Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 260. Menuju Puncak Mahameru

Share

260. Menuju Puncak Mahameru

Author: Zhu Phi
last update Huling Na-update: 2024-12-19 14:01:13

Dengan langkah mantap, Rendy meninggalkan Istana Andalas, ditemani Seruni yang berjalan di sisinya. Hawa dingin mulai menyapa mereka saat mereka mendekati gunung, dan suasana menjadi semakin sunyi. Namun, di dalam hati Rendy, gejolak tidak pernah berhenti.

Seruni tampak cantik alami dengan pakaian bertarungnya yang membalut tubuhnya yang sempurna sehingga memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh yang indah. Hanya saja, tidak ada senyuman di wajah cantiknya.

Rendy memandang puncak Mahameru yang diselimuti kabut tebal. Dari kejauhan, angin gunung membawa desau yang seperti bisikan, seakan-akan gunung itu menyimpan rahasia yang ingin disampaikan namun menolak untuk diungkap begitu saja. Seruni, yang mengawalnya hingga kaki gunung, berhenti di sebuah batu besar yang tertutup lumut.

“Hanya sampai di sini, Naga Perang,” ucap Seruni dingin, meski ada sedikit nada khawatir dalam suaranya. “Di atas sana bukan hanya makhluk kuno yang menjaga kuil, tapi juga perangkap alam yang tak memaafkan kesalahan.”
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Kebangkitan Naga Perang   261. Rahasia Kitab Kuno

    Di balik kabut yang mulai menghilang, berdiri sebuah kuil kuno dengan gerbang besar dari batu hitam. Ukiran naga dan simbol-simbol aneh menghiasi dindingnya. Hawa dingin menyelimuti tempat itu, tapi ada kehangatan aneh yang menyelinap di hati Rendy.Saat ia melangkah masuk, api di obor yang melapisi dinding menyala dengan sendirinya. Di tengah kuil, sebuah altar berdiri megah, dan di atasnya terletak sebuah kitab tebal yang berlapis debu waktu.Rendy mendekati kitab itu, tangannya gemetar saat ia menyentuhnya. Tapi sebelum ia bisa membuka halaman pertama, suara berat terdengar di belakangnya.“Jawabanmu ada di sana, tapi apakah kau siap menerima kebenaran?”Rendy berbalik, melihat seorang pria tua dengan jubah gelap yang berdiri di ambang pintu. Wajah pria itu penuh dengan bekas luka, dan matanya memancarkan kebijaksanaan yang dalam.“Siapa kau?” tanya Rendy.“Aku adalah penjaga rahasia ini, Rendy Wang,” jawab pria itu. “Dan aku adalah orang yang tahu tentang ayahmu, serta kenapa kau

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   262. Pertarungan di Puncak Mahameru

    Di puncak Mahameru, Rendy menemukan dirinya berdiri di hadapan penjaga terakhir ... seorang pria muda dengan pedang perak yang berkilauan, tubuhnya memancarkan aura keemasan.“Aku adalah Arjuna, penjaga terakhir. Jika kau ingin melangkah lebih jauh, kau harus mengalahkanku,” ujar pria itu dengan nada tenang namun tegas.Rendy berdiri di puncak Mahameru, angin dingin menerpa wajahnya. Di depannya, sosok Arjuna dengan pedang peraknya berdiri tegak, memancarkan aura keemasan yang hampir menyilaukan.“Jika kau ingin mendapatkan gulungan teknik kuno, kau harus melewatiku terlebih dahulu,” kata Arjuna, suaranya tenang namun penuh wibawa. “Aku adalah penjaga terakhir dari gunung ini.”Rendy mengepalkan tinjunya, mengaktifkan jurus “Dewa Bayangan Naga”. Aura gelap menyelimuti tubuhnya, melindungi seperti perisai hidup. Namun, ia tahu bahwa kekuatan ini tidak cukup. Sosok di depannya adalah petarung kelas atas yang tak bisa diremehkan.Arjuna bergerak lebih cepat dari yang bisa ditangkap mata

