Akhirnya Athaya, Kendrick dan Nayara berada di meja makan. Ketiganya sarapan pagi bersama. Nayara tampak kaku dan canggung karena inilah pertama kali dirinya makan didampingi dua orang pria yang cukup asing baginya.
"Habis ini kamu gak perlu pergi ke kantor!" ucap Kendrick dengan mulut yang masih penuh dengan makanan didalamnya.
Nayara menghentikan mulutnya yang sedang mengunyah makanan. Matanya tertuju pada Kendrick.
"Iya Pak!" sahut Nayara.
Kendrick menundukkan kepalanya. Namun matanya sedari tadi mencuri-curi pandang ke arah Nayara. Ada sesuatu yang tak asing pada Bayar setelah memakai pakaian yang sudah lama tak ada pemiliknya.
***Sepeninggalan Athaya yang sudah selesai mengobati Kendrick dan juga memberikan Nayara resep obat alerginya. Nayara kini tengah mencuci piring. Dan Kendrick masih terduduk dikursinya.Matanya menatap punggung Nayara yang sedang sibuk mencuci piring. Pikirannya seolah kembali kemasalalunya.
Dimana seseorang wanita yang mengenakan pakaian yang sama dengan Nayara seolah tampak akrab dengan dirinya. Wanita itu selalu memberikannya senyuman yang manis dan juga terlihat tengah memasak di samping Nayara yang tengah mencuci piring.
"Pak? Pak Kendrick???"
Bayangan masa lalu nya buyar. Kenyataan yang ada dihadapannya adalah Nayara Si Sekretarisnya sekaligus kini benar-benar menjadi asisten pribadinya.
"Pak, apa bapak mau saya antar ke kamar atau ke mana?" tanya Nayara yang menawarkan diri untuk membantu Kendrick berjalan. Dia melihat bagaimana sulitnya Kendrick ketika dia berjalan untuk sarapan tadi. Itu pun dibantu Athaya. Kini Athaya tidak ada. Sudah pergi, kembali ke rumah sakit.
"Eu? I iya, bantu saya ke ruang kerja saya. Saya ada meeting!" terang Kendrick dengan nada yang malu-malu. Wajahnya tak setegas tadi. Dia agak mudah untuk ditaklukan untuk kali ini. Mungkin karena sedang cedera. Dan tak mungkin dia akan arogan. Hanya Nayara yang bisa membantunya utuk segala hal hari ini.
Athaya sendiri sangat jarang atau bahkan tak pernah mengundang seseorang terkecuali Athaya atau pada keadaan yang benar-benar darurat dan itu belum pernah terjadi. Hanya baru Nayara yang baru kali pertama dan satu-satunya wanita yang diperbolehkan masuk ke dalam rumahnya. Setelah sekian purnama lamanya.
Nayara membopong tubuh Kendrick yang besar ke ruang kerjanya. Harum aroma farfum kesukaan Nayara bermerk Marc Jacobs varian Daisy keharuman yang memiliki kesan feminim. Keharuman ini perpaduan dari harum bunga yang lembut dengan kesegaran buah. Aromanya tercium sedari tadi di hidung Kendrick. Membuat jantung Kendrick menjadi agak tak menentu.
Sudah sangat lama dia tak mencium aroma wewangian itu.
"Ada yang bisa saya bantu lagi Pak?" tanya Nayara setelah selesai membantu Kendrick berhasil duduk di kursi kerjanya yang berhadapan langsung dengan meja kerjanya.
"Kamu tolong telepon Jennie mengenai keadaan saya sekarang, dan katakan semua pekerjaan kantor hari ini akan dikerjakan di rumah saja!" suruhnya dengan hanya mengacungkan satu jari telunjuknya saja.
"Baik Pak!" angguk Nayara yang seraya berjalan keluar dari ruangan kerja Kendrick.
