Share

Dua Sandera.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-05-15 19:12:42

Roneko menggigit leher Mandrasath dengan gerakan cepat, taringnya yang setajam belati menembus sisik hitam naga itu yang konon sekeras baja.

Mandrasath meraung kesakitan, suaranya menggetarkan jendela-jendela di seluruh kota, tapi dengan cepat membalas dengan pukulan ekor berduri yang menghantam sisi tubuh Roneko dengan kekuatan yang mampu menghancurkan tembok benteng.

Kedua makhluk raksasa itu terpisah oleh momentum serangan, melayang berhadapan di udara seperti dua dewa perang kuno. Roneko melepaskan semburan api keemasan dari mulutnya, api yang begitu terang hingga bayangan-bayangan di bawah menghilang untuk sesaat.

Mandrasath membalas dengan hembusan es biru yang membekukan awan-awan di sekitarnya. Kedua serangan bertemu di tengah udara kosong, menciptakan pilar energi yang menjulang tinggi ke langit seperti mercusuar supernatural, terlihat dari seluruh penjuru kota hingga ke pelosok terjauh.

Langit Zahranar kini dipenuhi cahaya spektakuler, api keemasan Roneko dan es biru Mandras
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wahyu Melia Setiawati
semakin seru... apakah kiran akan tunduk pada ancaman atau dia punya rencana lain yang lebih baik tanpa mengorbankan nyawa orang tua nya?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Dua Sandera.

    Roneko menggigit leher Mandrasath dengan gerakan cepat, taringnya yang setajam belati menembus sisik hitam naga itu yang konon sekeras baja.Mandrasath meraung kesakitan, suaranya menggetarkan jendela-jendela di seluruh kota, tapi dengan cepat membalas dengan pukulan ekor berduri yang menghantam sisi tubuh Roneko dengan kekuatan yang mampu menghancurkan tembok benteng.Kedua makhluk raksasa itu terpisah oleh momentum serangan, melayang berhadapan di udara seperti dua dewa perang kuno. Roneko melepaskan semburan api keemasan dari mulutnya, api yang begitu terang hingga bayangan-bayangan di bawah menghilang untuk sesaat.Mandrasath membalas dengan hembusan es biru yang membekukan awan-awan di sekitarnya. Kedua serangan bertemu di tengah udara kosong, menciptakan pilar energi yang menjulang tinggi ke langit seperti mercusuar supernatural, terlihat dari seluruh penjuru kota hingga ke pelosok terjauh.Langit Zahranar kini dipenuhi cahaya spektakuler, api keemasan Roneko dan es biru Mandras

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pertarungan Para Penyihir.

    "Kau masih belum menguasai kekuatan penuhmu, Phoenix," kata Siken, suaranya tetap tenang meski situasi kacau di sekitar mereka, seolah mereka sedang bercakap di taman yang damai."Kau tidak akan bisa mengalahkanku.""Mungkin," Kiran mengakui, matanya waspada mengamati setiap gerakan lawan. "Tapi aku akan mencoba."Kiran melesat maju dengan gerakan yang telah ia latih selama berbulan-bulan, Crimson Dawn terayun dalam sabetan horizontal yang meninggalkan jejak api di udara seperti goresan kuas seorang pelukis.Siken menghindar dengan gerakan mulus yang hampir tak terlihat mata, tubuhnya seolah mengalir seperti air yang tidak bisa ditangkap. Ia membalas dengan tendangan berselimut es ke arah rusuk Kiran, gerakan yang begitu cepat hingga hampir tak terlihat.Kiran menangkis dengan lengan kirinya, meringis saat es menggigit kulitnya seperti ribuan jarum kecil. Ia memutar tubuhnya, mengayunkan pedang dalam serangan beruntun yang semakin cepat, setiap gerakan mengalir ke gerakan berikutnya s

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Ketika Langit Ibukota Terbakar.

