Ternyata penyebab ia tak bisa mempelajari jurus di buku karena caranya yang salah. Tak mau menyia-nyiakan waktu, Songrui mencoba memulai kembali latihan sesuai dengan petunjuk di dalam buku itu. Jurus yang dipelajari bukanlah ilmu penyerangan, melainkan cara menyerap energi. Seolah buku tersebut telah disediakan sejak lama untuknya. Ia bahkan baru mengerti kalau gambar pohon jelek yang dimaksud guru penjudi adalah gambar akar Lanchu. Teringat kembali perkataan guru bahwa dengan keadaannya sekarang hanya bisa menyerap energi seperti akar Lanchu. Dia berdiri tegap di atas tanah. Melakukan ritual penyerapan. Cara ini berhasil! Energi yang ada di sekitar perlahan berkumpul dan masuk ke dalam tubuh Songrui. Namun tak lama menghilang kembali. Songrui mulai tak fokus. Ternyata meski telah mengikuti cara sesuai dengan yang tertulis, ia tetap saja diperhadapkan dengan tantangan. Merasa lelah dengan semua yang dihadapinya, Songrui memutuskan untuk berhenti. Berharap besok hari akan a
Melihat ekspresi kedua guru yang tak seperti biasanya, Songrui dan kedua murid saling melempar pandangan heran. “Guru, bukankah peraturan di perguruan ini tidak mengikat dan mengatur apa pun keputusan para murid? Lalu kenapa sekarang kami tidak diperbolehkan?” Kedua murid mengangguk tegas—mendukung pertanyaan Songrui. “Dari mana peraturan ini berasal?! Sembarangan!” tanya guru pemabuk seolah tak tahu adanya peraturan itu. “Pokoknya tidak boleh!” Guru judi menatap Songrui serius, “terutama kau! Xiongrui.” “Kami tidak mau gurumu menyalahkan kami lagi jika sesuatu terjadi padamu!” Meski beberapa kali membujuk dengan memberikan alasan, tapi kedua guru bersikeras tak mengijinkan mereka mengikuti turnamen. Beralasan untuk membeli arak dan menjual ramuan pun tidak diijinkan. Malahan membuat kedua guru memperketat keamanan dengan memasang jimat pembatas di semua wilayah perguruan. “Bagaimana ini? Sekarang kita benar-benar sudah tak punya harapan lagi untuk keluar.” “Besok adalah hari
“Benarkah?” “Bagaimana?” Songrui segera menjawab rasa penasaran kedua murid. Ia memberitahukan tentang cahaya aneh di langit yang dilihat tadi. Mungkin saja cahaya aneh di langit adalah petunjuk dan kelemahan jimat pembatas. “Benar!” seru Haoyun bersemangat. “Ada dua pintu yang memancarkan cahaya ketika aku mencoba menghancurkan pembatas!” Murid pertama juga mengakui adanya pancaran cahaya ke langit saat mencoba menghancurkan jimat pembatas di pintu. Dengan adanya tanda ini, Songrui semakin yakin kalau kali ini mereka pasti akan berhasil. “Kalau begitu, Kakak pertama, Kak Haoyun, mari kita coba sekali lagi!” Songrui meminta murid pertama menuju ke pintu yang memancarkan cahaya aneh, dan meminta Haoyun pergi ke salah satu pintu yang memiliki keanehan yang sama. Dan dirinya akan menuju ke pintu satunya lagi. “Tunggu tanda dariku. Kita lakukan penyerangan bersama-sama!” “BAIK!” Dengan penuh keyakinan, ketiganya berpencar menuju ke pintu tujuan masing-masing. Sesua
Suasana menjadi hening saat kelompok pendekar yang akan menjadi lawan kelompok Songrui berjalan membela kerumunan para pendekar. Kali ini lawan mereka bertiga adalah empat orang lelaki berbadan besar yang masing-masing di tangan mereka membawa pedang besar yang terlihat sangat berat. Songrui dan kedua murid saling menatap satu sama lain. TING! Tak menunggu lama ketika dua kelompok pendekar saling berhadapan di atas arena, bunyi lonceng terdengar. Songrui dan kedua murid masih terdiam di tempat mereka berdiri. Menunggu lawan untuk memulai penyerangan terlebih dahulu. Arena panggung bergetar ketika keempat orang berlari ke depan untuk menyerang. “Kedua Kakak, berhati-hatilah!” ucap Songrui melirik keduanya. “Baik! Adik Xiongrui, saatnya menunjukkan kemampuanmu!” “Berjuanglah!” Songrui dan kedua murid saling berjauhan. Fokus untuk melawan pendekar yang menuju ke arah mereka. Syuut! Pedang mengayun cepat dan tepat ke arah Songrui. Untung saja gerakkannya jauh leb
