Share

Bagian 5

Author: Orekyu
last update Last Updated: 2023-06-12 15:10:22

DUAR!!

Sesaat setelah ledakan terjadi, asap mengepul ke udara bersamaan dengan puing-puing tanah disertai serpihan bangunan. Berhamburan tak tentu arah kemudian terhempas jatuh di sekitar titik ledakan. Hanya saja, tidak ada aroma daging terbakar atau bahkan tubuh hangus milik Yuu. Menyadari hal itu, pria misterius yang masih berdiri tegak tidak jauh dari posisi di mana dia hendak mengeksekusi mati Yuu, kontan mendengkus keras.

"Kau selalu saja menjadi pengganggu, Ash!" ujarnya rendah, tetapi terdengar tajam. Dia kemudian berbalik hanya untuk menemukan sosok Ash di belakang tubuhnya. Tidak ada Yuu di sana. "Di mana dia?" tanyanya, kesal.

Ash tersenyum remeh. "Wah, apa sekarang kau beralih membunuh seorang bocah, Drake?" celetuk Ash, mengejek.

"Kau tahu betul apa yang aku incar, pengkhianat!" Suaranya naik satu oktaf.

Ash justru tertawa. "Pengkhianat?" ulangnya. Tatapan Ash balik menajam. "Kalianlah pengkhianatnya, sialan!"

Tidak pikir panjang, Ash maju lebih dulu, menerjang dengan kecepatan penuh lantas menubruk tubuh Drake hingga terbawa seolah keduanya tengah melayang. Dalam sekali bantingan keras, Ash membiarkan tubuh itu menghantam beberapa rumah hingga hancur. Tidak peduli bahkan jika orang-orang mulai berlarian keluar rumah dengan panik, atau para penjaga budak datang dengan senapan mereka. Kedua pria itu tetap saja bertarung.

Di tempat lain, Ameera berusaha memapah tubuh Yuu. Membantu pemuda itu berjalan lebih jauh meninggalkan lokasi di mana Ash menahan Drake dalam pertarungan. Benar, dalam hitungan sepersekian detik sebelum serangan mematikan Drake diarahkan kepada Yuu, Ash datang di waktu yang tepat. Seolah tak kasat mata, Ash memindahkan tubuh pemuda itu kemudian menyerahkannya kepada Ameera.

"Berhenti! Di mana Ayahku?!" tanya Yuu.

Di antara rasa sakitnya, dia berusaha meraih lengan Ameera dan mencengkramnya kuat. Sorot pemuda itu tampak lemah, kemungkinan racun yang ditanamkan Drake pada luka di bahunya telah menyebar dan nyaris melumpuhkan seluruh tubuhnya. Yuu sudah menahannya hingga sejauh ini.

Ameera terlihat khawatir, tetapi gadis itu tetap menjawab, "Dia aman," ucapnya, "saat Ash menyelamatkanmu aku membawanya ke tempat yang cukup jauh."

Yuu bernapas lega. Kendati demikian, tubuhnya terasa kian lemas dan tanpa sadar merosot turun hingga harus bersandar di dinding rumah salah seorang budak. Sementara Ameera tidak punya pilihan selain ikut terduduk, nyaris berjongkok di sebelah pemuda itu sembari menatapnya khawatir.

Untuk ukuran remaja berusia 17 tahun, tubuh Yuu benar-benar bagus. Dia tinggi dengan beberapa otot menonjol meski tidak sebesar milik Ash. Sementara Ameera hanya gadis biasa dengan tubuh lebih kecil bila dibandingkan dengan saudari atau gadis seusianya. Jelas, tidak memungkinkan baginya membantu banyak selain hanya memapah.

"Yuu, apa kau tidak bisa bergerak sedikit lagi?" tanya Ameera terlihat cemas.

Ameera bergerak cepat menutupi luka di bahu pemuda itu. Luka bakar yang sebelumnya telah dia balut mendadak membuka kembali, bahkan kini telah mengeluarkan darah sementara di sekitar kulit lain telah ditumbuhi warna kebiruan. Tampak seperti lebam parah.

Yuu menggeleng. "Tidak," jawabnya, tampak sangat tersiksa. "Kaki dan tanganku mati rasa. Aku tidak bisa bergerak lagi."

Ameera berusaha berpikir. Maniknya mengitari area permukiman mencoba mencari sesuatu, tetapi dia tidak menemukan apapun yang dapat membantu.

