Nayara memutuskan untuk pulang saja dari pada harus menginap di rumah sakit. Dia tak mau jika nantinya dijadikan alasan oleh Kendrick untuk dirinya tidak masuk kerja. Dirinya yakin jika kondisi tubuhnya kini sudah membaik. Dan malah lebih baik dari sebelumnya.
Sebagai gantinya, Kendrick membuat kesepakatan dengan Nayara. Nayara boleh pulang asalkan dirinya yang mengantarnya hingga rumah. Sebagai ganti rasa bersalahnya sebagai bos yang tak bisa menjaga anak buahnya.
"Pak, antar nya jangan ke rumah, kita ke kedai orang tua saya saja!" pinta Nayara dengan wajah yang malu-malu dan juga segan.
Dia ingin menemui kedua orang tuanya yang sedari tadi sudah panik dan cemas karena diberitahu oleh Jennie akan kejadian di kantor tadi siang.
"Kedai?" bingung Kendrick.
"Iya tadi tuh orang tua aku pada panik soalnya dikabarin Jennie kalau aku sakit, aku pingsan.." terang Nayara menjelaskan secara perlahan dengan nada datar.
"Oh.. Okey!" setuju Kendrick dengan wajah datar. Dia berpura fokus ke jalanan yang di depan. Padahal hatinya lumayan tak tenang. Dia takut jika nanti kedua orang tua Nayara akan menyalahkan dirinya karena sudah membuat anak mereka sakit hingga pingsan.
Sesampainya di sana. Nayara segera membuka pintu mobilnya dengan lirikan wajah ke arah Kendrick yang agak tampak berusaha menyembunyikan wajahnya.
"Pak mau mampir?" tawar Nayara.
"Di kedai orang tuaku makanannya lumayan enak-enak kok, saya lihat bapak belum makan dari tadi pagi!" tambah Nayara. Dia berusaha untuk membalas jasa atasannya walaupun mungkin tak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan Kendrick dalam membiayai perawatan ketika dirinya dilarikan ke rumah sakit tadi.
"Saya masih banyak urusan.." tolak Kendrick sambil melambaikan telapak tangannya. Dia benar-benar tak mau.
"Nay?! Kamu udah pulang? Kamu udah sehat?" tanya ayah Nayara yang berlari ke arah anaknya ketika melihat anaknya baru saja turun dari sebuah mobil yang lumayan mewah.
"Ayah... Aku sehat kok!!!" jawab Nayara seketika. Dia segera menempel pada Ayahnya. Dia tak mau terlihat lemah apalagi terlihat lesu di depan Ayahnya tersebut.
"Dia? Siapa?" tanya Ayahnya ketika melihat Kendrick yang ada di dalam mobil. Hal tersebut lumayan menarik perhatiannya. Apalagi mobilnya yang dikendarainya.
"Eu?" Nayara agak bingung untuk menjawabnya.
Namun Kendrick tiba-tiba segera keluar dari mobilnya dan segera menjaba tangan Ayahnya Nayara dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.
"Saya Ken Pak, saya temen Nayara!" ucap Kendrick sembari mengedipkan sebelah matanya ke arah Nayara sebagai kode jika dirinya harus diam dan tak membeberkan identitas dirinya yang sebenarnya.
Mata Nayara membulat, alisnya pun mengangkat keduanya. Dia agak bingung dan aneh namun dia mau tak mau harus segera menganggukkan kepalanya dan menuruti segala permintaan bosnya tersebut.
"Ohhh iya iya, masuk dulu silakan!" ajak Ayah Nayara agak sedikit dengan paksaan. Dia menarik tubuh Kendrick untuk ke kedai miliknya.Langkahnya tergusur-gusur, dia menolehkan kepalanya ke arah Nayara, namun Nayara hanya tersenyum kaku padanya. Dia sendiri pun tak tahu harus berbuat apa. Ayahnya memang seperti itu jika Nayara membawa teman laki-lakinya. Dia selalu menyangka jika setiap laki-laki yang dibawanya pulang adalah kekasih dari anaknya.
