Share

Bagian 5

DUAR!!

Sesaat setelah ledakan terjadi, asap mengepul ke udara bersamaan dengan puing-puing tanah disertai serpihan bangunan. Berhamburan tak tentu arah kemudian terhempas jatuh di sekitar titik ledakan. Hanya saja, tidak ada aroma daging terbakar atau bahkan tubuh hangus milik Yuu. Menyadari hal itu, pria misterius yang masih berdiri tegak tidak jauh dari posisi di mana dia hendak mengeksekusi mati Yuu, kontan mendengkus keras.

"Kau selalu saja menjadi pengganggu, Ash!" ujarnya rendah, tetapi terdengar tajam. Dia kemudian berbalik hanya untuk menemukan sosok Ash di belakang tubuhnya. Tidak ada Yuu di sana. "Di mana dia?" tanyanya, kesal.

Ash tersenyum remeh. "Wah, apa sekarang kau beralih membunuh seorang bocah, Drake?" celetuk Ash, mengejek.

"Kau tahu betul apa yang aku incar, pengkhianat!" Suaranya naik satu oktaf.

Ash justru tertawa. "Pengkhianat?" ulangnya. Tatapan Ash balik menajam. "Kalianlah pengkhianatnya, sialan!"

Tidak pikir panjang, Ash maju lebih dulu, menerjang dengan kecepatan penuh lantas menubruk tubuh Drake hingga terbawa seolah keduanya tengah melayang. Dalam sekali bantingan keras, Ash membiarkan tubuh itu menghantam beberapa rumah hingga hancur. Tidak peduli bahkan jika orang-orang mulai berlarian keluar rumah dengan panik, atau para penjaga budak datang dengan senapan mereka. Kedua pria itu tetap saja bertarung.

Di tempat lain, Ameera berusaha memapah tubuh Yuu. Membantu pemuda itu berjalan lebih jauh meninggalkan lokasi di mana Ash menahan Drake dalam pertarungan. Benar, dalam hitungan sepersekian detik sebelum serangan mematikan Drake diarahkan kepada Yuu, Ash datang di waktu yang tepat. Seolah tak kasat mata, Ash memindahkan tubuh pemuda itu kemudian menyerahkannya kepada Ameera.

"Berhenti! Di mana Ayahku?!" tanya Yuu.

Di antara rasa sakitnya, dia berusaha meraih lengan Ameera dan mencengkramnya kuat. Sorot pemuda itu tampak lemah, kemungkinan racun yang ditanamkan Drake pada luka di bahunya telah menyebar dan nyaris melumpuhkan seluruh tubuhnya. Yuu sudah menahannya hingga sejauh ini.

Ameera terlihat khawatir, tetapi gadis itu tetap menjawab, "Dia aman," ucapnya, "saat Ash menyelamatkanmu aku membawanya ke tempat yang cukup jauh."

Yuu bernapas lega. Kendati demikian, tubuhnya terasa kian lemas dan tanpa sadar merosot turun hingga harus bersandar di dinding rumah salah seorang budak. Sementara Ameera tidak punya pilihan selain ikut terduduk, nyaris berjongkok di sebelah pemuda itu sembari menatapnya khawatir.

Untuk ukuran remaja berusia 17 tahun, tubuh Yuu benar-benar bagus. Dia tinggi dengan beberapa otot menonjol meski tidak sebesar milik Ash. Sementara Ameera hanya gadis biasa dengan tubuh lebih kecil bila dibandingkan dengan saudari atau gadis seusianya. Jelas, tidak memungkinkan baginya membantu banyak selain hanya memapah.

"Yuu, apa kau tidak bisa bergerak sedikit lagi?" tanya Ameera terlihat cemas.

Ameera bergerak cepat menutupi luka di bahu pemuda itu. Luka bakar yang sebelumnya telah dia balut mendadak membuka kembali, bahkan kini telah mengeluarkan darah sementara di sekitar kulit lain telah ditumbuhi warna kebiruan. Tampak seperti lebam parah.

Yuu menggeleng. "Tidak," jawabnya, tampak sangat tersiksa. "Kaki dan tanganku mati rasa. Aku tidak bisa bergerak lagi."

Ameera berusaha berpikir. Maniknya mengitari area permukiman mencoba mencari sesuatu, tetapi dia tidak menemukan apapun yang dapat membantu.

Menyadari gadis itu kebingungan, Yuu tanpa sadar membuang napas lalu berkata, "Aku rasa kita sudah cukup jauh. Selain itu, pria bernama Ash tampaknya lebih kuat. Dia tidak mungkin membiarkanmu dalam pengejaran."

Ameera terdiam, untuk sesaat dia terpikirkan hal itu. Benar, Ash bukan pria biasa yang dapat ditumbangkan dengan mudah.

"Kau benar," ucapnya kemudian. Mengamati lingkungan sekitar yang sepi Ameera memutuskan, "aku akan membawamu masuk ke rumah ini. Tampaknya, semua orang panik dan pergi menyelamatkan diri."

Yuu memilih mengangguk.

