Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 262. Pertarungan di Puncak Mahameru

Share

262. Pertarungan di Puncak Mahameru

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2024-12-19 16:21:53

Di puncak Mahameru, Rendy menemukan dirinya berdiri di hadapan penjaga terakhir ... seorang pria muda dengan pedang perak yang berkilauan, tubuhnya memancarkan aura keemasan.

“Aku adalah Arjuna, penjaga terakhir. Jika kau ingin melangkah lebih jauh, kau harus mengalahkanku,” ujar pria itu dengan nada tenang namun tegas.

Rendy berdiri di puncak Mahameru, angin dingin menerpa wajahnya. Di depannya, sosok Arjuna dengan pedang peraknya berdiri tegak, memancarkan aura keemasan yang hampir menyilaukan.

“Jika kau ingin mendapatkan gulungan teknik kuno, kau harus melewatiku terlebih dahulu,” kata Arjuna, suaranya tenang namun penuh wibawa. “Aku adalah penjaga terakhir dari gunung ini.”

Rendy mengepalkan tinjunya, mengaktifkan jurus “Dewa Bayangan Naga”. Aura gelap menyelimuti tubuhnya, melindungi seperti perisai hidup. Namun, ia tahu bahwa kekuatan ini tidak cukup. Sosok di depannya adalah petarung kelas atas yang tak bisa diremehkan.

Arjuna bergerak lebih cepat dari yang bisa ditangkap mata
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   263. Menuju Lembah Petir

    Rendy Wang berdiri di kaki Pegunungan Mahameru, tempat legenda dan misteri bersatu. Ia merasakan angin dingin pegunungan menyentuh wajahnya, membawa bau kehijauan dan rintik kabut. Di hadapannya, dua sosok berdiri menantinya ... Bara Sena, pemimpin Negeri Andalas, dan Seruni, komandan Dua Belas Srikandi Andalas. Mereka tidak membawa aura permusuhan, tetapi tatapan mereka penuh kewaspadaan.“Rendy Wang,” Bara Sena memulai dengan nada dalam. “Kami sudah mendengar kabar tentangmu. Kau datang dari Negeri Khatulistiwa, membawa nama besar yang bahkan angin Andalas pun tak bisa abaikan.”Rendy mengangguk kecil. “Aku bukan datang untuk mengganggu, Bara Sena. Aku di sini mencari kebenaran, petunjuk tentang keluargaku. Gulungan ini mungkin membawaku ke sana.” Ia mengangkat gulungan kuno yang ia dapatkan setelah pertarungan sengit di hutan perbatasan.Seruni melangkah maju, tatapan tajamnya menembus Rendy. “Kau membawa lebih dari sekadar gulungan itu. Kehadiranmu menciptakan riak di Negeri Andal

    Last Updated : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   264. Raksasa Petir

    Rendy berdiri di tengah badai yang mengamuk. Angin menggulung debu dan daun kering, menghempaskannya ke segala arah. Petir yang menjalar di langit menciptakan cahaya yang meliuk seperti naga, membelah kegelapan di atas lembah. Suara gemuruhnya menggema, seolah raksasa sedang marah di langit.Sosok berjubah petir berdiri di hadapannya. Setiap gerakan sosok itu memancarkan kilatan cahaya, sementara aura listrik yang menyelubunginya menggetarkan udara di sekitarnya. Suara berat yang keluar dari sosok itu seperti retakan batu karang.“Buktikan darah Zhang milikmu, anak muda,” tantang sosok itu sambil mengangkat tangan kanannya, yang dipenuhi petir melingkar seperti ular hidup.Rendy menarik napas panjang, dadanya naik-turun. Bau ozon dari petir yang baru saja menyambar menusuk hidungnya, bercampur dengan aroma tanah basah setelah tersiram kilatan listrik. Dengan perlahan, ia melepas liontin giok berbentuk naga dari lehernya dan menggenggamnya erat.“Aku bukan hanya darah Zhang,” gumamnya.