GEDEBUK!Tubuh pendekar terpental dan jatuh menghantam lantai arena!Semua penonton terperangah melihat benda yang keluar dari tangan Songrui mengambang di udara.Kedua pendekar yang lain juga menghentikan tindakan mereka melihat hal itu.INI!?TOKEN PEDANG KAYU!Mata Songrui terbuka lebar melihat sebuah pedang kayu mengambang di udara. Ia berupaya berdiri.Telapak tangan yang bernoda darah membantunya berpikir kenapa token pedang kayu bisa berubah.Mungkinkah karena darahku?Senyum lebar terukir di wajah Songrui.Ia mengulurkan tangan ke depan, dan pedang kayu seolah terpanggil—terbang cepat ke dalam genggaman Songrui.Energi yang sangat besar dirasakan di dalam pedang.Songrui menggunakan kesempatan ini untuk menyerang lawan.SYUUT!SYUUT!Pedang kayu ditebaskan berkali-kali ke tubuh lawan.Kedua lawan yang lainnya ikut menyerang Songrui, tapi sayang mereka bernasib sama seperti temannya.“Menyerah!”“Kami menyerah!”Ayunan tangan Songrui terhenti.Kemenangan menjadi milik mereka.P
“Adik Xiongrui hanya bercanda.” “Jangan memasukkannya ke dalam hati.”Buru-buru murid pertama mendekati Songrui dan menarik tangannya lalu berbisik, “jangan menolaknya. Kita harus menghargai niat baik seseorang!”Songrui tak peduli.Ia mengeraskan tubuh meski murid pertama mencoba menariknya mundur.Sedikitpun tak ada rasa takut di wajah Songrui meski tajamnya pedang berada di leher.Dia melangkah maju.Aura membunuhnya terpancar lewat tatapan mata.Wajah sang murid mulai ragu. Ia menyembunyikan tangannya yang sedikit bergetar dengan mencengkeram kuat gagang pedang.“Kenapa?”“Apa kau akan membunuh seseorang karena tak mau menerima hadiah dari tuanmu?”Lelaki di depan Songrui menelan pelan salivanya. Berusaha mengendalikan kegugupan di wajahnya.“Kau pikir aku tak berani? Hah!?”Dengan wajah datar Songrui berucap, “kau takut! Tanganmu bergetar!”“Kau!”Murid lelaki mengayunkan pedangnya.Meski berdiam diri, tapi Songrui telah bersiap untuk serangan itu.Jemari
“Adik Xiongrui, kenapa tidak terjadi apa-apa?”“Sudah-sudah, mungkin Xiongrui hanya beruntung saja!” sela guru penjudi menggeleng acuh.Rasa penasaran kedua guru telah menghilang. Mereka mengabaikan ketiga murid dan berjalan menjauh.“Beristirahatlah dulu. Besok kami akan melatih kalian.”“Meskipun hanya keberuntungan, tapi jika bukan karena Adik Xiongrui kami berdua pasti sudah celaka dalam pertandingan itu!”!!!Songrui tertegun mendengar perkataan Haoyun.Ia memahami sesuatu.Ternyata begitu?SWUSH!Sesuatu terjadi!Langkah kaki kedua guru terhenti.“Aura ini!”Seakan mengenali sesuatu, kedua guru berbalik cepat.Pedang kayu terbang di sekitar Songrui.Akhirnya dia mengerti!Bukan karena hanya darahnya yang menjadi penyebab, melainkan karena perasaan ingin melindungi menjadikan kekuatan yang bisa mengaktifkan token pedang.“Xiongrui, kau?”Kedua guru keheranan. Mereka mendekati pedang kayu dan memperhatikan lama seolah sedang mengenali sesuatu.“Tidak! Aura pedang ini sedikit sama,
Tanpa merasa curiga Songrui berjanji kepada ketiga guru di hadapannya untuk tidak mengecewakan mereka.Tak menyangka perjanjian yang dia sepakati dengan ketiga guru akan membawanya pada kesulitan dan tantangan yang lebih besar.WUSH!Guru judi mengibaskan lengannya.Pemandangan di sekitar bagai tertiup angin dan membawa mereka ke tempat di dimensi lain.Mata Songrui terbelalak kagum.“Gu-guru, apa yang terjadi?”Di sekitar mereka lautan hijau menyapa mata.Tumbuhan dan bunga-bunga liar menyejukkan hati.“Kita sedang berada di dimensi lain!”“Lebih tepatnya dalam dunia yang diciptakan sendiri olehku!”Sekali lagi guru penjudi mengibaskan lengannya.Pemandangan berubah.BUM!PRANG!Apa yang terjadi?!Lagi-lagi Songrui dibuat heran dengan apa yang disaksikan oleh matanya sendiri.Lautan hijau telah berubah menjadi lautan darah.Mayat-mayat berserakan mengganti hijaunya rerumputan.Dilihatnya lagi di kejauhan.Mereka?Para pendekar dan prajurit sedang bertarung mati-matian.“Guru, apa yan