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   263. Menuju Lembah Petir

    Rendy Wang berdiri di kaki Pegunungan Mahameru, tempat legenda dan misteri bersatu. Ia merasakan angin dingin pegunungan menyentuh wajahnya, membawa bau kehijauan dan rintik kabut. Di hadapannya, dua sosok berdiri menantinya ... Bara Sena, pemimpin Negeri Andalas, dan Seruni, komandan Dua Belas Srikandi Andalas. Mereka tidak membawa aura permusuhan, tetapi tatapan mereka penuh kewaspadaan.“Rendy Wang,” Bara Sena memulai dengan nada dalam. “Kami sudah mendengar kabar tentangmu. Kau datang dari Negeri Khatulistiwa, membawa nama besar yang bahkan angin Andalas pun tak bisa abaikan.”Rendy mengangguk kecil. “Aku bukan datang untuk mengganggu, Bara Sena. Aku di sini mencari kebenaran, petunjuk tentang keluargaku. Gulungan ini mungkin membawaku ke sana.” Ia mengangkat gulungan kuno yang ia dapatkan setelah pertarungan sengit di hutan perbatasan.Seruni melangkah maju, tatapan tajamnya menembus Rendy. “Kau membawa lebih dari sekadar gulungan itu. Kehadiranmu menciptakan riak di Negeri Andal

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   264. Raksasa Petir

    Rendy berdiri di tengah badai yang mengamuk. Angin menggulung debu dan daun kering, menghempaskannya ke segala arah. Petir yang menjalar di langit menciptakan cahaya yang meliuk seperti naga, membelah kegelapan di atas lembah. Suara gemuruhnya menggema, seolah raksasa sedang marah di langit.Sosok berjubah petir berdiri di hadapannya. Setiap gerakan sosok itu memancarkan kilatan cahaya, sementara aura listrik yang menyelubunginya menggetarkan udara di sekitarnya. Suara berat yang keluar dari sosok itu seperti retakan batu karang.“Buktikan darah Zhang milikmu, anak muda,” tantang sosok itu sambil mengangkat tangan kanannya, yang dipenuhi petir melingkar seperti ular hidup.Rendy menarik napas panjang, dadanya naik-turun. Bau ozon dari petir yang baru saja menyambar menusuk hidungnya, bercampur dengan aroma tanah basah setelah tersiram kilatan listrik. Dengan perlahan, ia melepas liontin giok berbentuk naga dari lehernya dan menggenggamnya erat.“Aku bukan hanya darah Zhang,” gumamnya.

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   265. Sahabat Lama

    Rendy jatuh berlutut, napasnya terengah-engah. Badannya penuh luka bakar, tetapi ia tetap hidup. Di depan makam ayahnya, ia melihat sesuatu yang sebelumnya tersembunyi: sebuah gulungan kuno yang bercahaya lembut.“Ini… rahasianya,” gumamnya sambil meraih gulungan itu.Namun, sebelum ia sempat membukanya, sebuah suara aneh terdengar dari balik kabut. Suara langkah kaki yang berat, lambat namun pasti.“Jadi, kau akhirnya sampai di sini, Naga Perang…”Rendy menoleh, matanya melebar saat melihat siapa yang berdiri di sana. Sosok dari masa lalunya, seseorang yang ia pikir telah lama mati.Langkah kaki itu terdengar semakin jelas, menghantam tanah lembah yang sunyi setelah badai petir menghilang. Rendy memaksa dirinya berdiri meski tubuhnya terasa berat. Setiap ototnya berteriak karena kelelahan, tetapi tatapannya tetap fokus pada kabut yang perlahan memudar.Dari balik kabut, muncul seorang pria dengan pakaian serba hitam yang lusuh. Di punggungnya tergantung pedang panjang yang bersinar s

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   266. Fungsi Jade Dragon

    Rendy Wang, yang dikenal sebagai Naga Perang, akhirnya tiba di Pegunungan Kultivasi Cakrabuana. Udara di sekitar puncak terasa berat namun dipenuhi dengan energi spiritual yang luar biasa. Pegunungan ini terkenal sebagai pusat kultivasi tingkat tinggi, tempat para master dari berbagai generasi menempa ilmu mereka. Rendy membawa harapan besar untuk bertemu ayahnya, Zhang Wei, dan menemukan jawaban atas jati dirinya.Saat ia melangkah di jalur batu menuju Aula Utama, ia disambut oleh beberapa murid Qin Han yang memandangnya dengan campuran rasa ingin tahu dan waspada. Namun, tidak ada seorang pun yang mencoba menghalanginya. Aura Naga Perang yang tegas dan penuh determinasi cukup untuk membuat mereka menyingkir.Di dalam aula, Master Qin Han duduk di atas tahta batu, memancarkan aura yang megah namun damai. Rambutnya yang putih seperti salju dan jubahnya yang bersulam simbol-simbol kuno membuatnya terlihat seperti manifestasi dari kebijaksanaan itu sendiri. Rendy menunduk hormat sebelum

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   267. Lembah Roh Kultivator