    Last Updated : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   265. Sahabat Lama

    Rendy jatuh berlutut, napasnya terengah-engah. Badannya penuh luka bakar, tetapi ia tetap hidup. Di depan makam ayahnya, ia melihat sesuatu yang sebelumnya tersembunyi: sebuah gulungan kuno yang bercahaya lembut.“Ini… rahasianya,” gumamnya sambil meraih gulungan itu.Namun, sebelum ia sempat membukanya, sebuah suara aneh terdengar dari balik kabut. Suara langkah kaki yang berat, lambat namun pasti.“Jadi, kau akhirnya sampai di sini, Naga Perang…”Rendy menoleh, matanya melebar saat melihat siapa yang berdiri di sana. Sosok dari masa lalunya, seseorang yang ia pikir telah lama mati.Langkah kaki itu terdengar semakin jelas, menghantam tanah lembah yang sunyi setelah badai petir menghilang. Rendy memaksa dirinya berdiri meski tubuhnya terasa berat. Setiap ototnya berteriak karena kelelahan, tetapi tatapannya tetap fokus pada kabut yang perlahan memudar.Dari balik kabut, muncul seorang pria dengan pakaian serba hitam yang lusuh. Di punggungnya tergantung pedang panjang yang bersinar s

    Last Updated : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   266. Fungsi Jade Dragon

    Rendy Wang, yang dikenal sebagai Naga Perang, akhirnya tiba di Pegunungan Kultivasi Cakrabuana. Udara di sekitar puncak terasa berat namun dipenuhi dengan energi spiritual yang luar biasa. Pegunungan ini terkenal sebagai pusat kultivasi tingkat tinggi, tempat para master dari berbagai generasi menempa ilmu mereka. Rendy membawa harapan besar untuk bertemu ayahnya, Zhang Wei, dan menemukan jawaban atas jati dirinya.Saat ia melangkah di jalur batu menuju Aula Utama, ia disambut oleh beberapa murid Qin Han yang memandangnya dengan campuran rasa ingin tahu dan waspada. Namun, tidak ada seorang pun yang mencoba menghalanginya. Aura Naga Perang yang tegas dan penuh determinasi cukup untuk membuat mereka menyingkir.Di dalam aula, Master Qin Han duduk di atas tahta batu, memancarkan aura yang megah namun damai. Rambutnya yang putih seperti salju dan jubahnya yang bersulam simbol-simbol kuno membuatnya terlihat seperti manifestasi dari kebijaksanaan itu sendiri. Rendy menunduk hormat sebelum

    Last Updated : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   267. Lembah Roh Kultivator

    Di tengah latihannya, Rendy mendapati dirinya sering termenung memandangi patung Jade Dragon dan liontin giok. Artefak-artefak itu tampaknya memiliki hubungan yang mendalam dengan dirinya, namun ia belum memahami sepenuhnya apa tujuan sebenarnya dari kedua benda itu selain untuk membantunya berkultivasi.Satu malam, saat ia bermeditasi di bawah bulan purnama, Master Qin Han mendekatinya. "Rendy," katanya lembut, "ceritakan lagi, dari siapa kau mendapatkan benda-benda ini."Master Qin Han akhirnya memutuskan untuk memberitahukan rahasia Jade Dragon kepada Rendy.Rendy membuka matanya, menyentuh liontin giok yang menggantung di lehernya. “Liontin giok ini diberikan oleh seorang kakek tua, penjual lemper ayam di kota asalku. Ia menyelamatkanku saat aku terluka parah di masa yang berbeda. Sedangkan Jade Dragon… aku mendapatkannya dari seorang pria bernama Zhu Wei. Dia mengatakan patung ini adalah warisan ibuku yang dimiliki oleh ayahku."Master Qin Han mengangguk, matanya berkilat dengan

    Last Updated : 2024-12-20
  • Kebangkitan Naga Perang   268. Nisan Pedang Spiritual