Kendrick cukup lama melakukan meeting nya yang hanya melalui video bersama dengan kliennya. Para mitra dan klien tak sama sekali keberatan dengan melakukan rapat melalui smmbungan video seperti itu. Yang terpenting bagi mereka kehadiran Kendrick dalam rapat adalah lebih penting dari apapun. Tak masalah apapun caranya.
Nayara hanya duduk menunggui Kendrick usai rapat. Tangannya sesekali berkirim pesan dengan Jennie yang sedang mempersiapkan keberangkatannya yang akan tiba empat hari kedepan.
"Nayara..." panggil Kendrick. Nayara yang sedang asyik dengan ponselnya dia langsung menyimpan di saku pakaiannya.
"Ya Pak?!" sahut Nayara yang langsung ada di depan Kendrick. Mata Kendrick menatap sebentar ke arah Nayara.
"Hari ini kamu bantu saya mempersiapkan berkas untuk tender besok, apa kamu bisa?" tanya Kendrick dengan pandangan yang agak kurang tak yakin jika Nayara yang baru bekerja satu hari ini mau menemaninya menyelesaikan bekerja.
Nayara terdiam sejenak. Dia mengambil napas panjang, "bisa pak!" setuju Nayara seraya menganggukkan kepalanya.
Di satu sisi yang lainnya.Jennie yang sudah selesai bekerja di kantor dia bermaksud untuk menemui Nayara. Namun ponselnya sangat sulit sekali dia hubungi. Jadi, dia memutuskan untuk langsung datang ke kedai kedua orang tua Nayara yang tak jauh jaraknya dari kantornya saat ini."Wah.. Tadi sih Nayara bilang dia mau pulan telat karena harus bantu bosnya persiapan tender besok," jelas Ibunya yang langsung menemui Jennie ketika melihatnya terduduk di kursi pelanggan.
"Ohh gitu yah!" seru Jennie dengan menganggukkan kepala dengan pikiran yang meragu.
***
Nayara sendiri baru saja selesai membuat proposal dan menyusun semua berkas yang akan digunakan besok oleh Kendrick dengan rapi dan memasukkannya ke dalam tas kerja Kendrick saat itu pula supaya esok pagi tak harus membereskan ulang berkas yang harus dibawanya.Usai menyimpan semua berkas yang diperlukan ke dalam tas kerja Kendrick, dia melihat ke arah Kendrick yang malah sudah pulas di kursi kerja dengan kaki yang diperban.
Nayara menyunggingkan bibirnya. Baru kali ini dia mendapatkan pemandangan yang tampak indah hanya untuk dirinya seorang saja. Seorang pria tampak yang kaya raya tengah pulas tertidur dihadapannya.
"Pak, Pak Kendrick!" panggil Nayara yang hendak berpamitan untuk pulang. Dia tak bisa begitu saja pulang tanpa berpamitan. Ditambah dia merasa berbelas kasih melihat Kendrick yang mungkin akan membutuhkan seseorang untuk membantunya berjalan ke kamar tidur.
Melihat Kendrick yang malah semakin pulas Nayara berinisiatif untuk membangunkan dengan cara menepuk pundaknya. Namun ketika tangannya bergerak hendak menyentuh pundaknya. Tangan Kendrick malah menarik tangan Bayar yang terukur padanya. Tubuh Nayara sontak seketika langsung berada di atas pangkuan Kendrick yang masih terlelap dalam tidurnya. Tepatnya kali ini dia sedang mengingau.
Nayara membulatkan kedua matanya. Dia tak menyangka jika seorang Kendrick akan melakukan hal yang bodoh ketika tertidur. Tak mudah dipercayakan juga jika yang dilakukan Kendrick adalah hanya mengingau saja. Mungkin itu hanya sebuah alasannya saja untuk ke lakuannya saja yang sebenarnya mesum.
Nayara berusaha melepaskan pelukan Kendrick atas tubuhnya, "Pak saya mau pulang!" ucap Nayara dengan suara risih.