    Auman Roneko menggetarkan seluruh Zahranar, gelombang suara purba yang merambat melalui batu dan kayu, begitu dahsyat hingga kaca-kaca jendela Shab-e-Hazar Khayal bergetar dan retak dalam pola-pola seperti jaring laba-laba.Para tamu yang masih berusaha melarikan diri terhenti di tengah langkah, wajah mereka pucat pasi mendengar suara yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya—suara yang membangkitkan ketakutan primordial dalam darah mereka."Apa itu?" bisik salah seorang prajurit Zolia, busurnya gemetaran di tangannya yang basah oleh keringat dingin. Matanya menatap langit malam dengan ketakutan yang tak tersembunyi.Jawabannya datang dalam bentuk ledakan dahsyat saat atap restoran mewah itu hancur dalam sekejap.Serpihan kayu dan kaca berterbangan ke segala arah bagai hujan mematikan saat sosok raksasa berwarna merah keemasan menerobos masuk dari langit.Roneko, dalam wujud sempurnanya yang jarang terlihat, berdiri di tengah kehancuran dengan sembilan ekor berapi yang menjulang ting

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pertempuran di Balai Seribu Mimpi.

    Dengan satu ayunan pedang, Kiran mengirimkan gelombang api ke arah Siken. Api itu bergerak seperti ombak, membakar lantai kayu dalam perjalanannya.Siken menghentakkan kakinya ke lantai. Es menyebar dari titik itu, menciptakan dinding tebal yang menghalangi gelombang api. Kedua elemen bertemu dalam ledakan uap dan percikan api, menciptakan kabut tebal yang kembali memenuhi ruangan."Kau tidak sendirian, Phoenix!" teriak Eve Whitehouse dari sisi ruangan. Wanita berambut putih itu kini berdiri dengan api merah menyala di kedua tangannya. "Dan kau tidak akan lolos kali ini!"Lyra mengangkat tongkat ungunya, mengarahkannya pada Kiran. "Revelatum Veritatis!" serunya, melepaskan sinar ungu yang menyibak kabut di sekitar Kiran, membuatnya terekspos.Zetta Mui, mantan instruktur Kiran, melangkah maju dengan ekspresi dingin. "Kau selalu menjadi murid yang mengecewakan, Kiran," katanya, tangannya bergerak cepat membentuk simbol-simbol sihir di udara."Tapi kau akan menjadi pelajaran yang baik b

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pertemuan Api dan Es: Duel Takdir.

    Kiran merasakan detak jantungnya melalui topeng phoenix yang menutupi wajahnya. Setiap denyut mengalirkan darah ke seluruh tubuhnya, membawa energi sihir yang telah ia kumpulkan selama berbulan-bulan.Di balik topeng, matanya tidak pernah lepas dari sosok Elf Hitam di meja utama. Siken, panglima kedua Kaisar Oberon, pengendali air terkuat di Kekaisaran Hersen, dan pemburu yang telah mencarinya tanpa henti.Musik mengalun semakin cepat. Jari-jari Ustad Zafar bergerak lincah di atas sitar, menciptakan melodi yang menggetarkan jiwa.Tabuh Angkasa dipukul dengan ritme yang semakin intens, menghasilkan suara gemuruh badai yang menggema hingga ke tulang.Kiran mulai bergerak.Tubuhnya mengalir bersama musik, setiap langkah terukur dengan presisi sempurna. Lima bulan berlatih di bawah bimbingan Yasmin al-Zahra telah mengubahnya dari penyihir canggung menjadi penari yang anggun.Pedang tipis di tangannya berkilau memantulkan cahaya lentera, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di udara."

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pertunjukan Terakhir Sebelum Pertempuran.

    Emma mengamati pertunjukan dengan napas tertahan. Keindahan sihir yang dipadukan dengan seni membuatnya terpukau, namun matanya tetap waspada, sesekali melirik ke meja utama tempat para Penyihir duduk.Eve Whitehouse tampak berbisik sesuatu pada Elf Hitam di sampingnya, yang mengangguk pelan tanpa melepaskan pandangan dari panggung."Mereka menunggu sesuatu," pikir Emma. "Atau seseorang."Jari-jarinya perlahan bergerak ke arah botol air di pinggangnya, memastikan senjatanya siap jika diperlukan. Meski ketakutan menggerogoti hatinya, ada bagian dalam dirinya yang merasa hidup.Setelah berminggu-minggu bersembunyi dan melarikan diri, kemungkinan konfrontasi langsung dengan musuh justru membangkitkan sesuatu dalam dirinya—kesiapan untuk bertarung demi bertahan hidup.Di sisi lain ruangan, Jasper merasakan hal yang sama.Matanya menyipit mengamati Eve Whitehouse, wanita yang hampir membunuhnya di perbatasan. Kebencian dan ketakutan bercampur dalam dadanya, namun juga ada rasa antisipasi y

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Balik Tirai Shab-e-Hazar Khayal.

