Share

Bab 5

Author: Sebastian Abraham
Sudut bibir Hugo sedikit terangkat. Dia sudah mengerti maksud Tiana.

Tiana mungkin juga mengira Hugo sudah gila. Namun, dia tidak tega membiarkan Hugo terbunuh di tengah pertempuran. Itu sebabnya, dia mencari kesempatan agar Hugo bisa bersembunyi di balik perlindungan para pengawal.

"Kenapa kalian masih diam? Cepat seret dia kemari! Jangan biarkan dia buat malu di sana!" perintah Tiana pada pengawal.

Sebelum pengawal sempat bertindak, sebilah pedang perak yang dipenuhi niat membunuh sudah  ditodong ke leher Hugo.

"Tunggu!" pekik Tiana.

Ondo tertawa dingin. Dia menatap lurus ke mata Tiana, seolah-olah bisa membaca semua pikirannya. Katanya, "Hehehe .... Nona Tiana memang selalu baik hati. Budak yang sudah gila pun masih mau ditolong.

Tiana mengernyit sembari berteriak marah, "Paman Ondo, apa kamu bahkan nggak mau melepaskan orang gila?"

"Hehehe .... Aku ulangi sekali lagi. Kalau kamu nggak mau melibatkan orang yang nggak bersalah, cepat serahkan Telapak Naga. Kalau nggak, kami nggak akan keberatan membunuh lebih banyak orang," balas Ondo.

Begitu Ondo selesai berbicara, bandit yang menahan Hugo dengan pedang itu menggoreskan ujung pedang ke wajah Hugo sambil tertawa sadis.

Tiana menggigit bibirnya. Terlihat keraguan di matanya, tetapi dia segera memejamkan mata dengan pedih.

Melihat ini, Hugo sudah tahu betul keputusan Tiana. Tiana memang berniat menyerahkan jurus bela diri untuk menukar nyawa Hugo. Namun, majikan yang bisa ragu sesaat demi seorang budak sudah membuat Hugo terharu.

Jika ingin hidup, Hugo harus membuat keputusan untuk diri sendiri. Dia menoleh menatap bandit yang memegang pedang itu sekilas. Bandit itu bertubuh gemuk. Tingginya hampir sama dengan Hugo. Kekuatannya kira-kira Tingkat Pembangunan Fondasi Ketujuh.

"Seharusnya bisa diatasi!" seru Hugo. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Energi primordial di dalam tubuh mengalir ke lengan kiri. Sorot matanya menunjukkan kekejaman.

"Hmph. Nona, karena kamu begitu keras kepala, Hugo akan jadi orang pertama yang mati karenamu," ancam Ondo. Dia melayangkan tangan sambil menatap tajam kedua mata Tiana yang penuh kepedihan, lalu memerintah, "Gendut, habisi dia!"

Setelah mendengar perintah, bandit gendut itu tertawa jahat dan mengangkat pedang peraknya.

Pada saat ini, terdengar suara dentuman keras, lalu suara tulang retak, dan disusul suara jeritan bandit gendut yang mirip dengan suara hewan disembelih.

Pedang di tangan bandit itu seketika terjatuh. Hugo langsung mengulurkan tangan dan meraih pedang itu, lalu berbalik menebas bandit gendut.

Dalam sekejap, darah muncrat ke mana-mana. Sebuah kepala yang besar terpental ke udara seiring dengan suara tebasan.

Meskipun Hugo hanya memiliki kekuatan Tingkat Pembangunan Formasi Kelima, kekuatan fisik dan energi primordial di dalam tubuhnya sudah setara dengan ahli Tingkat Pengumpul Energi.

Ketika bandit gendut lengah, Hugo menghantam keras dada bandit itu dengan siku kirinya. Serangan ini langsung menghancurkan tulang di dada dan punggung. Kemudian, dengan satu tebasan, semuanya berjalan dengan sangat lancar.

Semua orang belum sempat bereaksi, tetapi kepala bandit gendut itu sudah terpenggal dan langsung tewas.

Bugh!

Kepala yang berlumuran darah jatuh ke tanah, lalu menggelinding ke hadapan Ondo. Ondo melihat wajah yang familier itu dengan tatapan kosong. Dia tidak percaya ini nyata.

Ondo sudah berada di Keluarga Garjita selama bertahun-tahun dan menyaksikan Hugo tumbuh besar. Bagaimana mungkin dia tidak tahu seperti apa karakter Hugo? Di matanya, Hugo adalah budak yang setia, jujur, dan mudah ditindas.

Siapa sangka, suatu hari seseorang yang sejinak domba bisa mengeluarkan taring sebuas harimau, lalu menghabisi ahli Tingkat Pembangunan Formasi Ketujuh dengan satu tebasan. Kekejamannya yang mengerikan membuat para bandit merinding ketakutan.

