie dengan napas yang tersengal-sengal karena dia berlari dari parkiran mobil hingga kini hadir di depan Kendrick karena hatinya yang begitu khawatir terhadap Nayara.Kendrick mengangkat wajahnya. Dia berdiri membetulkan pakaiannya yang sempat berantakan."Saya belum tahu dia kenapa, dokter masih di dalam," terang Kendrick yang berusaha tak terlihat panik oleh Jennie. Dia baru pertama kali ini merasakan rasa kawatir dan panik yang begitu berlebihan. Sebelumnya tak pernah dan tak pernah sama sekali peduli akan kesusahan orang lain.Jennie menarik napas panjang sembari berdoa di dalam hatinya. Dia berharap jika temannya itu tak terluka atau
Nayara memutuskan untuk pulang saja dari pada harus menginap di rumah sakit. Dia tak mau jika nantinya dijadikan alasan oleh Kendrick untuk dirinya tidak masuk kerja. Dirinya yakin jika kondisi tubuhnya kini sudah membaik. Dan malah lebih baik dari sebelumnya.Sebagai gantinya, Kendrick membuat kesepakatan dengan Nayara. Nayara boleh pulang asalkan dirinya yang mengantarnya hingga rumah. Sebagai ganti rasa bersalahnya sebagai bos yang tak bisa menjaga anak buahnya."Pak, antar nya jangan ke rumah, kita ke kedai orang tua saya saja!" pinta Nayara dengan wajah yang malu-malu dan juga segan.Dia ingin menemui kedua orang tuanya yang sedari tadi sudah panik dan cemas karena diberitahu oleh Jennie akan kejadian di kantor tadi siang."Kedai?" bingung Kendrick."Iya tadi tuh orang tua aku pada panik soalnya dikabarin Jennie kalau aku sakit, aku pingsan.." terang Nayara menjelaskan secara perlahan dengan nada datar."Oh.. Okey!" setuju Kendrick dengan waj
Keesokan harinya Nayara kembali bekerja seperti biasanya. Namun kali ini dia pergi ke rumah Bosnya dengan membawa beberapa bekal kotak makanan yang sengaja dibuatkan oleh Ayahnya untuk Kendrick yang dikiranya sebagai teman sekantor Nayara.Sesampainya di depan pintu rumah ternyata Bayar sudah di sambut oleh Athaya yang sudah berdiri dengan sembari melipat kedua tangannya menatap Nayara dengan tatapan yang serius."Ke-kenapa Pak?" tanya Nayara yang seketika menjadi gugup dan membuat bibirnya menjadi kelu karena sorot mata Athaya padanya."Kau membawa makanan?" tanyanya dengan mata yang menunjuk ke arah kotak makanan yang tersusun lima kebawah dengan dibalut lagi oleh tas khusu makanan agar kehangatan makanan dan juga aroma makanan dapat terjaga dengan baik."I-iya!" jawab Nayara menganggukkan kepalanya yang ikut menoleh sebentar ke arah barang yang dibawanya."Untuk siapa?" tanyanya lagi.Bayar kebingungan menjawab. Dia tak mau membuat Athaya
Di Kantor.Nayara berjalan di belakang Kendrick yang baru saja tiba dengannya. Sepanjang jalan menuju ruang kerjanya, banyak sekali para staf karyawan yang memberikannya hormat dan sapaan selamat pagi walau pun sebenarnya ini sudah terlalu larut untuk dikatakan pagi. Karena jam sudah menunjukan waktu jam sepuluh lebih.“Nay, kamu habis dari mana aja sama Pak Kendrick?” tanya Asti teman satu divisinya yang kursinya tak terlalu jauh dari Nayara.Nayara tak menjawabnya dengan segera dia membutuhkan waktu untuk duduk di bangkunya sejenak.“Ah…” helanya dengan napas panjang.“Aku tidak dari mana-mana,”jawab Nayara seraya menghela napas lagi.Kendrick terduduk di kursi kerjanya dengan pandangan yang lurus ke depan. Bukan pandangannya yang terarah ke layar komputer. Matanya malah fokus ke arahluar di mana dudukn