    Di tengah kabut tipis yang menyelimuti Lembah Roh Kultivator, Rendy berjalan perlahan, setiap langkahnya terasa berat oleh atmosfer lembah yang dipenuhi energi asing. Udara di sini dingin, menusuk kulit hingga ke tulang, tetapi di antara kabut itu, keindahan aneh terpancar—ratusan pedang spiritual tertancap di tanah, memancarkan cahaya beraneka rupa.Ada yang bersinar terang seperti mentari pagi, ada yang redup seperti lilin di ujung masa, dan ada pula yang tidak memancarkan cahaya sama sekali, hanya menjadi bayangan kelam di lembah ini. Cahaya-cahaya itu, seperti denyut jantung, memancarkan getaran yang bergema di udara. Seolah-olah lembah ini bukan sekadar tempat, melainkan makam hidup bagi para kultivator yang memilih bersemayam di dalam pedang-pedang ini, meninggalkan nama mereka terukir di bilahnya sebagai warisan abadi.Rendy berhenti di depan sebuah pedang spiritual yang memancarkan cahaya paling terang. Cahaya itu putih keperakan, hampir menyilaukan, tetapi bilah pedangnya sen

    Last Updated : 2024-12-20
  • Kebangkitan Naga Perang   269. Ranah Foundation

    Rendy terdiam sejenak, pandangannya terpaku pada pedang Guang Yu yang masih memancarkan cahaya perak menyilaukan. Ia merasakan tarikan aneh, seolah pedang itu memanggilnya untuk mencoba lagi. Namun, suara Master Qing Han mengalahkan bisikan itu. Dengan napas yang berat, ia membalikkan badan dan melangkah keluar dari lembah, meskipun hatinya masih dipenuhi rasa penasaran.Saat kembali ke Pegunungan Cakrabuana, Master Qing Han telah menunggunya di aula utama. Udara di paviliun terasa hangat, berbeda jauh dengan dinginnya lembah. Wajah Master Qing Han terlihat serius, matanya tajam memandang muridnya."Pedang Guang Yu adalah salah satu pedang spiritual paling kuat di Lembah Roh Kultivator," kata Master Qing Han, suaranya datar namun penuh wibawa. "Guang Yu adalah seorang kultivator legendaris pada masanya. Dia mencapai ranah Ascension sebelum memilih untuk bersemayam di pedang itu, meninggalkan warisan kekuatannya untuk mereka yang layak. Namun, kekuatan itu bukan untuk sembarang orang.

    Last Updated : 2024-12-20
  • Kebangkitan Naga Perang   270. Pedang Spiritual Guang Yu

    Hari berikutnya, dengan Jade Dragon di tangan, Rendy kembali ke Lembah Roh Kultivator. Kabut tipis masih menyelimuti lembah, tetapi kali ini, ia merasa lebih yakin dan fokus. Ia berjalan menuju pedang Guang Yu, yang masih memancarkan cahaya terang. Rendy berlutut di depan pedang itu, menangkupkan kedua tangannya dan menundukkan kepala."Guang Yu," ucapnya dengan suara tegas, "aku datang untuk memohon bantuanmu. Aku tidak mencari kekuatan untuk diriku sendiri, tetapi untuk melindungi mereka yang tidak bisa melindungi diri mereka sendiri. Jika kau mengujiku, aku akan menerima tantanganmu dengan sepenuh hati."Pedang Guang Yu bersinar lebih terang, energi di sekitarnya bergetar. Sebuah suara bergema dari dalam pedang, suara yang dalam dan penuh wibawa."Rendy Wang, kau telah mencapai ranah Foundation. Namun, untuk menjadi tuanku, kau harus membuktikan bahwa hatimu murni dan tekadmu tidak goyah. Bersiaplah, karena ujianmu dimulai sekarang."Tiba-tiba, cahaya dari pedang itu menyelimuti tu

    Last Updated : 2024-12-21

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   518. Hasrat Sang Elemental Naga

    Udara di apartemen terasa berat, hampir pekat, seolah setiap molekul udara merapat, menahan napas mereka dalam pusaran hasrat yang menggetarkan. Di antara gemuruh jantung yang berdetak terlalu keras, tubuh Rendy dan Sheila melebur dalam tarikan naluriah—sebuah pencarian yang tak membutuhkan kata, hanya desakan naluri yang tak terbantahkan.Sheila, dengan mata berkilat dalam cahaya remang, meraih tangan Rendy. Genggamannya kecil, namun panasnya menembus kulit hingga ke nadi. Tanpa sepatah kata pun, ia menariknya melewati ruang tamu menuju kamar tidur.Pintu kamar terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan luas dengan jendela kaca setinggi langit-langit, menghadap langsung ke hamparan Dark City yang bermandikan cahaya malam. Lampu-lampu kota berkedip seperti bintang patah yang jatuh ke bumi, menciptakan lukisan malam yang sendu sekaligus memabukkan.Langkah-langkah mereka terhenti di tepi ranjang. Sheila berbalik perlahan. Rambut hitamnya berkilau di bawah lampu gantung, mengalir seperti ti