Menyadari gadis itu kebingungan, Yuu tanpa sadar membuang napas lalu berkata, "Aku rasa kita sudah cukup jauh. Selain itu, pria bernama Ash tampaknya lebih kuat. Dia tidak mungkin membiarkanmu dalam pengejaran."

Ameera terdiam, untuk sesaat dia terpikirkan hal itu. Benar, Ash bukan pria biasa yang dapat ditumbangkan dengan mudah.

"Kau benar," ucapnya kemudian. Mengamati lingkungan sekitar yang sepi Ameera memutuskan, "aku akan membawamu masuk ke rumah ini. Tampaknya, semua orang panik dan pergi menyelamatkan diri."

Yuu memilih mengangguk.

Tetapi, bahkan sebelum keduanya dapat bergerak seinci pun, sebuah serangan bagai bilah petir mendadak datang dari arah depan. Yuu sampai melebarkan mata saking terkejutnya, sementara Ameera menjerit keras. Kendati begitu, Ameera memaksakan diri menjadi tameng, melindungi tubuh pemuda itu.

"ASH!!" Ameera berteriak keras.

"Tidak semudah itu, Drake!" Ash datang di waktu yang tepat.

Sekali tendang, bilah petir itu terpental ke arah lain lalu meledak di kejauhan. Daripada itu, tampaknya serangan mematikan tersebut justru tidak berdampak apapun kepada Ash.

Drake yang sebelumnya telah dikalahkan memilih melakukan hal curang. Melarikan diri dan bergerak mencari keberadaan Yuu hanya untuk membunuhnya di detik-detik ini, tetapi Ash terlalu sulit mengalah.

Ash bergerak kilat menuju persembunyian Drake, meraih batang leher pria itu lalu mengeram marah. "Kau pikir hendak menyerang ke arah mana, hah?! Tidakkah kau lihat Puteri Ameera ada di sana?!" teriaknya.

Drake terbatuk, tetapi mulutnya yang dipenuhi darah menyinggungkan senyum memuakkan. "Dia bukan Puteri Eros lagi. Meski Raja Fredrick memerintahkan membawanya dalam keadaan hidup tetapi dia teta—"

KRAK!

Urat di tangan Ash menonjol lebih daripada biasanya. Dia jelas mematahkan leher itu dengan kekuatan tak main-main, terlihat dari raut wajahnya yang menggelap penuh amarah. Sejatinya, Drake salah memilih lawan. Ash tentu bukan tandingannya dan Drake melakukan kesalahan lain dengan memancing yang tidak seharusnya.

"Sialan!" maki Ash, melempar tubuh Drake yang tidak lagi bergerak. Kepala itu miring dalam keadaan tidak wajar dan Ash tidak akan pernah peduli.

Menarik napas, Ash mencoba untuk tenang. Jujur saja, darahnya seolah ingin meledak ketika seseorang mencoba merendahkan puteri kesayangannya. Pria itu kemudian beranjak dengan aura lebih tenang. Mungkin cukup puas setelah mematahkan leher orang tidak berguna, pikirnya.

"Ash," panggil Ameera ketika melihat pria itu berjalan mendekat.

"Sudah aman. Aku membunuhnya." Ash berkata tenang seolah ingin mengurai raut ketakutan di wajah Ameera. Manik Ash kemudian berpindah ke arah Yuu yang nyaris tidak sadarkan diri. Mendadak dia menyeringai. "Lihat, Bocah ini sekarat," katanya, lantas terbahak.

Ameera bersungut kesal. "Tidak lucu! Bantu aku memindahkannya, dia perlu diobati."

"Ya, ya."

***

"Jadi, kenapa kalian kembali bahkan menolongku?"

Yuu masih berbaring di atas tempat tidur saat melontarkan pertanyaan tersebut. Satu jam yang lalu dia baru sadarkan diri setelah tiga hari hanya terbaring kaku di pembaringan. Kalau saja dadanya tidak naik turun, Ash yang seringkali bertugas menjaganya di malam hari jelas mengira Yuu mungkin telah tewas.

Ash menatap acuh tak acuh. "Bukan aku. Tanyakan saja padanya," ucapannya seraya melirik Ameera dengan dagu. Gadis itu baru saja masuk ke dalam kamar.

Ameera tersenyum. Mendekati Yuu lalu bergerak hendak mengganti perban di kening pemuda itu, hanya saja Yuu menahan lengannya.

"Ada apa?" tanya Ameera, sedikit kebingungan. Dia kemudian menatap Ash yang duduk di sudut ruangan tetapi pria itu justru mengangkat bahu.