"Kamu pasti belum makan ya? Tunggu sebentar yah!!!" tawar Ayah Nayara yang tak memberikan kesempatan pada Kendrick untuk bicara.
Kendrick dan Nayara hanya terbujur kaku di meja makan. Keduanya menjadi kaku entah apa alasannya. Sempat dirinya kehilangan kata untuk bicara, namun sudah tidak.
"Eu.. Pak maaf ya Ayah saya memang selalu gitu kalau ketemu teman saya.." ucap Nayara dengan perlahan. Dia pun merasa malu melihat perlakuan Ayahnya terhadap Kendrick, si bos.
"Teman? Saya kan atasan kamu!" tegas Kendrick.
"Hah?! Eu.. Kan tadi Bapak yang bilang sendiri kalau Bapak itu teman kerja saya yang namanya Ken," timpal Nayara. Dia mencoba mengingatkan Kendrick agar tak menyalahkan dirinya. Bukan keinginan dirinya sendiri yang mengenal Kendrick pada ayahnya. Namun Kendrick sendirilah.
"Ah? Eu.. I-iya.." Kendrick baru ngeuh dengan apa yang baru saja dia lakukan. Dia menganggukkan kepalanya, "iya saya tahu!" ucapnya.
Tak lama kemudian, Ayah Kendrick datang ibunya Nayara dengan membawakan banyak makanan di tangan mereka. Dengan senyuman yang hangat khas dari rasa cintanya orang tua pada anaknya membuat hati Kendrick menjadi sedikit tersentuh yang mengingatkannya pada Ibunya.
"Silakan makan..." Ibu Nayara menyimpan semua makanan di atas meja tepat di depan mata Kendrick. Matanya menatap rakus pada semua makanan itu. Tak seperti biasanya. Dia selalu tak pernah selera pada makanan yang selain dimasakan oleh Nayara. Kini melihat makanan buatan tangan kedua orang tua Nayara membuat selera makannya menjadi meningkat.
"Eu... Yah, sebenernya.." Nayara agak ragu. Dia menatap ke arah Kendrick yang memelototi semua makanan yang ada didepannya. Dia tahu jika bosnya itu tak bisa makan makanan sembarangan.
"Eu? Iya terima masih banyak!!" dengan segera Kendrick meraih sendok dan mulai menyinduk satu persatu makanan di dalam piring yang kemudian dia pindahkan ke dalam mulutnya.
"Eumm... Eumm.. Enak.."
"Tante dan Om memang hebat.. Bisa masak makanan seenak ini!" ujar Kendrick yang terhipnotis oleh kelezatan masakan yang dibuat kedua orang tua Nayara.
Seketika hal tersebut membuat Nayara menjadi menganga. Dia tak pernah menyangka jika Kenrick akan mengucapkan kalimat seperti itu. Biasanya dia akan melemparkan makanan kehadapan orang memasaknya. Tak peduli dia orang tua atau pun bukan. Itulah yang dia ingat dari ucapan Jennie yang pernah disampaikan padanya tempo hari.
Melihat Kendrick yang tampak begitu lahap dengan makanan yang dibuat oleh mereka. Ibu dan juga Ayah Nayara tampak tersenyum riang. Mereka senang bisa membuat teman anak semata wayang mereka menjadi terlihat nyaman. Tak seperti sebelum-sebelumnya, selalu terlihat kabur dan melarikan diri dari mereka karena merasa minder dan lain sebagainya.
Kendrick berhasil menghabiskan makanan yang dibuat oleh kedua orang tuanya Nayara. Dia tampak terlihat menyandarkan tubuhnya di kursi sambil menikmati hembusan udara.
"Bapak udah kenyang?" tanya Nayara sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Kendrick. Dia melihat apa reaksi Kendrick setelah mendengar dari pertanyaannya tersebut.