Para pengawal Keluarga Garjita bahkan lebih tercengang. Apakah pemuda itu adalah Hugo yang setia, baik, dan suka bercanda dengan mereka? Jika mengabaikan basis kultivasinya, tindakan Hugo yang tangkas dan kejam bahkan sudah melampaui komandan pengawal.

Semua orang terpaku oleh kejadian yang tiba-tiba ini. Waktu seakan-akan berhenti. Tatapan semua orang tertuju pada Hugo yang memegang pedang berdarah. Mereka tidak bergerak, bahkan menahan napas.

Jika tidak kabur sekarang, kapan lagi?

Hugo menyipitkan matanya dan segera membuat keputusan. Pada saat semua orang masih tercengang, dia melemparkan pedang berdarah ke arah Ondo, lalu segera menghampiri Tiana. Ketika Ondo merespons dan menangkis pedang berdarah itu, Hugo sudah berdiri di depan Tiana.

Dia menggendong Daren dengan satu tangan dan menggenggam Tiana dengan satu tangan lainnya. Mereka berlari ke dalam hutan.

"Ayo!" seru Hugo.

Tiana tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya bisa berlari mengikuti Hugo.

Melihat sanderanya meloloskan diri lagi, hati Ondo dipenuhi amarah. Dia menyergah, "Kejar mereka!"

Sayangnya, begitu mereka hendak bergerak, komandan dan para pengawal sudah menghadang mereka.

"Hmph. Kalian pikir bisa menghadang kami?" ujar Ondo dengan kesal seraya menatap komandan pengawal.

Komandan pengawal tersenyum tipis. Dia menggeleng sambil membalas, "Memang nggak bisa, tapi kami bisa mengulur waktu biar Tuan Daren dan Nona Tiana bisa kabur."

"Hehehe .... Kalau kalian mati, memangnya mereka berdua masih bisa lolos?" timpal Ondo dengan dingin.

Komandan pengawal menoleh memandang arah kepergian Hugo dan lainnya, lalu mengangguk dengan yakin. Katanya, "Dulu mungkin nggak bisa lolos, tapi sekarang ada anak itu yang melindungi mereka."

Para pengawal lain juga mengangguk. Entah mengapa, di dalam hati mereka muncul rasa percaya terhadap Hugo.

Mereka memang tidak mengerti mengapa Hugo tiba-tiba begitu kuat dan berani. Namun, selama ada pemberani seperti Hugo di sisi Daren dan Tiana, peluang hidup bagi mereka menjadi lebih besar.

Ondo menggertakkan gigi dengan penuh amarah. Dia melihat ke kejauhan dengan tatapan tajam dan penuh kebencian, lalu berujar, "Beraninya bocah itu merusak rencanaku. Begitu dia tertangkap, aku pasti akan mencincangnya. Aku akan membuatnya mati tanpa tubuh yang utuh!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 50

    Wush!Fajar baru mulai menyingsing ketika Hugo kembali ke rumah kecil itu sambil menggendong dua wanita muda dan cantik di masing-masing tangannya.Para penjaga dari Paviliun Ragnala yang melihatnya sempat terpaku sejenak. Sebab, sudah lebih dari 10 hari mereka tidak melihat Kepala Pelayan Keluarga Garjita ini. Namun setelah itu, mereka langsung menunjukkan senyum penuh pengertian.Beberapa orang bahkan berteriak untuk meledek, "Wah Hugo, semalam pasti kewalahan ya!"Tepat saat itu, Agnia lewat dan melihat Hugo. Pandangannya lalu berpindah ke arah dua wanita cantik yang berada dalam pelukannya.Alis Agnia mengerut pelan, lalu dia memutar matanya dengan ekspresi jijik dan melangkah pergi tanpa memedulikan pria itu, seolah tidak pernah melihatnya. Hanya saja, mulutnya masih sempat bergumam, "Semua pria sama saja."Hugo tahu bahwa mereka sudah salah paham, tetapi dia tidak peduli. Dia terus berjalan dan masuk ke kamarnya sambil menggendong dua wanita itu, lalu melempar mereka begitu saja