Tetapi, bahkan sebelum keduanya dapat bergerak seinci pun, sebuah serangan bagai bilah petir mendadak datang dari arah depan. Yuu sampai melebarkan mata saking terkejutnya, sementara Ameera menjerit keras. Kendati begitu, Ameera memaksakan diri menjadi tameng, melindungi tubuh pemuda itu.

"ASH!!" Ameera berteriak keras.

"Tidak semudah itu, Drake!" Ash datang di waktu yang tepat.

Sekali tendang, bilah petir itu terpental ke arah lain lalu meledak di kejauhan. Daripada itu, tampaknya serangan mematikan tersebut justru tidak berdampak apapun kepada Ash.

Drake yang sebelumnya telah dikalahkan memilih melakukan hal curang. Melarikan diri dan bergerak mencari keberadaan Yuu hanya untuk membunuhnya di detik-detik ini, tetapi Ash terlalu sulit mengalah.

Ash bergerak kilat menuju persembunyian Drake, meraih batang leher pria itu lalu mengeram marah. "Kau pikir hendak menyerang ke arah mana, hah?! Tidakkah kau lihat Puteri Ameera ada di sana?!" teriaknya.

Drake terbatuk, tetapi mulutnya yang dipenuhi darah menyinggungkan senyum memuakkan. "Dia bukan Puteri Eros lagi. Meski Raja Fredrick memerintahkan membawanya dalam keadaan hidup tetapi dia teta—"

KRAK!

Urat di tangan Ash menonjol lebih daripada biasanya. Dia jelas mematahkan leher itu dengan kekuatan tak main-main, terlihat dari raut wajahnya yang menggelap penuh amarah. Sejatinya, Drake salah memilih lawan. Ash tentu bukan tandingannya dan Drake melakukan kesalahan lain dengan memancing yang tidak seharusnya.

"Sialan!" maki Ash, melempar tubuh Drake yang tidak lagi bergerak. Kepala itu miring dalam keadaan tidak wajar dan Ash tidak akan pernah peduli.

Menarik napas, Ash mencoba untuk tenang. Jujur saja, darahnya seolah ingin meledak ketika seseorang mencoba merendahkan puteri kesayangannya. Pria itu kemudian beranjak dengan aura lebih tenang. Mungkin cukup puas setelah mematahkan leher orang tidak berguna, pikirnya.

"Ash," panggil Ameera ketika melihat pria itu berjalan mendekat.

"Sudah aman. Aku membunuhnya." Ash berkata tenang seolah ingin mengurai raut ketakutan di wajah Ameera. Manik Ash kemudian berpindah ke arah Yuu yang nyaris tidak sadarkan diri. Mendadak dia menyeringai. "Lihat, Bocah ini sekarat," katanya, lantas terbahak.

Ameera bersungut kesal. "Tidak lucu! Bantu aku memindahkannya, dia perlu diobati."

"Ya, ya."

***

"Jadi, kenapa kalian kembali bahkan menolongku?"

Yuu masih berbaring di atas tempat tidur saat melontarkan pertanyaan tersebut. Satu jam yang lalu dia baru sadarkan diri setelah tiga hari hanya terbaring kaku di pembaringan. Kalau saja dadanya tidak naik turun, Ash yang seringkali bertugas menjaganya di malam hari jelas mengira Yuu mungkin telah tewas.

Ash menatap acuh tak acuh. "Bukan aku. Tanyakan saja padanya," ucapannya seraya melirik Ameera dengan dagu. Gadis itu baru saja masuk ke dalam kamar.

Ameera tersenyum. Mendekati Yuu lalu bergerak hendak mengganti perban di kening pemuda itu, hanya saja Yuu menahan lengannya.

"Ada apa?" tanya Ameera, sedikit kebingungan. Dia kemudian menatap Ash yang duduk di sudut ruangan tetapi pria itu justru mengangkat bahu.

Sorot Yuu tampak tajam. Ada keteguhan beradu rasa penasaran di balik matanya. Dia bertanya sekali lagi, "Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa pria bernama Drake menyerang bahkan hendak membunuhku? Selain itu apa hubungannya dengan kalian?"

Ameera menghela napas lalu memilih duduk di tepi ranjang.

Suara gadis itu terdengar tenang namun jelas. "Jawabannya karena kau adalah pewaris sah Kerajaan Eros. Drake ditugaskan untuk melenyapkan darah terakhir dari Klan Naga, itulah mengapa dia ingin membunuhmu. Dan ini jelas baru permulaan."

Yuu terperangah, antara percaya dan tidak. "Lagi-lagi hal itu. Mustahil!"

"Ini kenyataannya. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku bisa melihat potongan masa lalu dan masa depan." Ameera menatap Yuu dengan yakin, sementara pemuda itu balas menatap. "Aku melihat masa lalumu, keluargamu, dan semua pelarianmu. Sementara tugasku hanya membantumu mendapatkan apa yang seharusnya kau miliki," jelas Ameera.

Yuu masih tidak habis pikir. "Tetapi kenapa? Bagaimana mungkin itu aku?"

Ameera kini terdiam.

Sampai akhirnya, atensi mereka beralih ke arah pintu di mana sosok Ervan berdiri dengan tatapan teguh.

"Bagian itu akan aku ceritakan," ucapnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status