Share

Pembebasan Roneko.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 13:39:13

"Belenggu ganda," gumam Kiran, alisnya bertaut dalam konsentrasi.

"Kerangkeng ini dan kalung di lehermu sama-sama disihir untuk menahanmu. Satu sihir menguatkan yang lain." Ia menoleh pada Burs yang terus mengawasi sekeliling.

"Ini akan membutuhkan waktu lebih lama dari yang kuperkirakan."

"Bisakah Anda mematahkannya?" tanya Burs, suaranya tenang namun matanya terus bergerak waspada, menyapu area sekitar yang masih sunyi.

"Kita tidak punya banyak waktu," tambah Kon, melirik ke arah timur di mana langit mulai semakin terang. "Fajar semakin dekat."

Kiran tidak langsung menjawab. Ia menutup matanya sejenak, merasakan struktur sihir yang mengikat kerangkeng dan kalung.

Setiap sihir memiliki pola, seperti kunci yang membutuhkan gembok yang tepat. Dan setiap penyihir memiliki tanda tangannya sendiri—cara unik dalam menenun energi magis.

"Sihir ini..." gumamnya, "memiliki pola yang kukenal. Sihir Barat, ciri khas Zolia." Matanya terbuka, kini dipenuhi keyakinan.

"Aku bisa mematahkannya,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pertempuran di Balai Seribu Mimpi.

    Dengan satu ayunan pedang, Kiran mengirimkan gelombang api ke arah Siken. Api itu bergerak seperti ombak, membakar lantai kayu dalam perjalanannya.Siken menghentakkan kakinya ke lantai. Es menyebar dari titik itu, menciptakan dinding tebal yang menghalangi gelombang api. Kedua elemen bertemu dalam ledakan uap dan percikan api, menciptakan kabut tebal yang kembali memenuhi ruangan."Kau tidak sendirian, Phoenix!" teriak Eve Whitehouse dari sisi ruangan. Wanita berambut putih itu kini berdiri dengan api merah menyala di kedua tangannya. "Dan kau tidak akan lolos kali ini!"Lyra mengangkat tongkat ungunya, mengarahkannya pada Kiran. "Revelatum Veritatis!" serunya, melepaskan sinar ungu yang menyibak kabut di sekitar Kiran, membuatnya terekspos.Zetta Mui, mantan instruktur Kiran, melangkah maju dengan ekspresi dingin. "Kau selalu menjadi murid yang mengecewakan, Kiran," katanya, tangannya bergerak cepat membentuk simbol-simbol sihir di udara."Tapi kau akan menjadi pelajaran yang baik b

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pertemuan Api dan Es: Duel Takdir.

    Kiran merasakan detak jantungnya melalui topeng phoenix yang menutupi wajahnya. Setiap denyut mengalirkan darah ke seluruh tubuhnya, membawa energi sihir yang telah ia kumpulkan selama berbulan-bulan.Di balik topeng, matanya tidak pernah lepas dari sosok Elf Hitam di meja utama. Siken, panglima kedua Kaisar Oberon, pengendali air terkuat di Kekaisaran Hersen, dan pemburu yang telah mencarinya tanpa henti.Musik mengalun semakin cepat. Jari-jari Ustad Zafar bergerak lincah di atas sitar, menciptakan melodi yang menggetarkan jiwa.Tabuh Angkasa dipukul dengan ritme yang semakin intens, menghasilkan suara gemuruh badai yang menggema hingga ke tulang.Kiran mulai bergerak.Tubuhnya mengalir bersama musik, setiap langkah terukur dengan presisi sempurna. Lima bulan berlatih di bawah bimbingan Yasmin al-Zahra telah mengubahnya dari penyihir canggung menjadi penari yang anggun.Pedang tipis di tangannya berkilau memantulkan cahaya lentera, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di udara."

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pertunjukan Terakhir Sebelum Pertempuran.