"Tolong, diamlah sebentar saja! Rasanya sangat damai seperti ini!" seru Kendrick tanpa dia sadari.
"Apa?" gumam Nayara tak percaya. Dia tak mengerti apa yang dimaksud oleh Kendrick. Namun mendengar kalimat yang diucapkan Kendrick seolah menjadi sihir bagi Nayara yang malah menuruti permintaannya. Nayara terdiam di dalam pelukan Kendrick.
Kendrick terbuka. Dia sudah berbangun dan kesadarannya sepenuhnya sudah kembali. Betapa kagetnya ketika menyadari Nayara yang berada di dalam pelukannya dan berada tepat di atas pangkuannya.
"Apa yang kau lakukan?" bentak Kendrick yang kemudian melemparkan Nayara dari pangkuannya. Untung saja Nayara dapat menguasai tubuhnya sehingga dia tak terjatuh ketika di dorong Kendrick menjauh dari dirinya.
"Aishhhh!!!" kesal Nayara. Dia merasa bodoh dan menyesal karena sudah terlena oleh kalimat igauan Kendrick barusan.
"Kamu ngapain tadi?" tanya Kendrick sekali lagi. Dia tampak seperti baru saja dinodai oleh Nayara si Sekretarisnya yang baru.
Nayara mengatur napasnya sembari memejamkan matanya sebentar. Kemudian kedua tangannya disimpan di sebelah sisi kedua pinggangnya. Berkacak.
"Duh Pak, Bapak makanya kalau tidur di kamar sana. Sendiri yang narik-narik tangan aku, sambil bilang tolong diam sebentar, rasanya damai seperti ini!!" celoteh Nayara yang mengucapkan ulang apa yang sudah diucapkan Kendrick ketika sedang tertidur.
"Jangan ngada-ngada kamu!" elak Kendrick. Dia tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nayara tentang dirinya. Tak mungkin seorang dirinya melakukan hal bodoh ketika tidur.
"Ah.. Terserah Bapak deh, ini udah malem saya harus pulang. Saya pamit!" ucap Nayara mengakhiri perdebatannya dengan Kendrick yang tak mungkin akan usai satu malam saja. Nayara membungkukkan tubuhnya untuk berpamitan.
"Tunggu," kata Kendrick.
Langkah Nayara dia urungkan,"kenapa Pak?" tanya Nayara."Kamu yakin pulang jam segini?" tanya dengan ragu. Dia terlalu gengsi untuk mengkhawatirkan seorang karyawan seperti halnya Nayara.Nayara melirik ke arah jam dinding yang menempel di dinding di samping Kendrick. Jam menunjukkan pukul sebelas tepat. Nayara menarik napas, dia yakin."Iya Pak, lagian saya besok kan harus kerja lagi!" ucap Nayara dengan penuh keyakinan yang dia pak sama. Padahal hari ini adalah hari pertama baginya pulang ke rumah hingga larut malam sendirian. Dia biasanya, bila pulang larut malam selalu akan ada supir yang menjemputnya. Namun kali ini dia sendiri saja bersama dengan sepedanya."Apa perlu...""Saya pulang dulu ya Pak, selamat malam!" Nayara segera memotong kalimat Kendrick yang hendak memberikan pinjam sepeda listriknya padanya. Namun Nayara sudah berburuk sangka terlebih dahulu, mengingat kelakuan Kendrick yang mengigau ketika tidur.Nayara lari terbirit keluar
Mata Kendrick begitu fokus ke arah Nayara yang sedang mempersiapkan sarapan untuk dirinya. Dirinya memang sengaja memeritah pada Nayara, sebagai ganti balas dendam karena kejadian cipratan air diwaktu yang sudah lalu.Entah kenapa dirinya yang hanya berniat mengerjai Nayara satu hari saja dirumahnya. Namun semenjak Kendrick melihat Nayara mengenakan pakaian itu dia ingin selalu berada di samping Nayara. Ada sesuatu hal yang dia rindui telah terobati."Hari ini kita pergi ke kantor Pak?" tanya Nayara seraya menghidangkan makanan di atas meja dan memberikannya ke hadapan Kendrick. Hanya sekedar nasi goreng dan sedikit olahan salad yang dia buat."Loh kok nasi goreng?" tanya Kendrick agak kurang berkenan melihatnya. Tangannya menjauhkan piring berisi nasi goreng itu dari dirinya."Di dalam kulkas bapak tuh kosong, hanya ada bahan makanan itu saja" jelas Nayara yang kemudian duduk. Dia hendak menarik piring yang berisi nasi goreng buatannya. Namun setelah mendeng