  • Kebangkitan Naga Perang   517. Godaan Sheila

    Mata Sheila menyipit, bibirnya membentuk senyum penuh misteri. "Oh begitu? Jadi... kamu sudah tahu semua tentang tubuhku, ya?" Nadanya melengking manis, tapi ada sesuatu yang membuat udara di antara mereka mendadak terasa lebih panas. "Apa kita pernah... bercinta di sana?"Uhuk!Rendy tersedak kopi, buru-buru menahan batuknya dengan tisu. Wajahnya memerah, entah karena panas kopi atau pertanyaan lugas yang sama sekali tidak ia duga."Hihihi..." Sheila terkikik geli, menatapnya dengan tatapan jahil. Ia menyender santai di sofa, memperlihatkan leher jenjangnya dengan sangat disengaja. "Kenapa? Kaget mendengar pertanyaanku? Bukankah aku... kekasihmu?" godanya dengan suara manja, hampir berbisik."A-aku..." Rendy berusaha menguasai diri, tapi lidahnya terasa kelu. Matanya berusaha fokus ke cangkir di tangan, tidak berani menatap langsung ke mata Sheila yang berbinar penuh rasa ingin tahu.Melihat Rendy gugup justru membuat Sheila semakin bersemangat. Ia mendekat sedikit, memperkecil jarak

  • Kebangkitan Naga Perang   516. Hadiah Kecil Sheila

    Gemuruh sorak-sorai membahana di seluruh penjuru Dark City. Malam itu, langit Negeri Malam seolah terbakar oleh kembang api yang menghujam ke udara, meledak dalam semburat warna merah darah dan biru keunguan. Udara dipenuhi aroma manis dari bunga-bunga yang dihiasi sepanjang jalan, bercampur dengan bau hangat makanan yang dibakar di setiap sudut festival.Kemenangan atas Azerith — Sang Pewaris Malam yang selama ini menjadi duri dalam upaya Sheila untuk membangun negeri ini — terasa seperti beban besar yang akhirnya terangkat dari dada semua orang. Negeri Malam, untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, merasakan apa itu kebebasan.Renata dan Jessy berdiri di tengah kerumunan, senyum mereka merekah di bawah cahaya lentera. Kilatan kebahagiaan di mata mereka membuat keduanya tampak lebih muda dari biasanya. Rencana untuk kembali ke Negeri Khatulistiwa pun mereka tangguhkan tanpa ragu, terpikat oleh atmosfer penuh sukacita ini.“Aku rasa... kita memang harus tinggal lebih lama,” ujar Je

  • Kebangkitan Naga Perang   515. Menghancurkan The Killer

    The Killer berdiri di tengah medan, darah hitam menetes dari lengannya, menodai tanah Negeri Malam yang retak. Untuk pertama kalinya dalam berabad-abad, ia merasakan tekanan—bukan dari satu musuh, tapi dari kekuatan bersatu.Jessy menggenggam erat pedang lebarnya yang bergetar karena energi spiritual. Napasnya berat, tapi matanya penuh keyakinan. Di sisi lain, Renata mengaktifkan mode serangan penuh dari Nova-Core, tubuhnya dilapisi armor spiritual tipis berkilau biru muda. Kupu-kupu logam di belakangnya mulai berubah, mengepakkan sayap berbentuk bilah tajam, siap menghujani The Killer kapan saja.Sementara itu, Rendy, walau masih berlutut dan tubuhnya gemetar, membuka matanya perlahan. Cahaya keemasan samar mulai berkedip di dalam irisnya — tanda bahwa sebagian kecil energi Naga Perang mulai bangkit kembali.The Killer menggeram rendah, suaranya seperti dua dimensi bertabrakan.“Aku... tidak akan berakhir di sini...”Dengan satu gerakan memutar, tubuhnya membelah menjadi sepuluh baya

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status