    Emma mengamati pertunjukan dengan napas tertahan. Keindahan sihir yang dipadukan dengan seni membuatnya terpukau, namun matanya tetap waspada, sesekali melirik ke meja utama tempat para Penyihir duduk.Eve Whitehouse tampak berbisik sesuatu pada Elf Hitam di sampingnya, yang mengangguk pelan tanpa melepaskan pandangan dari panggung."Mereka menunggu sesuatu," pikir Emma. "Atau seseorang."Jari-jarinya perlahan bergerak ke arah botol air di pinggangnya, memastikan senjatanya siap jika diperlukan. Meski ketakutan menggerogoti hatinya, ada bagian dalam dirinya yang merasa hidup.Setelah berminggu-minggu bersembunyi dan melarikan diri, kemungkinan konfrontasi langsung dengan musuh justru membangkitkan sesuatu dalam dirinya—kesiapan untuk bertarung demi bertahan hidup.Di sisi lain ruangan, Jasper merasakan hal yang sama.Matanya menyipit mengamati Eve Whitehouse, wanita yang hampir membunuhnya di perbatasan. Kebencian dan ketakutan bercampur dalam dadanya, namun juga ada rasa antisipasi y

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Balik Tirai Shab-e-Hazar Khayal.

    Malam ini, Jasper memutuskan untuk mengunjungi Shab-e-Hazar Khayal setelah mendengar tentang pertunjukan spektakuler yang akan diadakan. Tempat ramai seperti ini adalah lokasi ideal untuk mengumpulkan informasi tanpa menarik perhatian.Namun, begitu ia duduk dan mulai mengamati ruangan, matanya tertuju pada meja utama. Darahnya seketika membeku."Eve Whitehouse," gumamnya, mengenali wanita berambut putih yang dulu menyerang mereka di perbatasan. Dan di sampingnya, tiga orang lain yang tampak sama berbahayanya, termasuk seorang Elf Hitam yang auranya begitu kuat hingga Jasper bisa merasakannya dari kejauhan.Jasper meneguk anggurnya perlahan, berusaha menenangkan diri. Kehadiran para Penyihir itu bukanlah kebetulan. Mereka pasti memiliki informasi bahwa Kiran atau anggota kelompok lainnya berada di Zahranar. Mungkin bahkan di restoran ini.Ia memperhatikan sekeliling dengan lebih waspada, mencari wajah-wajah familiar di antara para tamu. Tidak ada tanda-tanda Kiran, Emma, Chen, atau Pi

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Empat Penyihir dan Satu Perempuan Gipsi.

    Sinar matahari sore menyusup di antara celah-celah bangunan tinggi Zahranar, menciptakan pola keemasan pada jalanan berbatu.Emma menarik tudung jubahnya lebih rendah, melindungi wajahnya dari cahaya yang menyilaukan sekaligus dari tatapan penasaran orang-orang yang lewat. Sudah hampir dua minggu ia berada di ibukota Zolia, berpindah dari satu penginapan ke penginapan lain, selalu waspada dan selalu mencari.Mencari Kiran. Mencari Jasper. Mencari Chen. Mencari Pigenor. Mencari siapapun dari kelompok mereka yang mungkin juga berhasil lolos ke Zolia.Hari ini, Emma menyamar sebagai wanita gipsi dari suku Varaji, lengkap dengan gaun berwarna-warni yang mencolok dan perhiasan perak yang berdenting saat ia berjalan.Cadar tipis berwarna ungu menutupi sebagian wajahnya, menyembunyikan fitur-fitur yang mungkin dikenali oleh mata-mata Kekaisaran. Di pinggangnya, tersembunyi di balik lipatan kain, tiga botol kecil berisi air dari Sungai Crystalline—senjata terakhirnya jika ia terpojok.Emma me

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Naga Es dan Phoenix Api

    Kiran membungkuk dalam penghormatan terakhir, napasnya sedikit terengah di balik topeng yang kini terasa panas di wajahnya. Saat ia menegakkan tubuhnya kembali, matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata biru es Siken.Elf Hitam itu tidak bertepuk tangan seperti tamu lainnya. Ia hanya menatap, tatapannya sedingin es abadi di puncak gunung tertinggi namun anehnya juga penuh dengan api kecurigaan yang nyaris terlihat.Zetta Mui membisikkan sesuatu pada Siken, bibirnya nyaris tidak bergerak, dan Elf Hitam itu mengangguk sekali, gerakan yang hampir tak terlihat.Kapten Bao, dengan kewaspadaan seorang prajurit terlatih, memberi isyarat halus pada beberapa pria berpakaian sipil yang tersebar di ruangan—prajurit menyamar yang kini bersiaga, tangan mereka bergerak sedikit lebih dekat ke senjata tersembunyi.Eve Whitehouse terus memainkan api kecil di jarinya, nyala kecil yang menari-nari seperti hidup, matanya yang tajam tidak pernah lepas dari sosok Kiran.Jahan, kepala pelayan dengan wibawa

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Dance of the Flaming Phoenix.