Sepertinya Athaya ke ruangan Kendrick. Dengan segera Kendrick menekan sebuah tombol remote yang membuat si tembok kaca menjadi tak transparan lagi. Semuanya tampak putih seluruhnya dan tak lagi terlihat ke dalam ruangan Kendrick.Seketika setelah Kendrick mengubah tampilan tembok ruangannya beberapa karyawan wanita langsung mendekati Nayara. Ketika mereka Nayara tampak sangat akrab dengan Athaya."Nay kamu kenal sama Pak Athaya?""Kok bisa kenal gitu sama Pak Athaya?""Kamu baru aja kerja belum satu hari tapi udah akrab sama Pak Athaya, sahabatnya Pak Kendrick!"Nayara hanya menarik napas mendengar semua pertanyaan yang terlontar untuk dirinya. Nayara hanya tersenyum kepada setiap orang yang bertanya padanya dan juga yang memandangi nya."Aku cuman kenal sekilas aja kok sama Pak Athaya. A-aku mau kerja dulu yah.." ucap Nayara dengan nada yang seiring merendah. Dia juga tak mau menjadi membuat tak enak kepada para seniornya. Dia hanya ingin bekerja
Kendrick berjalan dengan agak sedikit tertatih-tatih menahan rasa sakit di kaki yang masih tersisa. Dia tak mau mengenakan tongkat untuk membantunya berjalan. Dia menjadi terlalu gengsi di depan Nayara jika harus terlihat lemah tak berdaya. Dia ingin terlihat sebagai seorang lelaki perkasa dan berwibawa.Nayara menyusuri bagian sayuran. Tangannya mengambil sayuran yang dikiranya akan dia masak untuk setiap makan pagi bosnya itu. Dia hanya memasukkan bahan sayuran yang pernah dia masak untuk Kendrick. Dan tak memasukkan makanan yang mungkin tak akan disukai oleh bosnya itu.Jam di tangan Nayara sudah menunjukkan ke angka tujuh. Berarti siang telah berlalu. Nayara menarik napasnya untuk sesaat kemudian menghelanya dengan cepat. Hal itu tertangkap oleh mata Kendrick."Kamu cape?" tanya Kendrick yang merasa kasihan melihat asistennya. Dia tahu jika Nayara seorang wanita yang baru pertama kali bekerja dan menjalani hal seperti ini. Ditambah memang bekerja dirinya sangat
"Kamu baik-baik saja?" tanya Kendrick yang berubah lagi menjadi tampak berbicara santai dengannya. Nayara segera membalikkan tubuhnya ke arah Kendrick yang berdiri dibelakangnya dengan mengenakan pakaian yang agak berbeda dari sebelumnya.Nayara mengerutkan keningnya, "Bapak ganti baju?" tanya Nayara."Iya, baju tadi kena kotorannya Loli!" jawabnya dengan mata yang menoleh ke sana kemari. Tangannya mencoba terus menerus merapikan pakaiannya.Nayara mengangguk."Sudah siang Pak, kita ke kantor sekarang?" ajak Nayara seraya menyelendangkan tasnya ke bahu.Kendrick menganggukkan kepalanya kemudian berjalan lebih dulu dari Nayara menuju pintu. Ketika dirinya membuka pintu ternyata Athaya sudah berada di luar rumah Kendrick dengan mengenakan pakaian yang berwarna senada dengan Nayara tanpa membuat janji terlebih dahulu."Pak Athaya?!" sapa Nayara yang agak sedikit terkejut akan keberadaan Athaya yang muncul tiba-tiba di depan halaman rumah Kendrick.