Sorot Yuu tampak tajam. Ada keteguhan beradu rasa penasaran di balik matanya. Dia bertanya sekali lagi, "Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa pria bernama Drake menyerang bahkan hendak membunuhku? Selain itu apa hubungannya dengan kalian?"

Ameera menghela napas lalu memilih duduk di tepi ranjang.

Suara gadis itu terdengar tenang namun jelas. "Jawabannya karena kau adalah pewaris sah Kerajaan Eros. Drake ditugaskan untuk melenyapkan darah terakhir dari Klan Naga, itulah mengapa dia ingin membunuhmu. Dan ini jelas baru permulaan."

Yuu terperangah, antara percaya dan tidak. "Lagi-lagi hal itu. Mustahil!"

"Ini kenyataannya. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku bisa melihat potongan masa lalu dan masa depan." Ameera menatap Yuu dengan yakin, sementara pemuda itu balas menatap. "Aku melihat masa lalumu, keluargamu, dan semua pelarianmu. Sementara tugasku hanya membantumu mendapatkan apa yang seharusnya kau miliki," jelas Ameera.

Yuu masih tidak habis pikir. "Tetapi kenapa? Bagaimana mungkin itu aku?"

Ameera kini terdiam.

Sampai akhirnya, atensi mereka beralih ke arah pintu di mana sosok Ervan berdiri dengan tatapan teguh.

"Bagian itu akan aku ceritakan," ucapnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Terakhir   Bagian 30

    "Jadi, katakan siapa kau?!" Yuu adalah orang pertama yang bertanya ketus setelah suasana tenang di dalam pondok. Mereka duduk berhadapan hanya dengan beralaskan tikar anyam yang bahkan sudah lapuk. Sementara Ash berdiri bersandar di ambang pintu dengan ekspresi gelap yang tidak berhenti muncul di wajahnya, menatap Jeffrey dengan aura membunuh yang bisa saja meledak hanya dengan sedikit pancingan. Beruntung, Jeffery bukan tipe kompor yang gemar mengadu. Di lain sisi, Ameera duduk berdampingan dengan Yuu. Berhadapan dengan pria yang mendadak merasa tidak dia kenali meski dia telah terkurung bersamanya selama beberapa hari di dalam goa. Ada raut penghakiman yang menuntut kejelasan di wajahnya dan Jeffrey mengerti suasana ini. Pria itu justru tersenyum kecil, berusaha untuk tetap tenang di situasi yang kapan saja bisa berubah. "Seperti yang kalian dengar, namaku Jeffrey." Menatap si peramal, dia menambahkan, "dan pria tua ini, adalah guru sekaligus Kakekku." "Apa?!"

  • Kebangkitan Naga Terakhir   Bagian 29

    Yuu bangun sangat pagi, sama seperti hari-hari sebelumnya dan mendadak benci kebiasaan ini jika saja dia tidak melihat hal buruk yang merusak paginya. Ameera dengan tidurnya yang serampangan dan Ash yang terkadang mengigau tidak jelas hingga fajar. Meski begitu, kedua orang itu tidur sangat lelap. Satu-satunya alasan mengapa Yuu selalu terbangun lebih awal karena mimpi buruk yang kerap menghantuinya, dan kian diperparah sejak meninggalnya ayahnya. Ketika Yuu terkurung di kawasan budak, dia sering memimpikan tentang kebakaran besar yang dia sendiri bahkan tidak pernah melihatnya. Dan dia baru menyadari bahwa itu ternyata berkaitan dengan kehancuran klannya berdasarkan penjelasan Ameera juga ayahnya. Jauh di lubuk hatinya, dia bersikeras bahwa semua yang dia lakukan untuk bertambah kuat adalah untuk membalaskan dendam ayahnya, tetapi Yuu tidak bisa menampik sebagian kecil dalam benaknya yang mendesak mengakui keberadaan naga dan asal-usulnya sendiri. Yuu selalu ingin melari

  • Kebangkitan Naga Terakhir   Bagian 28

    "Apa maksudmu? Jadi, Jeffrey adalah roh leluhurmu?" Ash menoleh, sedikit terkejut mengetahui bahwa Ameera telah sadarkan diri. Gadis itu bahkan sudah bisa menggerakkan tubuhnya mendekat ke arah mereka meski raut wajahnya kadangkala meringis. "Siapa Jeffrey?" Ash balik bertanya dengan raut tidak suka. "Pria yang sudah kau serang." Ameera beralih kepada Yuu sambil melanjutkan, "apa kau yakin, Yuu? Meski mencurigakan, tetapi aku masih ragu bahwa Jeffrey adalah Roh yang telah menculikku. Selama berada di goa bersama, dia tidak menyakitiku." Meski rasanya Ash ingin mengamuk mengetahui bahwa pria yang memiliki aura sangat kuat dan begitu mirip dengan si roh penculik adalah pria yang cukup gagah, tetapi dia sadar bahwa sekarang bukan saatnya melampiaskan emosi yang tidak berguna. Dia tidak ingin memperlihatkan perasaan cemburu tidak pada situasi yang baik. Akan sangat merugikan bila musuh muncul dan dia kehabisan energi. Pada akhirnya Ash hanya mengepalkan tangan sembari membuang napa