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 49

    "Mana ada? Mereka tetap sangat menghormati Nona kok," ucap Nita cepat-cepat. Dia berusaha menghibur nonanya.Wanita berbaju hitam itu hanya tersenyum pahit, lalu merespons sambil menggeleng, "Nita, kamu nggak perlu menghiburku lagi. Aku cuma berharap setelah perjalanan ini selesai, aku bisa mendapatkan Telapak Naga untuk menyembuhkan luka Ayah Angkat.""Nona sangat berbakti, pasti keinginan itu akan terkabul!" jawab Nita sambil tersenyum lembut. Kedua matanya memicing seperti bulan sabit. Melihat senyuman Nita, wanita berbaju hitam pun ikut tersenyum dan terlihat sedikit lega.Kemudian pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara helaan napas lirih masuk ke telinga mereka berdua. "Nona, berbakti dan mengabulkan keinginan itu dua hal yang berbeda. Lagian, siapa yang bilang Telapak Naga bisa menyembuhkan luka?""Siapa di sana?" Wanita berbaju hitam dan Nita segera menoleh ke arah datangnya suara. Entah sejak kapan Hugo sudah duduk santai di jendela. Pria itu sedang menatap mereka berdua samb

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 48

    Hugo menggeleng tanpa daya, lalu lanjut mengamati. Orang berbaju hitam itu melepaskan tudung hitam di kepalanya.Sepasang mata bening yang indah pun terlihat. Rambutnya yang hitam legam dan berkilau terurai seperti air terjun. Kulitnya begitu putih, halus, dan lembut seolah-olah bisa pecah bila disentuh. Ternyata dia adalah seorang wanita cantik yang sangat langka.Bahkan, para anak buah di sekitarnya pun tak bisa menahan diri untuk menelan ludah. Pandangan mereka kosong ketika menatapnya. Sampai wanita itu menatap mereka dengan tajam, barulah mereka buru-buru menunduk.Tanpa banyak bicara, wanita itu berseru keras, "Nita, ambilkan kertas dan kuas!" Gadis itu pun segera membawakan kuas, tinta, kertas, dan batu tinta.Wanita itu menggulung lengan bajunya, lalu mulai menggambar dengan hati-hati di atas kertas. Sebelum 15 menit berlalu, dia sudah menyelesaikan sebuah gambar denah tempat tinggal. Melihatnya, Hugo pun diam-diam memuji dalam hati.Gambar itu menggambarkan dengan jelas tata l

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 47

    Dalam lebih dari 10 hari berikutnya, sosok Hugo sama sekali tidak terlihat lagi di rumah kecil milik Paviliun Ragnala. Bukan hanya Agnia dan yang lainnya, bahkan ketiga orang dari Keluarga Garjita pun jarang melihat wajahnya.Sejak menyatakan niatnya dengan lantang kepada semua orang, Hugo menjadi makin gila-gilaan dalam berlatih. Dia mengurung diri di dalam kamar dan tidak menemui siapa pun.Hanya saat malam tiba, barulah Hugo membiarkan Bayi Darah keluar untuk menyerap energi primordial dari para petarung.Targetnya adalah Keluarga Pramesti. Selama 10 hari lebih itu, Silas benar-benar dibuat frustrasi. Jumlah pengawal di rumah mereka berkurang setiap hari. Lebih parahnya lagi, semuanya menghilang tanpa jejak. Tak ada satu pun mayat yang ditemukan.Hal ini membuat Silas curiga bahwa mereka telah menyinggung Keluarga Garjita, lalu kini Keluarga Garjita meminta bantuan Paviliun Ragnala untuk membalas dendam.Sebab menurut Silas, hanya kekuatan dari Tujuh Keluarga Bangsawan yang mampu me

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 46

    Agnia tidak menjawab apa pun. Dia hanya memandang bayangan punggung Hugo yang perlahan menghilang. Jabal sempat ragu sejenak, lalu menceritakan semua kejadian sebelumnya.Setelah mendengar semua penjelasan dari awal sampai akhir, Novem hanya bisa menggeleng sambil menghela napas panjang.Kemudian, Novem berujar dengan pasrah, "Sudah sering kubilang, berselisih itu wajar tapi jangan sampai menjatuhkan martabat orang lain. Kalian mempermalukan Keluarga Garjita seperti itu, ya wajar saja dia mau membuktikan pada kalian.""Tapi ... apa yang dia katakan barusan, rasanya benar-benar mustahil," gumam Jabal ragu-ragu.Sambil mengelus janggutnya, mata satu-satunya Novem berputar pelan dalam rongga matanya. Kemudian, dia berbicara, "Kalau Keluarga Garjita punya seorang ahli formasi tingkat kelima sebagai pelindung, walaupun mungkin nggak akan bisa menyamai reputasi Tujuh Keluarga Bangsawan, mereka pasti akan menjadi salah satu yang terkuat di kalangan keluarga biasa.""Jadi, lebih baik kita teta