    Di tengah latihannya, Rendy mendapati dirinya sering termenung memandangi patung Jade Dragon dan liontin giok. Artefak-artefak itu tampaknya memiliki hubungan yang mendalam dengan dirinya, namun ia belum memahami sepenuhnya apa tujuan sebenarnya dari kedua benda itu selain untuk membantunya berkultivasi.Satu malam, saat ia bermeditasi di bawah bulan purnama, Master Qin Han mendekatinya. "Rendy," katanya lembut, "ceritakan lagi, dari siapa kau mendapatkan benda-benda ini."Master Qin Han akhirnya memutuskan untuk memberitahukan rahasia Jade Dragon kepada Rendy.Rendy membuka matanya, menyentuh liontin giok yang menggantung di lehernya. “Liontin giok ini diberikan oleh seorang kakek tua, penjual lemper ayam di kota asalku. Ia menyelamatkanku saat aku terluka parah di masa yang berbeda. Sedangkan Jade Dragon… aku mendapatkannya dari seorang pria bernama Zhu Wei. Dia mengatakan patung ini adalah warisan ibuku yang dimiliki oleh ayahku."Master Qin Han mengangguk, matanya berkilat dengan

    Huling Na-update : 2024-12-20
  • Kebangkitan Naga Perang   268. Nisan Pedang Spiritual

    Di tengah kabut tipis yang menyelimuti Lembah Roh Kultivator, Rendy berjalan perlahan, setiap langkahnya terasa berat oleh atmosfer lembah yang dipenuhi energi asing. Udara di sini dingin, menusuk kulit hingga ke tulang, tetapi di antara kabut itu, keindahan aneh terpancar—ratusan pedang spiritual tertancap di tanah, memancarkan cahaya beraneka rupa.Ada yang bersinar terang seperti mentari pagi, ada yang redup seperti lilin di ujung masa, dan ada pula yang tidak memancarkan cahaya sama sekali, hanya menjadi bayangan kelam di lembah ini. Cahaya-cahaya itu, seperti denyut jantung, memancarkan getaran yang bergema di udara. Seolah-olah lembah ini bukan sekadar tempat, melainkan makam hidup bagi para kultivator yang memilih bersemayam di dalam pedang-pedang ini, meninggalkan nama mereka terukir di bilahnya sebagai warisan abadi.Rendy berhenti di depan sebuah pedang spiritual yang memancarkan cahaya paling terang. Cahaya itu putih keperakan, hampir menyilaukan, tetapi bilah pedangnya sen

    Huling Na-update : 2024-12-20

Pinakabagong kabanata

  • Kebangkitan Naga Perang   523. Rendy vs Bara Sena - II

    Bara Sena menarik napas panjang, lalu melemparkannya dalam pekikan perang yang menggetarkan langit-langit balairung.“AARRRGHHH!!!”Kedua tangannya bersatu di depan dada, dan seketika api melonjak liar, melingkar membentuk mandala raksasa berwarna merah keemasan yang menyelubungi tubuhnya. Api itu berkilau dengan pola-pola kuno yang menari seperti cap naga, masing-masing garisnya seperti ditulis dengan darah para leluhur.“Api Leluhur Andalas!” raungnya.Langit-langit Balairung Matahari berdetak dengan gema mantra yang terpatri di ukiran-ukiran dinding. Pilar-pilar tua yang menopang bangunan itu tiba-tiba bersinar terang, garis-garis sihir purba menyala, mengalirkan kekuatan suci dari akar sejarah Andalas. Aura mereka menyalakan seluruh balairung, menyulut langit dalam ruangan itu menjadi nyala abadi yang mendesis pelan.Api itu bukan hanya panas—ia menyengat jiwa, menusuk kesadaran, membawa kilasan ribuan tahun sejarah dan darah yang telah tertumpah demi kerajaan ini. Bara Sena kini t

  • Kebangkitan Naga Perang   522. Rendy vs Bara Sena - I

    Benturan pertama mengguncang dunia seakan langit dan bumi menolak keberadaan pertarungan itu. Lantai kayu Balairung Matahari retak dalam pola menjalar seperti akar pohon purba, suara kayu pecah menggemuruh dari bawah kaki mereka. Getarannya menjalar hingga ke pilar-pilar penyangga yang mulai bergoyang pelan, menebarkan debu yang turun seperti hujan abu dari langit-langit.Bara Sena, dengan tubuh kekarnya yang dipenuhi tato suci, menghantam pusaran kabut merah yang membungkus tubuh Rendy. Tinju apinya menyala menyilaukan, semburan panasnya membuat udara di sekeliling bergetar seperti fatamorgana di tengah gurun.Namun, dari balik kabut merah itu, seekor naga merah transparan meraung—raungan panjang dan purba yang menggema ke seluruh penjuru ruangan. Nafasnya menguarkan hawa panas bercampur aroma darah dan belerang. Pusaran kabut berubah menjadi pusaran angin liar yang meliuk, membelokkan hantaman Bara Sena seolah waktu itu sendiri membelanya.Bara Sena menyeringai, giginya menyeringai t