  • Kebangkitan Naga Terakhir   Bagian 27

    Ameera bisa melihat suasana semakin runyam. Ash tidak berhenti melakukan serangan hingga Jeffrey terpaku di posisinya seolah pria itu tidak sanggup bangkit. Memikirkan banyak hal, Ameera mulai skeptis jika Jeffrey adalah orang yang sama dengan roh yang telah menculik dan membuatnya terkurung di goa yang gelap. Keraguan terbesit di benaknya, dan jika itu benar, maka Ash telah menyerang orang yang salah!Lagipula, jika Jeffrey adalah jelmaan roh itu, bukankah dia cukup kuat untuk melawan balik Ash? Namun yang terlihat justru sebaliknya. "Aku harus menghentikan Ash! Ini mungkin hanya salah paham!"Yuu melotot bukan main mendengar penuturan Ameera. Sontak dia menarik gadis itu agar tetap berada di balik persembunyian mereka. "Apa kau gila! Jika musuh melihatmu lagi, Ash hanya akan terganggu!" bentak Yuu. Ameera bersikeras, "Jeffery bukan makhluk itu, dia sama denganku, kami berdua juga korban penculikan!"Sikap keras kepala dan tidak ingin kalah Ameera telah membuat Yuu berang. Pemuda

  • Kebangkitan Naga Terakhir   Bagian 26

    "Apa yang ingin kamu lakukan?" Jeffrey tidak menoleh ketika dia mendengar pertanyaan Ameera yang setengah berbisik. Meletakkan jari telunjuk di depan bibir, Jeffrey memberi isyarat agar Ameera tetap diam. Gadis itu menurut dengan mudah. Pria itu melangkah perlahan ke arah mulut goa, mendekatkan daun telinga tepat di sisi batu besar yang menghalangi pintu keluar mereka. Pria itu seketika menyeringai. "Roh itu tidak ada," katanya. "Benarkah?" Jeffrey mengangguk kembali. Setengah senang Ameera berjalan cepat ke arah Jeffrey. "Tunggu apa lagi, bukankah kau memiliki rencana untuk keluar dari tempat ini?" "Memang," seru Jeffrey percaya diri. Ameera masih tertelan euforia ketika menyadari bahwa ada sesuatu yang janggal. Mengamati Jeffrey yang tengah mengambil ancang-ancang untuk memecahkan batu besar di depannya, gadis itu mendadak mengerutkan kening. Sedikit pelan, Ameera bersuara, "Jeffrey, bukankah kekuatanmu telah disegel oleh Roh itu sehingga kau tidak bisa bergerak?" Kali ini

  • Kebangkitan Naga Terakhir   Bagian 25

    Sudah nyaris dua hari Ameera belum ditemukan. Selama itu pula, Yuu berusaha meyakinkan Ash agar tetap menjaga kewarasannya. Tanpa Ameera, Ash jelas bukan manusia hidup yang selama ini Yuu kenal. Bukan lagi pria hebat yang mengalahkan Drake hanya dengan sekali serang langsung mematahkan lehernya. Pada akhirnya, Ash berubah menjadi pria uring-uringan yang tampak kehilangan jiwa. "Kau benar-benar menjengkelkan!" Yuu menggertak sembari menyeret tubuh Ash yang masih saja berbaring di atas tanah. Ngomong-ngomong, mereka membuat kemah di pinggiran hutan desa dan tanpa tenda. Beruntung mereka memiliki api unggun untuk menghangatkan tubuh. Tetapi tampaknya, Ash sendiri telah membeku; hati dan jiwanya lebih tepatnya. "Aku tidak tahu di mana Ameera berada," Ash bergumam lemas. Di satu sisi, Yuu menggerakkan gigi dengan kesal. "Justru jika kau seperti ini, si Tuan Puteri tidak akan pernah ditemukan. Jadi, bangkitlah, brengsek!" Ash mengangguk tidak yakin. "Yuu," panggilnya, semen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status