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 45

    Novem ingin mengajaknya bergabung dengan Paviliun Ragnala bukan tanpa alasan. Itu jelas akan membawa keuntungan besar bagi Paviliun Ragnala sendiri.Di sisi lain, Hugo hanya tersenyum tipis dan tak langsung menjawab. Dia menyeruput secangkir teh dengan tenang. Sebenarnya sebelum datang ke sini, dia sudah bisa menebak maksud Novem.Hugo adalah seseorang yang mampu membentuk formasi tingkat kelima. Siapa di seluruh kekaisaran ini yang tidak ingin merebutnya? Bahkan jika dia berhadapan langsung dengan Kaisar, sang Kaisar pun harus bersikap sopan dan memperlakukannya dengan penuh hormat.Jadi sejak saat Hugo memutuskan untuk membentuk formasi tadi, dia sudah memperkirakan akan ada hasil seperti ini.Melihat Hugo masih belum memberikan jawaban, Novem kembali bertanya, "Saudara Hugo, gimana menurutmu?"Hugo menyeringai kecil, lalu bertanya dengan tenang, "Kalau aku mengajukan beberapa syarat, nggak masalah, 'kan?""Tentu saja nggak masalah! Selama Paviliun Ragnala bisa memenuhinya, kamu bole

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 44

    Wush!Tiba-tiba, terdengar suara angin terbelah. Seseorang mendadak muncul di depan Jabal dan Agnia. Mereka berusaha melihat dengan jelas siapa yang datang. Ternyata dia adalah Novem. Saat ini, satu-satunya mata Novem terlihat bersinar penuh semangat."Barusan, siapa yang membentuk formasi itu?" tanya Novem segera.Agnia bergumam, "Eh, itu ...."Keduanya saling memandang sejenak, lalu akhirnya Jabal yang menjawab, "Kepala Pelayan Keluarga Garjita, Hugo!""Apa? Dia?" Novem langsung terkejut. Dia berbalik dan kembali meneliti formasi di sekelilingnya. Makin lama menatap, ekspresinya makin menunjukkan keterkejutan.Novem berujar, "Seorang ahli sejati dalam dunia formasi bukan cuma harus memahami setiap tingkatan formasi dengan sangat mendalam, tapi juga harus melewati latihan bertahun-tahun serta memahami harmoni langit dan bumi, baru bisa menguasai rahasia di dalam formasi.""Aku yang sudah tua begini saja cuma bisa membentuk formasi tingkat ketiga. Bagaimana mungkin anak seusianya bisa

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 43

    Tiana sedikit tertegun. Dia tidak tahu apa yang ingin dilakukan Hugo, tetapi tetap menyerahkan sebuah cincin kepadanya.Setelah menerima cincin itu, Hugo langsung melompat ke atap tertinggi di rumah tersebut. Dia memandang sekeliling dari atas dengan saksama."Eh, ini bukan rumahmu. Kenapa naik ke atas sana? Cepat turun!" seru Agnia dengan nada kesal, sementara bibirnya cemberut.Hugo tidak menghiraukannya. Dia terus mengamati sekeliling. Tak lama kemudian, dia berkata datar, "Formasi pertahanan tingkat ketiga, Formasi Naga Melingkar."Begitu kata-kata itu keluar, Jabal dan Agnia langsung terkejut. Sebab, apa yang dikatakan Hugo memang formasi pertahanan yang dipasang oleh Novem untuk rumah ini. Hanya saja, bagaimana dia bisa langsung mengenalinya hanya dengan satu pandangan?Namun sebelum mereka sempat memproses rasa terkejut itu, Hugo sudah kembali melompat ke udara. Dari cincin itu, batu-batu spiritual memelesat keluar dan berhamburan ke sekeliling rumah seperti hujan deras.Dalam w

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 42

    Melihat bujukan tidak berhasil, Jabal hanya bisa menghela napas pelan lalu meninggalkan tempat itu bersama Agnia. Namun di saat mereka baru saja meninggalkan ruangan, terdengar suara tawa marah Novem menggema.Keesokan paginya, Hugo membawa tiga orang dari Keluarga Garjita pindah dari penginapan ke rumah yang disediakan oleh Novem.Tempat itu adalah rumah tamu milik Paviliun Ragnala yang digunakan khusus untuk menjamu tamu kehormatan. Ukurannya hanya sedikit lebih besar dibandingkan Manor Sharila milik Keluarga Garjita. Ini adalah rumah terbaik di seluruh Kota Andaras, tidak ada tandingannya.Begitu para mata-mata dari berbagai keluarga yang terus mengawasi Keluarga Garjita mengetahui kabar ini, mereka langsung melapor ke atasannya.Dalam waktu singkat, berita bahwa Keluarga Garjita tinggal di bawah perlindungan Paviliun Ragnala tersebar ke seluruh penjuru kota.Semua orang tahu bahwa Paviliun Ragnala bukan hanya menjadi pelindung kuat Keluarga Garjita, tetapi juga sangat menghargai me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status