    Malam ini, Jasper memutuskan untuk mengunjungi Shab-e-Hazar Khayal setelah mendengar tentang pertunjukan spektakuler yang akan diadakan. Tempat ramai seperti ini adalah lokasi ideal untuk mengumpulkan informasi tanpa menarik perhatian.Namun, begitu ia duduk dan mulai mengamati ruangan, matanya tertuju pada meja utama. Darahnya seketika membeku."Eve Whitehouse," gumamnya, mengenali wanita berambut putih yang dulu menyerang mereka di perbatasan. Dan di sampingnya, tiga orang lain yang tampak sama berbahayanya, termasuk seorang Elf Hitam yang auranya begitu kuat hingga Jasper bisa merasakannya dari kejauhan.Jasper meneguk anggurnya perlahan, berusaha menenangkan diri. Kehadiran para Penyihir itu bukanlah kebetulan. Mereka pasti memiliki informasi bahwa Kiran atau anggota kelompok lainnya berada di Zahranar. Mungkin bahkan di restoran ini.Ia memperhatikan sekeliling dengan lebih waspada, mencari wajah-wajah familiar di antara para tamu. Tidak ada tanda-tanda Kiran, Emma, Chen, atau Pi

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Empat Penyihir dan Satu Perempuan Gipsi.

    Sinar matahari sore menyusup di antara celah-celah bangunan tinggi Zahranar, menciptakan pola keemasan pada jalanan berbatu.Emma menarik tudung jubahnya lebih rendah, melindungi wajahnya dari cahaya yang menyilaukan sekaligus dari tatapan penasaran orang-orang yang lewat. Sudah hampir dua minggu ia berada di ibukota Zolia, berpindah dari satu penginapan ke penginapan lain, selalu waspada dan selalu mencari.Mencari Kiran. Mencari Jasper. Mencari Chen. Mencari Pigenor. Mencari siapapun dari kelompok mereka yang mungkin juga berhasil lolos ke Zolia.Hari ini, Emma menyamar sebagai wanita gipsi dari suku Varaji, lengkap dengan gaun berwarna-warni yang mencolok dan perhiasan perak yang berdenting saat ia berjalan.Cadar tipis berwarna ungu menutupi sebagian wajahnya, menyembunyikan fitur-fitur yang mungkin dikenali oleh mata-mata Kekaisaran. Di pinggangnya, tersembunyi di balik lipatan kain, tiga botol kecil berisi air dari Sungai Crystalline—senjata terakhirnya jika ia terpojok.Emma me

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Naga Es dan Phoenix Api

    Kiran membungkuk dalam penghormatan terakhir, napasnya sedikit terengah di balik topeng yang kini terasa panas di wajahnya. Saat ia menegakkan tubuhnya kembali, matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata biru es Siken.Elf Hitam itu tidak bertepuk tangan seperti tamu lainnya. Ia hanya menatap, tatapannya sedingin es abadi di puncak gunung tertinggi namun anehnya juga penuh dengan api kecurigaan yang nyaris terlihat.Zetta Mui membisikkan sesuatu pada Siken, bibirnya nyaris tidak bergerak, dan Elf Hitam itu mengangguk sekali, gerakan yang hampir tak terlihat.Kapten Bao, dengan kewaspadaan seorang prajurit terlatih, memberi isyarat halus pada beberapa pria berpakaian sipil yang tersebar di ruangan—prajurit menyamar yang kini bersiaga, tangan mereka bergerak sedikit lebih dekat ke senjata tersembunyi.Eve Whitehouse terus memainkan api kecil di jarinya, nyala kecil yang menari-nari seperti hidup, matanya yang tajam tidak pernah lepas dari sosok Kiran.Jahan, kepala pelayan dengan wibawa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status