  • Kebangkitan Naga Perang   521. Menantang Bara Sena

    Seruni duduk tegak, tubuhnya bersandar pada kursi kayu yang tebal. Wajahnya terpelintir sedikit, matanya menyipit tajam menatap Rendy yang berdiri di hadapannya. Di udara, terasa ketegangan yang mencekam, seperti listrik yang siap meledak. Perlahan, ia menggumamkan kata-kata yang terdengar seperti peringatan, namun dibalut dengan rasa penasaran.“Elemental Naga Baru?” Suaranya serak, nyaris tak terdengar, seolah kata-kata itu berat dan penuh beban. “Kau tahu, Rendy, gelar itu bukan sekadar sebutan. Itu berarti mengguncang seluruh Andalas—menyentuh setiap sudut dunia ini.”Rendy menatapnya tanpa berkedip, setiap helaan napasnya semakin dalam, menyusup ke dalam dadanya yang berdenyut. “Aku tahu,” jawabnya dengan suara penuh tekad yang menggetarkan udara. “Dan aku tahu, aku tidak akan mendapatkan persetujuan itu hanya dengan kata-kata.”Dengan langkah perlahan namun penuh keyakinan, ia berdiri tegak. Ketegangan yang terbangun begitu kental, terasa seolah waktu berhenti sejenak. Tangan ka

  • Kebangkitan Naga Perang   520. Merekrut Seruni

    Perempuan itu menghentikan kudanya beberapa meter di depan Rendy. Udara di antara mereka seolah menjadi lebih berat. Kenangan akan masa lalu—pertarungan sengit di Horizon City, perdebatan tentang kehormatan dan tujuan, dan kekaguman diam-diam yang tak pernah sempat diutarakan—kembali mengapung di udara."Kau datang sendiri, Rendy?" Seruni akhirnya berbicara, suaranya rendah namun penuh tekanan. "Apa kau pikir aku akan lupa bahwa kau pernah hampir mengalahkanku di Horizon City?"Rendy tersenyum tipis. "Aku tidak lupa... dan aku juga tidak datang untuk mengulang masa itu. Aku datang membawa kabar yang bisa menyelamatkan Andalas—atau membinasakannya jika diabaikan."Seruni turun dari kudanya, lalu berjalan mendekat dengan langkah penuh percaya diri. Srikandi Andalas tetap berjaga di belakang, tangan mereka sudah menyentuh gagang senjata, bersiap untuk segala kemungkinan."Jika kau datang dengan niat baik," ucap Seruni sambil menatap lurus ke dalam mata Rendy, "mengapa tidak mengirim utus

  • Kebangkitan Naga Perang   519. Negeri Andalas

    Angin pagi membelai rambut panjang Sheila Tanoto saat ia berdiri di tepi landasan bandara jet pribadi di pinggiran Dark City. Suasana masih gelap karena waktu baru menunjukkan pukul 02.00 pagi. Matahari buatan masih mati digantikann oleh bulan buattan yang memiliki energi gravitasi bulan seperti di Khatulistiwa. Di belakangnya, lampu-lampu kota berkelip seperti bintang jatuh, sementara deru mesin pesawat pribadi Rendy menggeram pelan, siap untuk lepas landas. Bau logam dan bahan bakar memenuhi udara, menambah ketegangan yang terasa seperti benang halus yang siap putus kapan saja.Wajah Sheila disinari remang lampu bandara, menunjukkan keraguan yang dalam di matanya."Aku akan segera menyusulmu ke Khatulistiwa," ucapnya, suaranya tenang namun mengandung kekhawatiran. "Dan aku akan memerintahkan Empat Penjuru Angin untuk menemanimu ke Negeri Andalas. Setidaknya, mereka bisa menjadi pelindungmu dari pengkhianatan yang tak terduga."Rendy menoleh, siluetnya tegap dalam bayang pesawat. Mat