Di lorong rumah sakit Kendrick terlihat duduk menunduk dengan raut wajah yang khawatir. Dari arah lain Jennie yang seharusnya berada di kantor mendengar temannya dilarikan ke rumah sakit oleh Kendrick dia segera pergi meninggalkan pekerjaannya dan lebih memilih melihat keadaan Nayara."Pak! Nayara kenapa?" tanya Jennie dengan napas yang tersengal-sengal karena dia berlari dari parkiran mobil hingga kini hadir di depan Kendrick karena hatinya yang begitu khawatir terhadap Nayara.Kendrick mengangkat wajahnya. Dia berdiri membetulkan pakaiannya yang sempat berantakan."Saya belum tahu dia kenapa, dokter masih di dalam," terang Kendrick yang berusaha tak terlihat panik oleh Jennie. Dia baru pertama kali ini merasakan rasa kawatir dan panik yang begitu berlebihan. Sebelumnya tak pernah dan tak pernah sama sekali peduli akan kesusahan orang lain.Jennie menarik napas panjang sembari berdoa di dalam hatinya. Dia berharap jika temannya itu tak terluka atau
Nayara memutuskan untuk pulang saja dari pada harus menginap di rumah sakit. Dia tak mau jika nantinya dijadikan alasan oleh Kendrick untuk dirinya tidak masuk kerja. Dirinya yakin jika kondisi tubuhnya kini sudah membaik. Dan malah lebih baik dari sebelumnya.Sebagai gantinya, Kendrick membuat kesepakatan dengan Nayara. Nayara boleh pulang asalkan dirinya yang mengantarnya hingga rumah. Sebagai ganti rasa bersalahnya sebagai bos yang tak bisa menjaga anak buahnya."Pak, antar nya jangan ke rumah, kita ke kedai orang tua saya saja!" pinta Nayara dengan wajah yang malu-malu dan juga segan.Dia ingin menemui kedua orang tuanya yang sedari tadi sudah panik dan cemas karena diberitahu oleh Jennie akan kejadian di kantor tadi siang."Kedai?" bingung Kendrick."Iya tadi tuh orang tua aku pada panik soalnya dikabarin Jennie kalau aku sakit, aku pingsan.." terang Nayara menjelaskan secara perlahan dengan nada datar."Oh.. Okey!" setuju Kendrick dengan waj
Keesokan harinya Nayara kembali bekerja seperti biasanya. Namun kali ini dia pergi ke rumah Bosnya dengan membawa beberapa bekal kotak makanan yang sengaja dibuatkan oleh Ayahnya untuk Kendrick yang dikiranya sebagai teman sekantor Nayara.Sesampainya di depan pintu rumah ternyata Bayar sudah di sambut oleh Athaya yang sudah berdiri dengan sembari melipat kedua tangannya menatap Nayara dengan tatapan yang serius."Ke-kenapa Pak?" tanya Nayara yang seketika menjadi gugup dan membuat bibirnya menjadi kelu karena sorot mata Athaya padanya."Kau membawa makanan?" tanyanya dengan mata yang menunjuk ke arah kotak makanan yang tersusun lima kebawah dengan dibalut lagi oleh tas khusu makanan agar kehangatan makanan dan juga aroma makanan dapat terjaga dengan baik."I-iya!" jawab Nayara menganggukkan kepalanya yang ikut menoleh sebentar ke arah barang yang dibawanya."Untuk siapa?" tanyanya lagi.Bayar kebingungan menjawab. Dia tak mau membuat Athaya