"Ini jam berapa?" tanyanya sambil mengangkat sebelah tangannya yang terpasang jam tangan mewah nan mahal.
"Ya sudah saya pulang dulu," ucap Kendrick yang langsung berdiri tegak ketika melihat jam di tangan. Ternyata jarum jam sudah menunjukkan pada waktu sepuluh malam. Dia hendak bergegas pulang karena besok masih banyak pekerjaan lain. Terutama meeting yang sangat penting yang sudah sangat dia nantikan.
Kendrick merapikan kembali pakaiannya yang sempat menjadi berantakan karena dirinya yang terlalu bersemangat melahap makanan tadi. Nayara sendiri berjalan membuntuti langkah Kendrick dari belakang dengan menyimpan kedua tangan dari belakang.
"Kamu ngapain?" langkahnya tiba-tiba terhenti dan langsung berbalik dan membuat Nayara seketika menghentikan langkah kakinya. Kepalanya mendongak untuk menatap langsung ke arah Kendrick.
"Sa-saya mau ngantar Bapak sampai mobil.." ujar Nayara dengan pelan namun jelas di telinga Kendrick.
Seketika Nayara agak sedikit memundurkan wajahnya dan selangkah mundur ketika Kendrick merunduk dan mendekati wajah Nayara dengan tatapan yang dia ngga aneh dan tak biasa olehnya.
Nayara duduk di sofa dengan helaan napas yang panjang. Dia merasa sedikit lega karena bisa memisahkan diri dari Kendrick juga Yuri.Tangan Nayara langsung merogoh pada saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya yang ada di dalam.Dia berusaha menenggelamkan diri untuk tidak merasa bosan selama menunggu Kendrick dan Yuri di dapur sana.Setengah jam berlalu.Nayara baru tersadar jika diri masih berada di ruang tamu sendirian dan belum melihat Kendrick atau pun Yuri keluar dari sana. Dirinya hanya ingin memastikan dan membawa tasnya yang tertinggal di sana untuk diri dapat pergi dari rumah Kendrick sesegera mungkin.Akan tetapi, dirinya harus segera pergi ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah tertunda dan harus segera dia selesaikan hari itu juga.Alhasil, dirinya hanya bisa mondar-mandir naik turun tangga untuk menuju ke arah dapur."Kamu sedang apa?" tanya Kendrick yang memecahkan lamunan Nayara yang sedang hanyut dalam pikirannya sendiri.Seketika Nayara langsung menghen
Yuri yang baru saja menghidangkan makanan di atas meja makan dia agak sedikit tertegun melihat kemesraan yang dilakukan Kendrick pada Nayara. Sedangkan Nayara sendiri dia agak merasa canggung diperlakukan seperti itu oleh Kendrick. Dia jelas tak biasa bersikap seperti itu pada bosnya. “Maaf aku tak sempat memberitahu pihak kantor karena tadi terlalu khawatir mengetahui keadaan Kendrick yang demam tinggi tadi pagi!” tutur Yuri sambil duduk di kursi, dia berusaha untuk memperlihatkan sikap yang dewasa dan tak kekanakan. Tak cemburu walaupun hatinya saat ini tengah memberontak atas dirinya yang hanya diam saja melihat seseorang yang dia sukai malah mesra dengan wanita lain. Nayara menarik napas. Dia ingin menghilangkan sikap canggungnya di depan Yuri. Dia pun duduk di kursi di samping Kendrick. “Tak masalah! Saya malah harus mengucapkan terima kasih pada Kak Yuri karena telah merawat Kendrick untuk saya!” ujar Nayara dengan senyuman yang membuat Yuri semakin kesal karen