  • Kebangkitan Naga Perang   518. Hasrat Sang Elemental Naga

    Udara di apartemen terasa berat, hampir pekat, seolah setiap molekul udara merapat, menahan napas mereka dalam pusaran hasrat yang menggetarkan. Di antara gemuruh jantung yang berdetak terlalu keras, tubuh Rendy dan Sheila melebur dalam tarikan naluriah—sebuah pencarian yang tak membutuhkan kata, hanya desakan naluri yang tak terbantahkan.Sheila, dengan mata berkilat dalam cahaya remang, meraih tangan Rendy. Genggamannya kecil, namun panasnya menembus kulit hingga ke nadi. Tanpa sepatah kata pun, ia menariknya melewati ruang tamu menuju kamar tidur.Pintu kamar terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan luas dengan jendela kaca setinggi langit-langit, menghadap langsung ke hamparan Dark City yang bermandikan cahaya malam. Lampu-lampu kota berkedip seperti bintang patah yang jatuh ke bumi, menciptakan lukisan malam yang sendu sekaligus memabukkan.Langkah-langkah mereka terhenti di tepi ranjang. Sheila berbalik perlahan. Rambut hitamnya berkilau di bawah lampu gantung, mengalir seperti ti

  • Kebangkitan Naga Perang   517. Godaan Sheila

    Mata Sheila menyipit, bibirnya membentuk senyum penuh misteri. "Oh begitu? Jadi... kamu sudah tahu semua tentang tubuhku, ya?" Nadanya melengking manis, tapi ada sesuatu yang membuat udara di antara mereka mendadak terasa lebih panas. "Apa kita pernah... bercinta di sana?"Uhuk!Rendy tersedak kopi, buru-buru menahan batuknya dengan tisu. Wajahnya memerah, entah karena panas kopi atau pertanyaan lugas yang sama sekali tidak ia duga."Hihihi..." Sheila terkikik geli, menatapnya dengan tatapan jahil. Ia menyender santai di sofa, memperlihatkan leher jenjangnya dengan sangat disengaja. "Kenapa? Kaget mendengar pertanyaanku? Bukankah aku... kekasihmu?" godanya dengan suara manja, hampir berbisik."A-aku..." Rendy berusaha menguasai diri, tapi lidahnya terasa kelu. Matanya berusaha fokus ke cangkir di tangan, tidak berani menatap langsung ke mata Sheila yang berbinar penuh rasa ingin tahu.Melihat Rendy gugup justru membuat Sheila semakin bersemangat. Ia mendekat sedikit, memperkecil jarak

  • Kebangkitan Naga Perang   516. Hadiah Kecil Sheila

    Gemuruh sorak-sorai membahana di seluruh penjuru Dark City. Malam itu, langit Negeri Malam seolah terbakar oleh kembang api yang menghujam ke udara, meledak dalam semburat warna merah darah dan biru keunguan. Udara dipenuhi aroma manis dari bunga-bunga yang dihiasi sepanjang jalan, bercampur dengan bau hangat makanan yang dibakar di setiap sudut festival.Kemenangan atas Azerith — Sang Pewaris Malam yang selama ini menjadi duri dalam upaya Sheila untuk membangun negeri ini — terasa seperti beban besar yang akhirnya terangkat dari dada semua orang. Negeri Malam, untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, merasakan apa itu kebebasan.Renata dan Jessy berdiri di tengah kerumunan, senyum mereka merekah di bawah cahaya lentera. Kilatan kebahagiaan di mata mereka membuat keduanya tampak lebih muda dari biasanya. Rencana untuk kembali ke Negeri Khatulistiwa pun mereka tangguhkan tanpa ragu, terpikat oleh atmosfer penuh sukacita ini.“Aku rasa... kita memang harus tinggal lebih lama,” ujar Je

  • Kebangkitan Naga Perang   515. Menghancurkan The Killer

    The Killer berdiri di tengah medan, darah hitam menetes dari lengannya, menodai tanah Negeri Malam yang retak. Untuk pertama kalinya dalam berabad-abad, ia merasakan tekanan—bukan dari satu musuh, tapi dari kekuatan bersatu.Jessy menggenggam erat pedang lebarnya yang bergetar karena energi spiritual. Napasnya berat, tapi matanya penuh keyakinan. Di sisi lain, Renata mengaktifkan mode serangan penuh dari Nova-Core, tubuhnya dilapisi armor spiritual tipis berkilau biru muda. Kupu-kupu logam di belakangnya mulai berubah, mengepakkan sayap berbentuk bilah tajam, siap menghujani The Killer kapan saja.Sementara itu, Rendy, walau masih berlutut dan tubuhnya gemetar, membuka matanya perlahan. Cahaya keemasan samar mulai berkedip di dalam irisnya — tanda bahwa sebagian kecil energi Naga Perang mulai bangkit kembali.The Killer menggeram rendah, suaranya seperti dua dimensi bertabrakan.“Aku... tidak akan berakhir di sini...”Dengan satu gerakan memutar, tubuhnya membelah menjadi sepuluh baya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status