    Kemudian, atraksi andalan mereka dimulai.Kolam air di tengah panggung—yang sebelumnya tampak biasa saja—tiba-tiba menyala dengan api biru yang aneh, api yang tidak membakar namun bergerak seperti air.Yasmin melangkah ke atasnya dengan keanggunan yang mustahil, seolah air dan api adalah perpanjangan dari tubuhnya sendiri. Ia menari di atas permukaan yang menyala itu, tubuhnya bergerak dalam harmoni sempurna dengan elemen api dan air, menciptakan pemandangan magis yang membuat para tamu terpesona dan terpaku.Dari balik tirai, Kiran memperhatikan bahwa Siken tampak sama sekali tidak terkesan.Elf Hitam itu berbisik sesuatu pada Eve Whitehouse, yang kemudian tersenyum dingin—senyum yang tidak mencapai matanya yang waspada.Kapten Bao dan Lyra terus mengamati seluruh ruangan dengan tatapan tajam, sementara Zetta Mui tampak menikmati pertunjukan, meski matanya sesekali melirik ke arah tirai tempat Kiran bersembunyi, seolah merasakan kehadirannya.Setelah tarian memukau Yasmin berakhir, g

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Elf Hitam dan Empat Pemburu.

    Kiran merasakan detak jantungnya mengencang, berdentum di balik rusuknya seperti genderang perang.Siken—Elf Hitam pengendali air, panglima kedua Kaisar Oberon. Pemburu Phoenix yang ditugaskan khusus untuk menemukannya.Nama yang selama lima bulan terakhir dibisikkan dengan ketakutan di setiap sudut persembunyian Klan Phoenix Merah."Dia tidak akan mengenaliku," gumam Kiran, setengah meyakinkan dirinya sendiri, setengah mencari kepastian dari Yasmin."Tentu saja tidak," Yasmin menjawab dengan senyum tipis yang tidak sepenuhnya mencapai matanya. Jemarinya yang lentik merapikan lipatan jubah Kiran dengan gerakan yang tampak kasual, namun Kiran tahu wanita itu sedang memeriksa jimat-jimat pelindung yang tersembunyi di dalamnya."Tapi tetap berhati-hatilah. Elf Hitam memiliki indra yang jauh melampaui manusia biasa. Mereka bisa mencium kebohongan seperti serigala mencium darah."Kiran mengangguk sekali, lalu bangkit dari kursinya dengan gerakan yang telah ia latih ratusan kali hingga semp

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Topeng Phoenix di Taman Mimpi.

    "Dan itulah alasan kau membutuhkan kami," Nirajh menimpali dengan nada kebapakan."Pelatihan dari Suku Devahari dan pengetahuan Klan Phoenix Merah." Ia menghela napas panjang. "Namun, sebelum itu semua dimulai, kita harus memastikan keselamatanmu. Seluruh kota sedang memburumu.""Bagaimana?" tanya Kiran, suaranya hampir berbisik.Sudut bibir William terangkat sedikit, membentuk senyuman yang nyaris tak terlihat."Dengan cara yang paling aman," ujarnya, "tepat di depan mata mereka."+++Lima bulan berlalu sejak insiden di Perpustakaan Nasional Zolia. Kota Zahranar perlahan kembali ke ritme normalnya, meski bayangan kewaspadaan masih menggantung di udara.Perpustakaan yang terbakar kini dalam proses rekonstruksi, dengan perancah-perancah kayu mengelilingi struktur yang gosong. Kisah tentang penyihir api misterius dan makhluk berekor sembilan perlahan memudar menjadi bisikan-bisikan di sudut gelap kota—setengah dilupakan, setengah menjadi legenda.Di jantung Zahranar, tak jauh dari hiruk

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status