Keesokan harinya.eNayara pergi ke kantor seperti biasanya. Namun ada hal yang baginya berbeda hari ini. Yaitu kehadiran Kendrick yang masih belum dia lihat sejak tadi pagi. Dia pun belum mendapatkan informasi apakah Kendrick akan izin kerja ataupun masuk kantro siang hari ini."Nay kok, hari ini Pak Kendrick belum masuk kerja sih?" tanya salah satu karyawan yang merasa heran akan bosnya yang tak biasa absen dalam kerja masuk kantor."Gak tahu juga, soalnya aku belum ada konfirmasi dari Pak Kendricknya. Ponselnya gak aktif!" jawab Nayara yang merasa masih belum bisa memberikan jawaban pasti padanya.Hingga waktu berselang dua jam dari jam masuk kantor Kendrick masih belum juga masuk kantor. Hal itu membuat Nayara menjadi kebingungan dan juga ada sedikit rasa khawatir di pikirannya akan Kendrick bosnya.Dia pun sudah berulangkali menghubungi ponsel Kendrick namun tetap saja tak ada jawaban dari sana.Maka hal yang terakhir bisa dia lakukan adalah dengan
“Nayara!” Kendrick dari arah belakang memanggil Nayara yang sedang berjalan ke arahnya. Ternyata tak hanya Nayara saja yang menoleh ke arah panggilan Kendrick namun Yuri yang ada di samping Nayara dia juga ikut menoleh ke suara yang sudah sangat dia kenal dan tak asing lagi di telinganya.“Kendrick!” sapa Yuri yang langsung mendahului Nayara yang baru saja hendak menghampiri Kendrick namun langsung di susul oleh Yuri. Sontak Nayara langsung menghentikan langkah kakinya dengan tatapan wajah yang agak sedikit kecewa.Yuri mengembangkan senyumannya sangat indah ke arah Kendrick yang tersenyum padanya. Ramah seperti biasa ketika keduanya saling bertemu.“Heum,” Kendrick hanya berdeham padanya dan dia terus berjalan melalui Yuri yang berharap jika Kendrick akan datang pada dirinya. Kendrick malah datang untuk menghampiri Nayara yang dibuatnya terkejut.“Kau ke man
Nayara berbisik ke telinga Kendrick dengan perlahan nan ragu. “Pak, saya ingin ke toilet!" bisiknya dengan wajah yang meringis karena sudah tak tahan menahannya sejak keluar mobil tadi. Kendrick berdehem untuk mengalihkan kekesalannya dan merubahnya menjadi senyuman yang terlihat seperti tengah tersenyum ke arah Nayara. "Kamu ini disaat seperti ini malah ke toilet!” gumamnya dengan tekanan nada yang kesal dan juga mata yang diam-diam memelototi Nayara yang hanya bisa senyum-senyum merasa bersalah padanya. “Maafkan aku, aku janji hanya sebentar. Sekalian aku ingin memperbaiki riasan wajahku!” mohon Nayara yang kini memegangi lengan Kendrick dan memperlihatkan jika dirinya betulan ingin segera pergi ke toilet. Kendrick menghela napas panjangnya dengan wajah yang pasrah. “Ya, sudahlah! Tapi cepatlah kembali padaku!” ujarnya yang akhirnya mau melepask
Nayara dan Kendrick berjalan memasuki gedung acara pernikahan dengan langkah kaki yang sangat elega nan tenang layaknya sepasang terpadu kasih. Kini giliran di dalam gedung untuk kedua kalinya puluhan pasang mata hanya tertuju pada mereka berdua. Namun untuk kali ini Nayara tak terlalu canggung apalagi kaku karena Kendrick telah mengajarinya untuk tetap tenang di dalam pusat perhatian orang banyak dan tetap menampilkan senyuman yang cantiknya. “Wah, Kendrick ternyata kau benar datang?!” seru seseorang yang keluar dari kerumunan dan berjalan menuju ke arahnya sambil memegangi gelas yang masih berisi air berwarna merah di dalamnya. Mungkin pemiliknya hanya baru meminumnya beberapa kali teguk saja. Kendrick segera berbisik ke telinga Nayara sambil berpura-pura tersenyum ke arah orang yang sedang dalam perjalanan menuju ke arahnya. “Dia adalah Keanu, teman satu sekolahku di Amerika. Dia adalah pr